Chereads / Never Lost You / Chapter 22 - 3. Ini Keputusan ku

Chapter 22 - 3. Ini Keputusan ku

"Stop thinking, honey. It will only burden you. Believe me, they will be happier when you stay there with their favorite grandchild."

Granny kembali memecah keheningan dan menyadarkanku dari lamunanku. Kutatap dia dalam diam dengan seribu fikiran yang memang sedang membebaniku sekarang. Entah kenapa, aku seperti memiliki banyak pertimbangan untuk kembali ke Indonesia setelah kondisi Kayla semakin buruk seperti sekarang ini. Tapi pendapat granny patut di benarkan, karena tidak mungkin jika aku kembali memperkerjakan orang baru di rumah untuk merawat Kayla dengan intens. Yang ada, keadaan akan semakin rumit. Aku cukup tahu jika Kayla tidak bisa menerima orang baru di rumah walaupun ia dapat melupakan mereka dalam waktu yang cepat. Dia seolah memiliki sebuah kemampuan khusus seperti memberi alarm untuk mengingatkannya bahwa mereka orang asing dan dia tak mengenalinya. Butuh waktu lama agar Kayla bisa menerima keberadaan mereka.

"Now, Kayla didn't need a treatment for her recovery. But she need a time to build all the memories with her family. " lanjut granny tanpa berekspresi di wajahnya, tatapannya tertuju sepenuhnya pada Kayla yang tak terusik dengan obrolan kami.

"Not much time Kayla has now, memoris and tranquility are the things she needs most of all though Kayla will forget it in the future. " lanjutnya kembali, beliau menoleh ke arahku dan tersenyum lebar. Beliau bangkit berdiri dengan tongkat yang membantunya. Seorang perempuan masuk dan mulai memapah granny untuk segera pergi, dia perawat pribadi granny. Kurasa dia menunggu diluar selama kami berbiara.

"Use this opportunity as much as possible, we do not know what will happen at the next minute." gumam granny dengan nada serius sebelum ia pergi bersama perawat pribadinya. Si perawatpun langsung membungkuk pelan berpamitan dan membawa granny pergi bersamanya.

"Bisakah kau bertahan lebih lama? samapi Nyle bisa berjalan dan mengenalmu, memanggilmu mommy dan berlari lincah di sekitarmu, kita rawat dia bersama seperti sebelum – sebelumnya. Setidaknya untuk Nyle kalaupun kau sudah lelah menemaniku, selebihnya serahkan padaku semuanya" gumamku pelan seraya menatap Kayla yang tak terusik sama sekali.

Aku mengerti maksud granny, kami memang tidak memiliki waktu cukup banyak untuk tetap bersama Kayla, tidak ada yang tahu kapan semua ini akan berakhir. Dokter memberi tahuku bahwa kondisi Kayla semakin memburuk dan bukan hal yang tidak mungkin Kayla akan segera meninggalkan kami.

"Bertahan untuk Sehun, dear. Aku tahu kau perempuan yang kuat dan aku akan selalu mendukungmu disini" gumamku kembali, kemudain mengecup pucuk kepalanya dan bersandar disana, membawanya dalam pelukanku yang erat. Hingga aku tak sadar bawha aku tertidur cukup lama disampingnya setelah bersandar nyaman disini tanpa melepas pelukanku darinya.

"Mr. Finnigan?" samar – samar aku mendengar seseorang memanggilku dengan pelan, saat ku buka mata, Mrs. Brown sudah berdiri di sampingku dengan raut khawatir yang kentara di wajahnya.

"What's wrong Mrs. Brown?" tanyaku dengan suara serak. Ku lihat Kayla masih terlelap, dia tertidur sangat nyenyak hari ini, mungkin efek dari obat yang sudah dokter berikan padanya.

"Nyle, He kept craying and Jean could not stop him" jawab Mrs. Brown panik.

