Sesuai yang sudah di sepakati, Arabella istirahat dikamar hotelnya selama 3 hari tanpa melakukan aktivitas apa pun dan setiap harinya Joe akan selalu datang mengunjunginya selepas bertugas di rumah sakit.
"Kamu yakin sudah baikan?" tanya Joe yang entah untuk yang ke berapa kalinya, Ara sampai tidak ingat.
"SANGAT baik Joe" jawab Ara dengan menekankan perkataannya. "Berhenti bersikap berlebihan seperti itu" ucap Ara jengah dengan kekhawatiran sahabatnya itu yang sangat berlebihan.
"Aku khawatir dengan keadaan mu karna aku peduli sama kamu" jawab Joe tidak mau kalah. "Harusnya kau bangga mendapat perhatian lebih dari seorang dokter yang memiliki banyak penggemar" lanjutnya dengan nada angkuh.
"Mereka tidak tau saja jika dokter favorit mereka adalah seorang pria brengsek yang sangat senang 'celup sana celup sini'." Ucap Ara dengan senyum sinis.
"Ahh... sudahlah. Tidak ada untungnya juga aku berdebat dengan mu. Manusia Es berhati batu seperti mu mana Peduli dengan semua itu" Ucap Joe menyerah, Ara hanya tersenyum penuh kemenangan ke arah Joe.
"Kau bawa mobil kan?" tanya Ara kemudian setelah membereskan semua barang-barangnya ke dalam kopernya.
"Ya... tidak mungkin juga kan aku mengantarmu ke bandara menggunakan taksi" Jawab Joe sambil memutar kedua bola matanya.
"Kalau begitu kita berangkat sekarang" ucap Ara sambil menyeret kopernya keluar dari kamar hotel yang ia tempati selama 2 minggu ini.
"Biar aku saja yang bawa" ucap Joe mengambil alih koper yang berada ditangan Arabella. Ara hanya tersenyum kecil dan membiarkan Joe mengambil alih kopernya.
Mereka berjalan bersisian menuju lift yang akan membawanya turun ke Lobby. Di Lobby Ara menghampiri resepsionis menyerahkan kunci kamarnya dan mengurus keperluan lainnya.
Setelah selesai mereka kembali berjalan bersisian bersama keluar dari gedung hotel menuju mobil sedang milik Joe yang terparkir di area parkir depan hotel. Saat kedua orang tersebut melintas di area Lobby, orang-orang akan mengira bahwa kedua orang tersebut adalah pasangan yang baru menghabiskan waktu mereka di hotel.
Dalam perjalanan menuju bandara, Joe kembali memberikan ceramahnya yang menutur Ara sungguh menyebalkan, Ara tau kalau sahabatnya ini sangat peduli padanya, tetapi jika harus diceramahi seperti ini setiap saat Ara pun juga merasa jengah juga.
"Aku akan melakukan semua yang kau katakan itu, dan tidak perlu mengatakannya hingga berulang-ulang, aku sampai hafal setia kata yang kau ucapkan itu" ucap Ara akhirnya.
"Aku pamit yah" ucap Ara saat mereka telah berdiri di pintu masuk bandara.
"Kamu hati-hati, dan ingat! Jangan terlalu memforsir tubuh mu untuk bekerja. Aku tidak ada disana untuk bisa menjadi perawat pribadimu" ucap Joe dengan nada yang dibuat se-serius mungkin.
Ara tersenyum kecil dan mengangguk mendengar nasehat sahabatnya itu. "Siap pak dokter" ucap Arabella. "Lagian disana ada mama dan yang lain yang akan menjaga ku" lanjutnya.
Inilah sisi Ara yang tidak pernah dilihat oleh orang lain. Hanya orang-orang terdekatnyalah yang akan mendapatkan kesempatan melihat sisi lain darinya. Orang luar akan selalu menilai Arabella sebagai sosok yang berhati dingin dan kejam, sedangkan bagi mereka yang mengenalnya, Ara hanya gadis biasa seperti wanita kebanyakan.
"Give me hug" ucap Joe merentangkan tangannya, Ara hanya menggeleng pelan tetapi tetap melangkah kearah sahabatnya memberikan apa yang di inginkan oleh sahabatnya itu. "I will miss you" ucap Joe mengeratkan pelukannya.
"I will miss you too" jawab Ara. "Aku tunggu kamu di New York, Mom dan Jess pasti senang kau datang" lanjutnya.
