Chereads / Never Lost You / Chapter 28 - 9. We love you so much mom!

Chapter 28 - 9. We love you so much mom!

"Hiks...hiks... enggg... papapa... uwaaa!" sekali lagi, aku mendengar suara tangisan Nyle yang begitu kencang.

"Sudah sayang, daddy baik – baik saja. sudah jangan menangis" suara lain ku dengar sedang menenangkan Nyle.

"Papapa... uwaaa!"

Saat pertama kali aku membuka mata, wajah Nyle yang memerah yang pertama kali aku lihat, dia nampak lelah karena terus menangis, namun tak ada tanda – tanda bahwa bayi itu akan berhenti menangis.

"Dean!" panggil mommy terkejut saat melihatku. Dia langsung menghampiriku dan berteriak memanggil Kris.

"Aku sangat menghawatirkanmu," lirihnya dengan raut cemas dan lega di wajahnya. Senyumnya kini terpatri di bibirnya. Mengucap syukur setelah aku bangun.

"Apa yang terjadi?" tanyaku dengan suara serak hampir hilang.

"Kau tiba – tiba pingsan. Apa yang sebenarnya kau fikirkan eoh? Kau membawa Nyle dalam pangkuanmu dan tiba – tiba ambruk di tengah jalan. Kenapa begitu memaksakan diri." tegur mommy sedikit kesal dan cemas.

"Kita lihat sebentar," Kris tiba – tiba datang, ia langsung menghampiriku dan memeriksa keadaanku. Nafasnya langsung menghembus lega setelah menyelesaikan pekerjaannya, membuat suasana hening cukup lama karena ia tak kunjung mengeluarkan suaranya untuk memberi penjelasan.

"Kau mengalami anemia dan dehidrasi ringan. Untuk sementara waktu berbaringlah dan jangan lakukan kegiatan apapun sampai kondisimu membaik. Aku juga memberikan infus padamu untuk memperbaiki dehidrasi yang kau alami, bagaimana perasaanmu sekarang?" tanya Kris setelah menjelaskan apa yang sebenarnya tiba – tiba menyerang tubuhku.

"Yah, sedikit pusing. Tapi tidak seburuk sebelumnya" jawabku sambil menganggukkan kepala, merasa lebih baik.

"Apa Dean akan baik – baik saja?" tanya mommy masih di rundung kecemasan.

"Selama dia mengikuti instruksiku, dia akan baik – baik saja" jawab Kris santai, membuat mommy kembali bernafas lega, ekspresinya mulai membaik.

"Aku akan menyiapkan makanan untukmu, beristirahatlah."

"Da...ddy!" rengek Nyle dengan bibir bergetar. Tangannya terus mengapung di udara menggapai ke arah tubuhku.

"Kemarilah," gumamku sambil tersenyum ke arahnya, mendudukan diri dan membawanya kepangkuanku.

"Lebih baik kembali beristirahat." ujar mommy menyarankan.

"Biarkan Nyle denganku sampai kau lebih baik." tawar Kris menimpali.

"Tidak apa – apa, akan lebih baik jika Nyle menemaniku." jawabku menolak untuk berada jauh dengannya.

Akhirnya, hanya kami berdua disini. Nyle tak mau lepas dari gendonganku, tangisnya sudah berhenti beberapa saat yang lalu. Sekarang dia begitu lekat denganku, mengusak wajahnya ke dadaku dan menatap wajahku begitu lekat seolah menusuk kedalam dan menerka apa yang sedang ada dalam fikiranku. Ku usap wajahnya yang mulai mengeluarkan keringat berlebih. Satu kecupan ku daratkan di keningnya, membuatnya merasa nyaman dan aman berada di pangkuanku.

"Are you so worried about daddy eum? Sorry son. Daddy will not do it again. Do not cry too tight like before, you make daddy worried, sweetheart" kataku meminta maaf karena telah membuatnya semakin khawatir dan cemas, melihatku jatuh tak sadarkan diri seperti apa yang terjadi pada ibunya sebelumnya.

"Eung..." gumam Nyle seolah menjawab ucapanku padanya. Tangannya menggapai wajahku dan mengusapnya dengan begitu halus. Putraku yang pintar.

"Mam...ma" lanjutnya tanpa mengalihkan onix birunya dari pandanganku. Kembali ku cium keningnya cukup lama, membawanya dalam pelukan eratku, mengelus tangannya yang berada di pipiku. Ini yang paling berat, Nyle terlalu kecil untuk memahami sebuah kehilangan, aku tidak tahu jika dia akan mengerti atau tidak.