Tebakanku benar, disaat – saat seperti ini, putraku memang sulit dihentikan jika bukan aku sendiri yang menghentikan tangisnya. Nyle seolah mengerti dengan keadaan yang terjadi sehingga ia berlarut – larut dalam tangisnya sampai aku memberi kabar bahwa semuanya baik – baik saja dan segera menenangkannya. Aku lekas pergi setelah berpamitan pada Kayla. Menyetop sebuah taksi dan memintanya untuk mengantarku pergi ke rumah granny. Satu lagi, Nyle sama sepertiku, dia tidak bisa tenang jika dia tidak erada di tempat yang dikenalnya. Walaupun sering pergi ke rumah granny, Nyle masih balum terbiasa dengan rumah itu. Dia selalu merasa asing dan akan rewel jika tidak ada daddy dan mommynya yang menemani. Selama di perjalanan aku terus menghubungi Jean, dan tak satupun panggilan dariku di angkat olehnya. Aku meminta pak supir untuk lebih cepat agar segera tiba di rumah. Aku khawatir padanya, ini sudah hampir sore dan dia masih belum berhenti menangis. Satu kesalahn lagi yang ku buat, melupakan bayiku yang membutuhkanku disampingnya. Maafkan daddy, Nyle.

"Jean!" panggilku berteriak ketika tiba di rumah. Granny dan pelayannya menyambutku ketika aku datang dengan tergesa. Granny memberi tahuku jika Jean berada di atas bersama Nyle, tepatnya berada di kamarku. Aku segera pergi menaiki tangga menuju kamarku. Tangisnya mulai terdengar keras dan menyakitkan. Putraku yang malang, dia pasti lelah menangis seharian terlebih setelah aku mendengar jika dia menolak makan.

Aku langsung mengambil alih tubuh mungil bayiku, menimangnya dan mengucap maaf beberapa kali, mengecup kepalanya dan mengusap lelehan air matanya yang menganak sungai di pipi tembamnya. Mata dan hidungnya benar – benar merah, sudut bibirnya terluka dan sedikit mengeluarkan darah, nafasnya tersenggal. Dia begitu lelah karena menangis seharian tanpa berhenti sedetikpun.

"Thaks Jean, you can reast now. You must be tired all day with Nyle who dose not stop craying. Take a break, you should not get sick." kataku pada Jean yang masih berdiri disampingku setelah menyerahkan Nyle padaku. Dia mengangguk dan segera pergi setelah berpamitan padaku. Untuk sementara waktu kurasa mereka akan tinggal disini sampai Kayla pulang dari rumah sakit.

"Sssttt...stop crying sweetheart. Daddy in here." gumamku sambil menepuk – nepuk pantatnya dengan pelan.

"Your mom is fine, don't worry, sweetheart."

"Miss me eoh? Forgive me. Love you sweetheart." gumamku lega saat Nyle berhenti menangis tak lama setelah aku menggendongnnya. Ku kecup kening dan pipinya dengan sayang. Tangan Nyle langsung menggenggam jariku dengan erat saat aku mendekatkannya ke tangan mungilnya seolah memberi tahuku bahwa ia ketakutan dan butuh perlindungan ayah dan ibunya.

"Let's get meal, sweetheart. I know you're very hungry now." ajakku saat Nyle lebih tenang sekarang. Aku langsung membawanya pergi ke dapur untuk menyiapkan susu, setelah mengambil beberapa makanan ringan khusus bayi untuk Nyle makan selama aku menyiapkan susunya. Putraku kini kembali tertawa ringan saat aku melontarkan kata – kata lucu baginya dan membuat beberapa gerakan yang membuatnya senang dalam gendonganku. Yeah walaupun tidak terlau keras seperti biasanya ia tertawa, setidaknya Nyle menunjukan bahwa ia baik – baik saja sekarang.

"You make it yourself? Where's Jean?" granny tiba – tiba muncul dengan tongkat kesayangannya, berjalan ke arah kami dan memperhatikan Nyle yang sudah lebih bak sekarang.

