Chereads / PLAYBOY VS ICE QUEEN / Chapter 8 - Drop

Chapter 8 - Drop

Lamunan Sam tergugah saat deringan ponselnya memecah kesunyian di ruang kerjanya, Sam beranjak dari posisi berbaringnya di Sofa panjang yang tersedia di ruangannya dan melangkah kearah meja kerjanya dan mengambil ponselnya.

Sam langsung menerima panggilan tersebut setelah melihat ID penelpon yang ternyata adalah orang yang tadi dia perintahkan untuk mencari informasi tentang istrinya.

"Bagaimana?" tanya Sam tanpa basa-basi.

"Nona Arabella saat ini sedang berada di London dan menginap di Hotel Imperial." Jawab orang di seberang sana dan setelahnya menjelaskan semua informasi yang ia dapatkan tentang apa saja kegiatan Arabella selama berada di London.

"Baiklah... Terus kau pantau kegiatannya dan laporkan pada ku" ucap Sam setelah mendengar penjelasan dari orang suruhannya.

"Baik Tuan. Saya juga akan mengirim detailnya di email anda" jawab di seberang sana sebelum menutup panggilan mereka.

Sam kemudian memeriksa emailnya dan memeriksa detail laporan orang suruhannya tersebut yang ternyata juga melampirkan beberapa foto kegiatan Arabella. Sam bisa melihat perubahan pada fisik Arabella yang lebih kurus dari yang terakhir dia ingat.

"Sebenarnya seberat apa masalah yang kau hadapi?" tanya Sam pada foto Arabella yang sedang duduk sendirian memeriksa beberapa berkas disalah satu Coffee Shop di pusat kota. Foto tersebut diambil dari kamera CCTV di Coffee Shop tersebut beberapa hari yang lalu.

Pukul 5 sore, ponsel Sam kembali berdering dan mendapatkan panggilan yang ternyata dari orang yang ia perintahkan mengawasi Arabella.

"Ada kabar terbaru?" tanya Sam langsung

"Dari laporan yang saya terima, seharian ini nona Arabella belum keluar dari hotelnya, padahal seharusnya dia memiliki janji temu dengan Kliennya." Jawab orang di seberang sana.

"Kau tidak bisa mencari tau apa yang sedang terjadi?" tanya Sam tidak sabar

"Maaf tuan, tetapi pengamanan di hotel tersebut sangat tinggi sangat sulit menembus pengamanan mereka. Apalagi Nona Arabella adalah salah satu tamu VIP disana" jawab Orang tersebut dengan suara menyesal.

Sam sebenarnya juga tau, kalau hotel Imperial adalah salah satu hotel dengan penanganan yang tinggi di London. Dia pun sering menggunakan hotel tersebut jika melakukan perjalanan bisnis ke kota tersebut. Sangat sulit menembus pertahanan mereka.

"Baiklah, kau pantau saja terus keadaan disana, dan langsung melaporkan jika dia sudah meninggalkan Hotel" ucap Sam sebelum memutuskan panggilan tanpa menunggu jawaban dari lawan bicaranya.

*****

"Bagaimana keadaan mu?" tanya seorang pria berpenampilan kasual pada seorang wanita yang sedang terbaring lemah di pembaringan dengan jarum infus yang tertancap di punggung tangan kirinya.

"Lumayan, terima kasih sudah mau datang" jawab wanita tersebut lemah.

"Seharusnya kau ke rumah sakit, disana kau bisa mendapatkan perawatan yang lebih maksimal" ucap Pria tersebut sedikit meninggikan nada bicaranya. Dia sangat khawatir saat tiba-tiba mendapat telpon dari sahabatnya ini dan memintanya datang ke kamar hotelnya sekalian membawa perlengkapan medisnya.

"Kau sangat tau kalau aku dan rumah sakit tidak akan pernah bersatu" jawab wanita itu masih dengan suara lemahnya. Ini juga salahnya sendiri yang tidak menjaga kesehatannya dan memforsir dirinya untuk terus bekerja.

"Kalau kau tau kau dan rumah sakit tidak bisa bersatu, seharusnya kau menjaga kesehatanmu. Jangan terlalu keras memaksa dirimu untuk bekerja." Ucap pria tersebut yang sekarang terlihat khawatir.

"I'm okay Joe, kamu tidak perlu khawatir seperti itu." Ucap Arabella. Ya, wanita yang sedang berbaring lemah di pembaringannya dengan jarum infus adalah Arabella. Setelah memforsir tubuhnya untuk terus bekerja selama lebih sari seminggu tanpa henti, akhirnya tubuhnya menyerah dan dia pun tumbang. Beruntung masih ada Joe, salah satu temannya yang berprofesi sebagai seorang dokter dan menetap di London.

