Riska memarkir mobilnya dihalaman rumah Riana, Riska sangat merindukan Ervan yang sampai sekarang masih belum kembali ke rumah.
Riska menekan bel rumah, dan tanpa menunggu lama, pintu pun terbuka.
"tante"
"Riana, Ervan masih disini"
"iya, tapi sekarang lagi gak ada"
"kemana"
"gak tahu, Ervan gak bilang, pas Riana bangun tadi, Ervan udah gak ada"
"tapi dia baik-baik aja kan disini"
Riana tersenyum, Riska pasti mengkhawatirkan Ervan yang sudah beberapa hari tak pulang ke rumah, bahkan memberi kabar pun tidak pernah.
"tante masuk dulu ya, kita ngobrolnya didalam aja"
Riska mengangguk dan mengikuti Riana memasuki rumah, Riana mempersilahkan Riska untuk duduk.
"makasih"
"Riana buatkan minum dulu ya"
"gak usah Riana, tante gak lama kok, tante gak bilang mau kesini"
Riana terdiam, tentu saja gak bilang, toh kalau pun bilang mungkin Riska hanya akan ribut dengan Angga.
"Riana telpon Ervan dulu ya"
"gak usah, biarkan saja, mungkin dia lagi cari angin segar"
"Ervan memang suka keluar tante, pulangnya nanti sore, soalnya kan di rumah juga gak ada siapa-siapa jadi pasti Ervan bosan"
"orang tua kamu kemana"
"papah sama mamah lagi pergi ke Bandung, keluarga mamah ada yang sakit"
Riska mengangguk, berarti Riana hanya berdua saja dengan Ervan di rumah ini.
"gak masalah tante, kita gak ngapa-ngapain kok, kamar disini kan juga banyak"
"hati-hati ya"
Riana tersenyum, lagi-lagi mungkin Riana mengerti apa yang ada difikiran Riska.
---
Maura turun dari taxi onlinenya, melangkah meyusuri halaman menuju pintu rumah.
Langkah Maura terhenti saat berdiri didepan pintu dan melihat satu sosok berdiri tempat disampingnya.
"hallo"
Maura mengernyit, tanpa menjawab sapaannya, Maura lantas mengetuk pintu rumah didepannya.
"mau bertamu juga, kok bisa samaan gini ya"
"lagian kamu ngapain kesini"
Maura tidak bisa santai berbicara dengan orang disampingnya.
"biasa aja kali, Gilang juga ngizinin kok buat bertamu kesini"
Maura mengangkat kedua alisnya, dan kembali mengetuk pintunya.
Pintu terbuka, Gilang terdiam menatap 2 sosok dihadapannya.
"hey, lagi sibuk"
Maura menoleh saat keduluan bicara dengan orang disampingnya.
"gak masalah kan aku datang kesini"
"apaan sih gak jelas"
Maura berbicara sendiri sambil memalingkan pandangannya, Gilang menggeleng.
"udahlah"
"aku pulang lagi aja"
"Maura, ayolah"
"apa, kamu minta aku kesini buat apa, buat ketemuin aku sama dia"
"enggak, aku cuma minta kesini, aku gak minta dia"
"terus untuk apa dia disini"
Gilang menggaruk alisnya, Gilang memang meminta Maura untuk datang kerumah agar bisa menemani hari liburnya.
Tapi Gilang tak minta Jessy untuk datang ke rumahnya, waktu di acara reuni kemarin, Gilang memang memberi tahu alamat rumahnya pada Jessy tapi Gilang tak mengira jika hari ini dia akan datang.
"gimana bisa dia kesini kalau gak janjian sama kamu"
"hey, mbak kenapa sih sensi, Gilang kok yang kasih alamatnya kemarin"
"apaan sih"
"ya memang benar, gak percaya .... tanya aja sama Gilang, lupa ya kalau di acara reuni kemarin kita gak sengaja ketemu"
Maura mendelik dan berlalu begitu saja tanpa berkata apa pun lagi, Gilang hendak menyusulnya tapi Jessy lebih dulu menahannya.
Maura menghentikannya dan melirik dua orang yang jauh disana, Maura menggeleng melihat Gilang lebih memilih diam bersama Jessy dari pada menghentikan langkahnya.
---
Maura memasuki cafe, Maura sangat dibuat kesal oleh Gilang.
Bagaimana bisa Gilang membiarkannya begitu saja, demi bisa bersama dengan gadis itu.
