" Dimana kita bisa melihat rekaman mata Cristal?."
Mereka menyudahi makan siang mereka dan bersiap melakukan pencarian.
" Sepuluh menit berjalan dari sini kita akan menemukan kantor pemantau?."
Abel bangkit diikuti Maya.
" Ingky ayo cepat."
Orang yang dipanggil berdiri dengan enggan.
" Jalan lagi." Keluhnya.
Benar saja, mereka segera tiba di sebuah bangunan besar lainnya, hanya saja suasananya sunyi. Disini, bentuk makhluk yang lalu lalang lebih manusiawi daripada di rumah singgah tadi. Mereka terlihat seperti remaja bertelinga lancip, berkulit kuning Langsat dengan mata bulat. Wajah mereka semuanya hampir sama. Mengenakan pakaian Pakaian hijau dengan angka di punggung masing-masing.
Ingky menarik Abel mendekat." Peri?."
" Kurcaci." Abel berbisik.
" Pangeran Abel?!."
Satu sosok membuat Ingky batal bertanya lagi.
" Tuan Argen!." Sambut Abel menjabat tangan pria separuh baya itu.
" Mereka?." Tuan Argen melihat dua gadis yang tersenyum kearahnya.
" Maya dan Ingky, temanku."
Abel cepat menepuk pundak pria itu mencegahnya terus bertanya" Aku kesini mencari temanku yang lain. Mungkin dia tersesat di Wilayah hijau, bisakah membantuku melihat rekaman mata Cristal?."
" Haii..." Tuan Argen mendesah." Kamu harusnya membimbing mereka dengan baik sebelum datang berkunjung kedua ke dua." Abel tersenyum pahit " Maaf merepotkan mu."
" Tunggulah sebentar."
" Kalau begitu, aku menemui Vouten"
Abel kembali menyeret keduanya ke lift yang langsung terbang kerumah kerucut terapung.
" Sahabat lama,aku datang!." Serunya di depan pintu perak.
" Kamu tidak disambut." Suara bocah yang sedang merajuk terdengar dan pintu segera terbuka. Karpet hijau yang menjalar masuk ke ruang tertentu bersinar diikuti suara perintah." Masuklah kemari."
Abel mendorong keduanya ke karpet itu yang bergerak perlahan membawa mereka.
" Buang ekspresi itu. seolah bumi tidak memiliki hal seperti ini." Kata Abel geli melihat wajah melongo dua gadis itu.
" Ini jauh lebih baik dari eskalator,tahu." Sentak Ingky.
" Membawa teman, tumben?."
Seorang remaja dengan kaca mata tebal menempel di wajahnya.
" Menyembunyikan esensi manusia dengan sangat baik. Sepertinya Kekuatanmu pulih banyak, pangeranku."
Abel nyengir mendengar komentar sahabatnya yang terus terang itu.
" Tidak ada yang bisa disembunyikan dari teman Vouten ini." Ia mengambil tempat disisi pria itu dan berkata pada Maya dan Ingky." Duduk dan bersantai dimanapun kalian suka. Tempat ini juga bisa dianggap rumahku. Jangan sungkan."
" Terlalu percaya diri." Vouten mencibir.
Maya memilih sofa di dekatnya, matanya menjelajah ruang artistik ini. Ingky tertarik pada sofa bulu bundar, terbuai kelembutan begitu dia duduk. Tidak lama,kursi itu bergerak dan berubah jadi serigala putih. Ingky menjauh ketakutan. Abel melambai " Duduk disini. Jangan mengganggu Ger." Abel menepuk-nepuk Ingky agar rileks.
" Adik ipar cukup penurut." Vouten melirik.
Serigala itu berubah menjadi bocah, berdiri melipat tangan di dada dan menatap kesal pada Ingky.
" Aku tidak menyukainya."
" Tuanmu menyukainya. Pergilah bermain."
Bocah serigala berlari keluar dengan tidak bahagia.
" Bahkan binatang pun bisa berubah manusia disini."
Mata Ingky membara menatap hilangnya bocah serigala itu. Kesadarannya pulih ketika Maya bertanya.
" Berapa lama memeriksa mata Cristal?."
" Untuk apa memeriksa mata Cristal?." Vouten ikut bertanya.
" Temanku tersesat di wilayah hijau, aku meminta tuan Argen membantuku memeriksa mata Cristal untuk mencarinya."
" Jangan terlalu mengharapkan kurcaci tua itu, dia selelet siput." Ujar Vouten.
" Lagian kamu harusnya membimbing teman-temanmu dengan baik sebelum datang. Disini berbeda dengan bumi." Katanya pada Abel.
" Kamu tahu kami dari bumi?."
Vouten memutar matanya mendengar pertanyaan Ingky.
" Apa itu masih harus ditanyakan."
" Kami sudah menyembunyikan esensi manusia kami." Kata Ingky hati-hati.
" Hanya iblis bumi yang tidak memiliki simbol klan." Jawab Vouten acuh.
" Iblis? kami jelas mamusi." Protes Ingky.
Vouten membuka kacamatanya.
" Kamu benar-benar tidak bisa diandalkan." Ia memandang remeh pada Abel yang nyengir.
" Nona, dengar, ya." Vouten beralih ke Ingky dengan wajah serius.
" Bumi dan dunia ke dua dipisahkan lapisan pelindung sihir yang kuat sehingga manusia tidak bisa masuk ke dunia ke dua dengan mudah,itu untuk menghindari manusia di manfaatkan oleh iblis untuk menghasilkan esensi manusia yang sangat membantu iblis meningkatkan kekuatannya."
" Tidak mudah, bukan berarti tidak bisa, kan?." Sanggah Maya.
" Benar. Tapi cuma ada dua cara manusia bisa masuk."
" Pertama, kalian masuk melalui ritual Zatan, artinya manusia itu akan menjadi tumbal." Ingky tergidik dan menjauh dari Abel.
" Aku bahkan bukan Zatan." Abel Berkata prihatin.
"Kedua, ada iblis minimal level lima yang meminjamimu auranya dan kamu hanya bisa masuk diwilayahnya."
" Berarti Abel meminjamkan kami auranya." ujar Ingky cepat.
Vouten menatap Ingky putus asa." Iblis hanya akan meminjamkan auranya pada manusia yang memiliki ikatan kontrak."
" Kontrak?!."
" Perjanjian darah antara iblis dan manusia untuk saling menguntungkan. Apa kalian pernah melakukannya?." Ingky menggeleng.
" Bahkan kalau Abel melakukannya, kalian hanya bisa berada di wilayah iblis Utara atau iblis Timur." Kata Vouten tidak sabar.
" Karena kedua hal itu tidak terjadi dan kami berada di wilayah ras peri. Mungkinkan kamu ingin mengatakan kalau kami miliki darah iblis atau peri?." Tebak Maya.
Vouten tersenyum senang." Nona, isi kepalamu tidak buruk." Ingky cemberut mendengar Vouten.
" Jadi kamu mengatakan isi kepalau, sialan!." Ia memaki dalam hati.
" Ya. Kalian memiliki darah iblis atau peri dan berasal dari dunia ke dua." Kata Vouten Yakin.
Kepala Ingky berdenyut. " Tidak mungkin! bagaimana aku menjadi iblis?."