"I told her to reast. She must be tired after calming Nyle all day long." kataku seraya tersenyum ke arahnya dan kembali menghibur Nyle yang nyaman dalam pangkuanku. Dia kembali tertawa renyah saat aku membuat ekspresi terkejut ke arahnya dan mengubah suaraku menjadi lebih besar dari sebelumnya, menirukan suara monster yang akan menerkam Nyle, dan menggeletikinya sedikit pada area perut. Kemudian mengecup keningnya senang melihatnya seperti sekarang.

"They deserve to work with you. You're pay them attention and forget if you need attention too. I think you're more tired then they are."

Ku lemparkan seulas senyum ke arahnya dan menggeleng, memberinya penjelasan jika seorang pegawai memang harus di beri perhatian yang cukup agar mereka betah bekerja denganku dan merasa nyaman berada di bawah perintahku. Saling menghargai dan menghormati satu sama lain adalah hal yang terpenting. Walaupun, status kami sebagai tuan dan pekerja. Bagaimanapun mereka memiliki hak mereka sendiri. Aku hanya ingin menganggap mereka seperti keluargaku sendiri agar aku juga nyaman dengan mereka. Bekerja dan memperkerjakan seseorang bukanlah sekedar memberi tugas, melaksanakan tugas, memberi gaji dan menerima gaji. Bekerja danmemperkerjakan seseorang adalah sesuatu yang harus dibarengi kenyamana satu sama lain, salng menghormati dan menghargai, sehingga mereka bisa merasa lebih baik bekerja dibawah permintaanku.

"All right. Take a break after completing this. You must be very tired, I sleep first. Don't cry anymore baby. I'm worried about you." katanya setela mengecup hangat pipi Nyle dan segera pergi dengan langkahnya yang pelan menuju kamarnya yang berada di sudut kanan lantai pertama.

Nyle meminum susunya dengan lahap, dia bahkan melupakan biscuitnya yang masih menyisakan setenaghnya agi setelah ia berhasil menghabiskan satu biscuit yang kusiapkan tadi. See, your very hungry sweetheart. Manisnya putraku saat ia mulai mengantuk disela – sela ia melahap minumannya dengan semangat dari botol minum kesayangannya.

"Are you sleepy sweetheart?" tanyaku saat mata sipitnya mulai sayu dan redup. Terkadang tertutup namun terbuka lagi saat minuman kesukaannya itu mengalir ke tenggorokannya.

"Kau sangat lelah eum? Cha! Kita tidur sekarang!" ajakku sambil membawanya kembali ke kamar untuk beristirahat sepenuhnya setelah Nyle selesai dengan acara minum susunya yang masih terlihat lahap di sela- sela rasa kantuknya. Putraku yang manis.

Ku letakan Nyle di tengah – tengah ranjangku, menyimpan guling di sisi kanan yang kosong, kemudian berbaring di sisi kirinya dan menyelimuti tubuhnya yang kedinginan. Kutepuk – tepuk perutnya dan sedikit menyenenandungkan nyanyian pengantar tidur untuk untuknya.

"Mamama atatta..." ocehnya tiba – tiba dengan tangan yang keluar dari selimut dan mengapung di udara bak menggapai sesuatu disana.

"What's wrong sweetheart?" tanyaku menyahuti celotehan lucunya.

"Papapa...aaaa...mamama." Nyle kembali berceloteh setelah berteriak dengan lengkingan halusnya seolah bertanya padaku, kepalanya menoleh padaku diikuti tubuhnya yang pada akhirnya berguling dan menghadap ke arahku dengan kekehan menggemaskan miliknya.

Aku tertawa dibuatnya, Nyle seolah ingin menunjukan perkembangannya sekarang yang sudah mulai bisa berguling, tengkurap, dan melakukan pergerakan aktif di atas tempat tidur yang luas. Bahkan guling yang menjadi menghalangnya terdorong oleh kakinya yang bergerak aktif.