"Yah... Aku akan memeriksa jadwalku dan melihat apakah aku bisa mengunjungi kalian secepatnya atau akan seperti sebelum-sebelumnya." Jawab Joe lesu. Bagaimana tidak? Mereka hanya akan berkumpul saat libur natal dan tahun baru, mengingat kesibukan yang dimiliki masing-masing. " Sampaikan salamku pada mereka" lanjutnya setelah melepas pelukan keduanya.
"Yah... Akan ku sampaikan" jawab Arabella sambil menyeret kopernya berjalan menuju area Check-in. Joe tetap berdiri ditempatnya sampai Arabella mengilang dari pandangannya barulah Joe beranjak dari tempatnya.
*****
Di ruang kerjanya Sam duduk terdiam di kursi kebesarannya menatap lurus kearah Layar monitornya. Tatapan yang sulit diartikan terpancar jelas pada kedua matanya melihat berbagai foto yang di kirimkan oleh orang suruhannya.
Didalam foto tersebut sepasang pria dan wanita sedang berjalan bersisian meninggalkan Lobby hotel dengan sang pria yang menarik sebuah koper berukuran sedang dan sang wanita yang berjalan santai di sampingnya serta beberapa foto lainnya. Dan yang lebih menusuk pandangan Sam adalah salah satu foto yang menampilkan kedua orang tersebut yang sedang berpelukan dengan tatapan sang pria yang seolah sangat berat melepas kepergian sang wanita, serta senyuman yang di berikan oleh sang wanita untung menenangkan sang pria.
Senyuman yang tidak pernah Sam lihat sebelumnya, senyuman yang tidak pernah tertuju kearahnya sebelumnya. Hingga Sam mengira bahwa wanita tersebut memang tidak tau bagaimana cara tersenyum, tapi apa yang Sam lihat tidak seperti dengan apa yang ia pikirkan selama ini.
"Jadi ini urusan penting yang mereka maksud itu? Bertemu dengan kekasihnya?" tanya Sam yang entah pada Siapa. Sam tersenyum miris memikirkan kebodohannya selama beberapa hari ini yang sibuk mencari tau tentang masalah apa yang sedang dihadapi oleh Istrinya. Ya, foto tersebut adalah Arabella dengan seorang pria yang tidak Sam kenal. Dan dilihat dari sisi mana pun, semua orang bisa langsung menebak bahwa mereka adalah sepasang kekasih yang saling mencintai.
Mungkin ini alasan Arabella merahasiakan pernikahan mereka, wanita itu tidak ingin jika sampai pernikahannya tersebar dan kekasihnya itu mengetahui status Arabella yang sekarang yang sudah menjadi seorang istri.
Ini alasan kenapa Ara mengajukan kesepakatan untuk tidak mencampuri urusan masing-masing, agar hubungannya dengan kekasihnya bisa tetap terjalin dengan baik tanpa gangguan dari siapa pun.
Sam mematikan layar komputernya dan beranjak untuk membersihkan dirinya, dia berniat untuk kembali mencari kesenangan di tempat favoritnya.
*****
Setelah menempuh penerbangan selama kurang lebih 6 jam lamanya, akhirnya Arabella kembali menginjakkan kakinya di New York. Dia sudah menelpon sopir pribadinya untuk menjemputnya di bandara dan saat ini mereka telah berada di dalam mobil menuju rumahnya.
Dalam perjalanan, seperti biasa Arabella hanya akan diam. Namun dari yang dilihat Mr. Albert–sang sopir, majikannya saat ini terlihat sedikit pucat dan lebih kurus dari terakhir yang dia ingat. Ingin sekali Mr. Albert menanyakan bagai mana kondisi sang majikan, namun ia tidak berani bertanya seperti itu.
"Nyonya, kita sudah sampai" ucap Mr. Albert memberitahukan.
Arabella membuka matanya yang sedari tadi terpejam dan memeriksa keluar jendela, dan benar, mereka telah sampai di depan rumahnya.
"Terima kasih" Ucap Arabella sebelum turun dari mobil dan di susul oleh sang sopir yang mengikutinya dari belakang sambil membawa barang-barangnya.
"Selamat malam Nyonya" sapa Madam Alice yang menyambutnya di depan pintu.
"Malam Madam" balas Arabella "tolong siapkan makan malam. Aku akan turun setelah membersihkan tubuh ku" lanjutnya, lalu melangkah kearah tangga yang akan membawanya ke kamarnya.