Kekesalan Maura membuat langkahnya tak terkontrol, Maura tak sengaja menabrak orang yang keluar dari cafe dan membuat ponselnya terjatuh.
"hey, bisa gak jalannya hati-hati"
"maaf, gak sengaja"
Maura mengambilnya ponsel dan memberikannya kembali.
"maaf gak sengaja"
"ngapain disini"
Maura mengernyit dan terdiam menatap orang dihadapannya.
"siapa sih, aduh lupa"
Maura memejamkan matanya sambil menunjuk orang dihadapannya.
"Ervan kan"
"kenal"
"enggak, tahu aja, kembarannya Revan"
Ervan mengangkat kedua alisnya mendengar kalimat Maura.
"ngapain disini, laper banget sampai jalan gak hati-hati"
"kamu tahu aku"
"muka mu itu sama kaya wanita bisu itu"
"heh jaga ya mulutnya"
Maura memukul Ervan karena kalimatnya.
"namanya Laura, jangan kurang ajar"
"iya iya ahh, sorry, lagian salahnya dimana"
Maura semakin kesal karena bertemu Ervan, Maura kembali melangkahkan kakinya tapi Ervan menahannya.
"apa lagi sih"
"asal pergi aja, lihat nih ponsel, rusak tahu gak, mati"
Maura melirik ponselnya sesaat dan tersenyum pada Ervan.
"apa, ganti"
"apaan sih, tahu orang lagi kesal, malah ditambah-tambah"
"hey, yang salah siapa, kenapa ponsel aku yang disalahkan"
"ya aku kan gak sengaja"
"ganti ganti, ganti"
"apaan sih, gak mampu beli hp baru"
Ervan terdiam menatap Maura, pertanyaan Maura cukup membuat Ervan kesal.
"iya, gak mampu"
"ganti, atau ...."
"hah beraninya sama ancaman, menyebalkan"
"oh jadi mau seriusan"
"apaan sih, orang kaya kan masa ganti hp gitu doang gak mampu"
Ervan menarik tangan Maura agar mendekat padanya, Maura kaget dan memejamkan matanya.
"ganti kerusakannya sekarang"
Maura menggeleng, tak berani berkata atau pun membuka matanya.
---
Gilang pusing dengan keberadaan Jessy di rumahnya, Gilang sudah berkali-kali meminta Jessy untuk pergi tapi Jessy tetap tak mengerti.
"apa benar kamu sudah lupa semuanya"
"jangan ingatkan aku lagi"
"kenapa, kamu memang gak bisa lupa kan"
"cukup Jes"
Jessy tersenyum melihat kekesalan Gilang karena kalimat-kalimatnya.
"udahlah Jes, kamu pulang aja"
"aku gak mau"
Gilang menghembuskan nafasnya, sudah berjuta cara Gilang lakukan untuk bisa melupaka Jessy.
Iya .... Jessy adalah wanita yang pernah menjadi pengisi hati Gilang.
Jessy asalah satu-satunya wanita yang bisa membuat Gilang jatuh cinta, bahkan sampai tergila-gila.
"Gilang, kita udah lama gak ketemu loh, kamu gak senang gitu ketemu aku lagi"
"Jes, udahlah"
"heemm, ya udah iya, terus kamu mau gimana"
"aku mau kamu pulang Jes, aku ada urusan lain"
"urusin wanita tadi"
"namanya Maura"
"ya terserahlah"
"ya udah pulang"
Jessy terdiam, tak peduli dengan ucapan Gilang.
"Jes, ayo pulang"
"aku gak mau, aku udah cari kamu kemana-mana dan sekarang aku udah ketemu kamu, bagaimana mungkin aku pergi lagi"
"maksud kamu apa"
"aku mau kembali"
Gilang terdiam menatap Jessy, tak percaya dengan apa yang didengarnya.
Kalimat itu memang sangat ditunggu Gilang, tapi itu dulu saat Gilang masih sangat mencintainya.
"bisa kan"
"jangan gila Jes"
"kok gila sih, aku udah jujur Gilang, aku jujur kalau aku memang menyesal dengan semuanya, dan aku mau coba memperbaiki dan membayarnya"
"bayar, apa bayar"
"kamu pasti ngerti Gilang"
Gilang terdiam, Gilang tak bisa lagi melanjutkannya.
Mereka harus segera berpisah agar semua bisa terhenti.