"Papapa...mamama, eunggg...da...ddy!" celotehnya kembali, kini diikuti dengan lengkingan marah memanggilku, wajahnya menampakan ekspresi sedikit kesal, mata dan hidungnya yang sudah memerah kembali memerah, mulutnya mulai melontarkan rengekan pertanda ia akan kembali menangis, tangannya menggapai wajahku dan memukul – mukulnya. Aku lekas bangun dan membawanya kembali ke pangkuanku, menenangkannya dalam pelukanku walau Nyle terus merengek dan menangis dengan tangan yang menggapai wajahku. Mulutnya terus melontarkan panggilan mama tanpa berhenti terisak.

"Hey! Kenapa jagoan daddy tiba – tiba menangis lagi eoh? Rindu mommy Sweetheart?" tanyaku seraya menggenggam tangannya yang mengapung di udara. Dengan respon cepat, Nyle menggenggam kuat jari telunjukku dan tetap menangis, bertanya bagaimana keadaan ibunya.

"Hey! Mommy baik – baik saja, sebentar lagi dia akan pulang. Ssttt... Mommy akan sedih kalau tahu kau terus menangis sekarang. Sudah sayang, kau pasti lelah menangis terus eoh..." ucapku menenangkan Nyle kembali yang masih menangis dan segukan.

"Ssttt...daddy di sini, tidak apa – apa, tidak apa – apa, daddy disini sweetheart." gumamku kembali menenangkannya, kemudian mengecup kening dan pipinya, menghapus air matanya yang menggenang di pelipisnya.

"Nyle, setelah mommy pulang, kita akan terbang ke Indonesia dan tinggal disana bersama granny dan granpa. Kita liburan disana. Nyle setuju?" tanyaku sambil menatapnya dalam. Nyle balik menatapku dalam diam setelah berhenti menangis, dia kembali berceloteh seolah memberi pendapat tentang rencanakaku. Sungguh, bayi seperti Nyle seolah mengerti keadaan orang tuanya sekarag, perasaannya seolah terikat dengan kami terutama Kayla, dia begitu menghawatira ibunya sampai – sampai tidak berhenti menangis seharian, menolak minum, dan menolak aktivitas rutinnya selain menangis sampai kepulanganku beberapa jam yang lalu. Bahkan ia kembali memangis saat tak mendapat jawaban dariku, kemuidan berhenti kala mendengar bahwa keadaan ibunya baik – baik saja.

"Apa mommy akan senang kalau kita tinggal disana lagi sampai mommy sembuh? Nyle juga senang kalau kita tinggal disana?"

"Hehehe...aaa atatata" jawabnya kembali memberi pendapat dengan kekehan dan teriakan melengkingnya.

"Maafkan daddy Nyle, karena daddy tidak bisa menjadi ayah yang baik untukmu. Daddy selalu memiliki waktu yang sedikit untuk menemanimu"

"Nanana..papapa..." Nyle menggelengkan kepalanya seolah mengatakan tidak apa – apa daddy, I am alright, I am understand. Tuhan, terimakasih karena telah mengirimkan dua malaikat terbaikmu untuk melengkapi hidupku yang tak sempurna ini. aku mohon, biarkan aku menjaga mereka lebih lama lagi, ijinkan aku memberi banyak kebahagiaan pada mereka sebelum waktu memisahkan ku dengan mereka terutama istriku. Biarkan aku menjaganya dengan kelapangan hati hingga akhirnya aku mengikhlaskannya untuk kembali ke sisimu.

"Unggg...papapa..." Nyle mengelus daguku dengan tangan pendeknya, menenangkan hatiku yang kalut kala mengingat Kayla yang berada di rumah sakit tanpa aku disampingnya. Kepalanya ia tenggelamkan ke dadaku, dan mulai terpejam disana, tangannya kembali mencengkram jari telunjukku dan mulai terlelap dengan tenang disana.

"Thanks sweetheart, because you understand me. Love you boy!" gumamku bersyukur atas pengertiannya terhadap posisiku yang cukup sulit. Kembali ku kecup pipinya dan membiarkannya untuk tidur cukup lama dalam pangkuanku sebelum ku pindahkan ke sampingku.