"Look! Sweetheart, Mommy is gone, Mommy asleep and resting for good. But Nyle do not be sad, mommy still love you. Mommy will always be with us"

"Mam...ma" panggilnya kembali

"Missed mommy eoh?" wajahnya kembali memerah, rasa sedih masih melingkupi hati putra kecilku. Kurasa dia merasakan kehilangan seperti yang kami rasakan sekarang. Perasaan bayi selalu menjadi yang lebih kuat ketika itu menyangkut ayah dan ibunya. Rasanya memanas di bagian mataku, melihat Nyle seperti ini adalah kelemahan bagiku. Bayang – bayang Kayla yang tersenyum cerah saat bersama Nyle kembali teringat di benakku. Cara dia bercanda, memangku Nyle, tidur bersama Nyle, semua bermunculan bak film pendek yang di putar. Mengingatkanku pada wanitaku yang belum lama ini berbaring di tempat peristirahatannya.

"Do not cry anymore. Mommy will be sad if see you crying" lanjutku berkata padanya. Nyle merentangkan tangannya dan memeluk dadaku, menyembunyikan wajahnya disana tanpa mengeluarkan suara. Nafasnya terasa begitu teratur.

"Thanks sweetheart" gumamku merasa terhibur dengan tindakannya yang seolah benar – benar mengerti perasaanku sekarang.

"I love you" bisikku di telinganya dan membawanya dalam pelukanku lebih erat lagi

***

4 Mey 2017    

Anak – anak sudah mulai berhamburan keluar dari gerbang sekolah dan berlari menghampiri orang tua mereka. Mereka begitu bahagia dan berjalan riang dengan sedikit loncatan saat tangannya mulai di gandeng sang ibu menuju mobil mereka atau berjalan menyusuri trotoar jalan bersama – sama, bernyanyi riang bersama sang ibu. Ya, hari ini aku sengaja mengosongkan jadwal setelah jam istirahatku. Aku menjemput Nyle yang merengek minta dijemput langsung olehku setelah tadi pagi mendengar ceritaku tentang ibunya. Bahkan dia merajuk tak ingin masuk sekolah dan ingin ikut bekerja denganku. Jika saja aku tidak pintar membujuknya, mungkin Nyle akan tetap menempel denganku sepanjang hari ini.

Itu dia, putraku berjalan dengan langkah pelan dan wajah sendu. Terlihat begitu lemas dan tak bergairah. disampingnya sang guru menemani Nyle berjalan, bertanya dengan raut bingung dan khawatir di wajahnya.

"Nyle, you look unhappy now, what happend with you boy? Did you still sick now? Tell me what do you feel, boy" tanya sang guru.

Guru Nyle menyadari kehadiranku, dia menyapaku tanpa suara dengan melempar seulas senyum ramah yang langsung ku balas dengan baik. Aku memberi isyarat padanya untuk tidak mengatakan tentang kedatanganku. Nyle tak menyadari kehadiranku sekarang. dia masih setia menunduk dan memainkan kakinya, mengetukan ujung sepatunya pada tanah yang ia pijak sekarang.

"I am fine Mrs." jawabanya pelan tanpa ekspresi di wajahnya.

"Really? I afraid with you, honey. You look lethargic and unenthusiastic during the class lesson"

"No, I am fine mrs." jawab Nyle kembali sambil menengadah pada sang guru.

"Nyle, did you disappointed to your dad, because do not picked up you again?" tebak sang guru membuat Nyle semakin menundukkan kepalanya, mengerucutkan bibirnya ke depat dan mengangguk pelan.

"He very love you, honey. He do everything for you. Look, your dad workhard is for you, for your life. Do not be sad, I'm sure, he will always pick up and drop you off when his time is really spare"

"Yes mrs." jawabnya pelan seraya kembali menganggukan kepalanya pelan.

"Well, hurry to go home. Your dad is waiting"

Nyle langsung menengadahkan kepalanya ke arah gurunya bingung, lantas ia menoleh ke arahku membuat Nyle ikut menolehkan kepalanya dan bereaksi cukup mengejutkan saat ini, matanya membulat dan berbinar senang antara percaya tak percaya dengan kehadiranku disini. Aku langsung melempar senyum ke arahnya dan melambai pelan dengan tubuh yang masih bersandar pada mobil.

"Dad!" teriaknya senang tidak kepalang. Dia langsung berlari dengan cepat ke arahku dan melompat ke pangkuanku saat aku sudah berjongkok dan merentangkan tangan lebar siap menerima tubuhnya yang berlari kencang ke arahku. Ku kecup pipinya sayang seperti biasanya. Memundurkan wajahku dan memandang wajahnya yang langsung berseri dalam pangkuanku. Wajah lesu dan lemahnya sedikit menghilang tergantikan oleh senyum lebar di bibirnya.