Arabella tidak bisa membayangkan jika Joe tidak ada, mungkin saat ini dia masih tergeletak lemah di kamar hotelnya seorang diri tanpa penanganan, karna sampai kapan pun dia tidak akan pernah sudi menginjakkan kakinya ke rumah sakit.

"Bagaimana aku tidak khawatir saat melihat keadaan mu yang seperti ini. Demi tuhan Raa, kau sudah seperti mayat hidup. Lihat wajah pucatmu, lalu aku yakin jika berat badanmu menurun drastis" ucap Joe lagi.

"Kemarilah..." ucap Arabella merentangkan sebelah tangannya yang terbebas dari jarum infus. "Give me Hug" lanjutnya dan tanpa menunggu lama Joe sudah memeluk Arabella dengan erat.

"You make me crazy, kamu ngga tau betapa khawatirnya aku mendapat panggilan dari mu dengan suara lemah seperti itu" ucap Joe yang tidak bisa lagi membendung kekhawatiran yang ia rasakan.

"Maaf sudah membuatmu khawatir" ucap Ara sambil mengusap pelan punggung Joe untuk menenangkan sahabatnya itu.

"Berjanjilah untuk tidak lagi mengabaikan kesehatanmu, bukan hanya aku yang akan khawatir, masih ada aunty Maria dan Jess yang pasti sama khawatirnya dari ku" ucap Joe setelah melepaskan pelukannya pada wanita yang terlihat sangat tangguh itu tetapi sebenarnya sangat rapuh.

"Iya, aku janji" jawab Ara sambil tersenyum lembut. Arabella merasa beruntung dikelilingi oleh orang-orang yang menyayangi dan mengkhawatirkan dirinya. Arabella kemudian teringat pada seseorang yang sebulan lalu tiba-tiba masuk dalam kehidupannya. Apakah dia juga akan sekhawatir sahabat-sahabatnya saat mengetahui kondisinya yang seperti ini? Atau mungkin sama sekali tidak peduli?, tanya Arabella dalam hati.

"Bagaimana dengan pekerjaanmu? Apa semuanya sudah beres?" tanya Joe mengalihkan pembicaraan. Joe menarik salah satu kursi yang tersedia di kamar hotel tersebut dan duduk di samping pembaringan Arabella.

"Sebenarnya masih ada beberapa yang perlu di urus, tapi aku bisa melimpahkannya pada orang kepercayaan ku untuk menyelesaikannya" Jawab Ara, ia tau jika pun dia memaksa dirinya untuk menyelesaikan pekerjaannya, Arabella yakin itu t8dak akan berjalan maksimal. Jadi dia memutuskan melimpahkan sisa pekerjaannya pada orang kepercayaannya.

"Bagus kalau begitu" ucap Joe tampak puas dengan keputusan sahabatnya itu. "Jadi kapan kau akan kembali? Aku tidak menyarankan mu kembali ke New York sampai kondisimu benar-benar pulih" lanjutnya, ia bisa menebak niat sahabatnya itu yang pasti akan memutuskan untuk pulang malam ini.

"Ok Fine! Aku akan istirahat selama 3 hari ke depan sebelum pulang" jawab Arabella menyerah. Dia sangat hafal dengan sifat sahabatnya yang satu ini. Sekeras kepalanya Arabella, Joe bahkan bisa lebih keras kepala lagi. Bisa saja jika Arabella memutuskan untuk pulang sebelum benar-benar sembuh Joe tidak akan melepaskannya dan mungkin akan melapor pada Mamanya.

"Anak pintar" ucap Joe mengelus kepala Arabella Lembut dengan senyum kemenangannya. "Infusmu sudah habis, apakah kau masih merasa lemah?" tanya Joe.

"Sudah lebih baik dari sebelumnya. Aku tidak memerlukan infus lagi" jawab Arabella yang memang sudah merasa lebih baik dari kondisinya yang terakhir kali.

"Baiklah, aku akan melepas infusnya" Joe mengangguk setuju "Kalau begitu kau hanya perlu istirahat yang cukup, aku akan kembali ke rumah sakit dulu. Setelah selesai disana aku akan datang lagi" ucap Joe seraya membereskan peralatan medisnya. "Aku pergi dulu" pamit Joe dan menyempatkan diri mengecup kening Arabella sebelum meninggalkan Arabella sendirian di kamar hotelnya.

Arabella hanya memandang punggung sahabatnya itu hingga menghilang di balik pintu yang tertutup rapat. Terbersit rasa bersalah dihatinya, karna sampai saat ini dia belum memberitahukan kepada sahabatnya itu tentang pernikahannya dengan Sam. Pasti Joe akan sangat kecewa saat mengetahui hal tersebut, pikir Arabella sedih.