"Surprise, sweetheart" gumamku berbisik padanya.

"Thanks dad. And... sorry" cicitnya begitu pelan di dekat telingaku, dia langsung menjatuhkan kepalanya di bahuku dan memeluku lebih erat lagi seolah tak ingin lepas. Sekilas aku melihat raut wajahnya yang penuh penyesalan.

"Anything for you sweetheart. Sorry for always make you disappointed" bisikku mengerti dengan sifatnya yang sekarang. Ku kecup kembali pipinya dan sekarang rambut harumnya.

"Hey, are you crying?" tanyaku pelan padanya, saat kepala Nyle masih betah bersembunyi di ceruk leherku, menolak untuk ku dudukan dijok mobil. Nyle tak bergeming, nafasnya hangat dan suhu tubuhnya kembali meningkat. Nyle memang sedang sakit sekarang, ini salah satu alasan kenapa aku sendiri yang menjemputnya. Aku sangat khawatir, semalam dia memang mulai membaik makanya aku mengizinkannya untuk tidur sendiri. Tapi sekarang, lihatlah... suhu tubuhnya kembali meningkat.

"Nyle, we must go to hospital right now" putusku sambil memandang kepalanya yang masih betah disembunyikan disana. tubuhnya mulai mengeluarkan keringat banyak. Dia mulai bergeming, kepalanya ia angkat dan menadangku dengan ekspresi yang sangat berbeda dari sebelumnya, wajah pucatnya semakin pucat saja.

"Can I just lying in your hug dad? I do not want go to hospital" pintanya dengan suara pelan. Apa yang bisa aku perbuat saat Nyle sudah meminta seperti ini. bukan aku tidak perduli, keadaannya akan semakin memburuk jika aku membawa Nyle ke rumah sakit tanpa persetujuannya. Rumah sakit seperti pusat alergi baginya. Jalan satu – satunya hanya membawa pulang dan membiarkan dokter pribadi kami untuk memeriksa Nyle seperti beberapa hari lalu.

"Ok, we will just go to home. But, promise if you will eat and listen me" putusku menyetujui permintaannya dengan syarat yang kuajukan. Bagaimanapun aku tidak bisa membiarkan Nyle dalam keadaan buruk seperti ini, sudah hampir lima hari semenjak ia sakit, nafsu makannya menurun, lambungnya menolak obat yang diminumnya, membuatnya semakin lemah dan kurus. Sebenarnya aku khawatir saat Nyle kembali memulai sekolahnya dengan kesehatan yang belum membaik sepenuhnya.

"Dad…" keluhnya berusaha menolak syarat dariku.

"If you still like this, I promise if this year we will not go to visit your mom" ancamku yang langsung membuatnya terkejut dan menggeleng keras. Aku yakin dia akan menolak jika aku mengatakan hal ini, Bulan ini adalah bulan yang amat sangat di tunggunya pada setiap tahun yang kami lewati, dan aku yakin Nyle tidak akan melewatkannya dengan beradu argumen denganku.

"Look, I am worried about you. Daddy does not want us to go with your health condition like this" lanjutku sambil mengelus kepalanya.

"So? Deal?" tanyaku. Dan Nyle menyerah, ia mengangguk pasrah dan mengikuti semua perkataanku. Sorry sweetheart, this is for your healt. Sebenarnya, jika Nyle menolak, Aku akan tetap membawanya terbang ke Indnesia, karena aku juga merindukannya. Hanya mungkin waktunya akan sedikit mundur beberapa hari sampai kondisinya lebih baik lagi dan siap untuk perjalanan jauh.

***

Akhirnya, disinilah kami sekarang, duduk berdua di hadapan gunudkan tanah yang setiap tahun kami kunjungi. Nyle menyimpan bucket bunga yang ia pilih sendiri saat kami mengunjungi toko bunga sebelum datang kesini. Bahkan Nyle menuliskan sebuah surat kecil dan ia selipkan di antara rangkaian bunga rapih yang dibelinya. Nyle mengira jika surat itu akan tersampaikan pada ibunya.

"Mom, I miss you so much. I hope you will be happy forever. I dreamed if you come to me and said if you love us so much. You look so beautiful with your smile. But, can we cry now?" tanyanya tiba – tiba seraya mencuri – curi pandang ke arahku lewat ekor matanya.

"Dad always tell me, if I do not cry when I visiting you because you will be sad" lanjutnya,

"But, i promise mom. If I cry not because of sedness, I cry because happy. I am proud to have a mom like you, and I also proud to have a daddy like dad. He keeps me well. He always do everything for me. He is a good daddy for me"

Aku tertegun mendengar penuturan Niyle yang bercerita pada nisan Kayla, dia duduk disampingku dan berbicara panjang lebar dengan nisan ibunya.

"Mom, can you reprimand him? he is very busy working, he always forget with his health. Nyle always sad when daddy had to keep struggling with his work all night, get up early to prepare breakfast and bring Nyle to school and back to work so hard. I afraid if dad will be sick and leave me alone, like you left us" gumamnya mengakhiri ceritanya. ia menundukkan kepalanya dalam, menggumamkan kata maaf beberapa kali. Hingga aku mendengar isakan kecil darinya, air matanya mulai turun berjatuhan. Dengan segera, aku menariknya kedalam pelukanku dan menenangkannya.

"Hey, you promised not to cry because of sadness" bisikku menenangkannya.

"I just scare if you will be leave me alone. I do not want it dad" bisiknya dengan isakan sedih.

Ternyata ini yang ia takutkan selama ini, aku menyesal karena tidak mengetahuinya sejak awal. Ku fikir Nyle hanya kecewa padaku karena aku jarang menjemputnya dan selalu membiarkannya sendirian di rumah untuk waktu yang cukup lama selama menungguku pulang dari kantor yang tak tentu waktu. Ternyata putraku ketakutan sekarang.

"I promise, I would not leave you alone. Do you remember, if I will always stay beside you?" kataku mengingatkan pada janjiku padanya.

"I just worried dad, you always give up your rest time to take care of me and do your work. I'm afraid you get sick like you used to, I'm afraid at that time" lirihnya semakin terisak kuat.

"Ok, I am sorry. Stop crying, sweetheart. I promise I will not get sick like I used to" janjiku sambil tersenyum ke arahnya, mengusap air mata yang menganak sungai di pipi tembabnya. Mengecup kening dan pipinya.

"Promise?"

"Promise" janjiku padanya. Nyle langsung menatapku dengan posisi berdiri tegak. Dia menampakan ekspresi marah, seolah dirinya adalah si dewasa yang menegur adiknya. Tangannya tertanam di kedua pinggangnya, bibirnya terkatup rapat dan menatapku begitu tajam. Namun, dia langsung tersenyum dan kembali menjatuhkan tubuhnya dalam pelukanku.

"Granny bilang, sakit itu tidak bisa di prediksi. Tergantung kita sendiri yang bisa menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat atau sebaliknya. Jangan berjanji untuk tidak sakit. Nanti, kalau daddy sakit, Nyle yang akan merawat daddy. Nyle janji, tidak akan sedih dan akan merawat daddy sampai sembuh" bisiknya menggelitik di telingaku. Membuatku terkekeh geli dengan perubahan sikapnya yang begitu cepat. Ini pertama kalinya Nyle bicara dengan basa Indonesia, terdengar lucu membuatku ingat masa laluku dimana pertama kalinya aku mengucap bahasa Indonesia dengan logat Inggrisku.

"nyle juga janji, tidak akan memaksa daddy untuk bisa menjemput Nyle setiap hari. Tapi daddiy janji, setiap libur panjang. Daddy harus mengajak Nyle berlibur kesini" lanjutnya kembali dengan kekehan nyaring miliknya.

"Mommy. See! I cry because of a happines right now. I promise, I would not bring tears when I visit you. We love you so much mom" teriak Nyle ceria, dengan kekehannya. Dia berlari ke arah nisan ibunya dan menciumnya cukup lama. terkekeh saat menoleh ke arahku dan ku balas dengan senyuman dan acungan jempol padanya.

Nyle kembali ke arahku dan mencium pipiku cukup lama. seperti biasa, tangannya melingkar di leherku. Dia menatapku dengan senyumannya dan kembali mencium pipiku.

"Mommy said, if she very very love you dad" bisiknya, membuatku tertawa dibuatnya.

"So, say to your mom, If daddy very very very love her" bisikku menyahutinya. Nyle terkekeh, dia melepaskan pelukannya dan berlari ketengah – tengah, berdiri di antara aku dan nisan Kayla, wajahnya menengadah ke langit cerah dan mengulang ucapanku dengan teriakan yang lantang dan ceria. Dia melompat disana, seolah menggampai sesuatu di udara.

"Anak kita tumbuh menjadi pria yang tampan bukan? dia tumbuh dengan baik disini bersamaku. Jangan khawatir, Nyle aman bersamaku" bisikku pada angin yang melintas, memandang nisan Kayla dengan senyum lebar.

"Nyle, is it the granny who taught you?"

"Ya, Granny yang mengajariku. Granny bilang, Granny sayang Nyle"

***

THE END