Chereads / Dunia ke Dua / Chapter 17 - Pangeran Levi

Chapter 17 - Pangeran Levi

Turun dari kereta perak, Abel bergegas memasuki bangunan putih berbentu prisma. Memperlihatkan kode angka ditangannya pada penjaga dan mereka segera digiring ke satu ruangan besar dipenuhi bunga lili di dindingnya.

" Bangunan disini bentuknya aneh, selera mereka juga agak berbeda." Bisik Ingky yang mendapat isyarat diam sebagai balasan Maya.

" Bocah bau, kamu disini?!." Pria muda berambut pink muncul.

" Lama tidak melihatmu dan muncul membawakanku masalah. Begitu caramu menyapa tetua?." Pria itu lalu meluncurkan bunga-bunga lili kearah Abel yang berakhir meledak dan membuat Abel sibuk menghindar.

Keduanya hanya bisa berdiri di sudut ruang menonton dengan linglung.

" Bocah, apa hubunganmu dengan anak itu?."

Pria duduk tenang seolah baru saja dia tidak melakukan hal konyol.

" Dia sepupuku di bumi. Apa ada sesuatu?."

Abel duduk di depan pria itu.

" Apa kamu tahu, dari klan mana dia?."

Abel menggeleng." Aku saja tahu, dia bagian dari dunia ke dua saat dia bisa masuk chaos portal."

" Segel auranya cukup tinggi. Sepertinya dia tidak tahu tentang dirinya."

" Mungkin."

" Aku merasakan aura klan Utara pada dirinya."

Kening Abel berkerut.

" Kamu bisa menyelidikiny nanti." katanya lagi seolah membaca pikiran Abel.

" Dia sudah ada di rumah bunga. Untung Ger cepat datang memberitahuku."

" Maaf karena merepotkanmu merawatnya."

" Bukan apa-apa. Setidaknya dia belum masuk ke halaman suci. esensinya bisa mempengaruhi Pangeran Levi."

Pria itu melirik dia sosok yang diam di sudut." Mereka?."

" Teman-temanku. Ingky dan Maya." Abel melambai meminta mereka mendekat.

" Ini tuan Morgan. Tetua disini." Maya dan Ingky menyapa dengan sopan.

" Dia berasal dari selatan, kan?." Tuan Morgan menunjuk Ingky. " Apa ayahmu belum menemuimu?."

" Bagaimana kamu mengetahui tentang ayahku?."

" Membaca ingatan." Kata Tuan Morgan santai." Melihat energimu, dia seharusnya segera menemuimu. Pengolahan energi jiwa harus cepat dilakukan."

Melihat wajah bingungnya. Tuan Morgan melambaikan tangan." Tidak perlu dipikirkan, percaya saja, kalian akan bertemu."

"Nak, mendekat kemari!." Dia beralih memanggil Maya.

" Kemarilah!." Panggilnya lagi melihat Maya ragu-ragu. " Keluarkan buku yang ad dibalik bajumu." Maya tertegun.

" Tidak perlu takut. Itu milik ibumu,aku tidak berniat mengambilnya. Percayalah bahwa aku sangat segan pada Melanie."

" Bagaimana kamu tahu ibuku?." Suara Maya bergetar.

" Lihat! kamu sangat bersemangat sekarang." Tuan Morgan tertawa penuh kemenangan." Karena dia bossku."

" Aku tidak bisa menceritakan semuanya, jadi..." Tangannya cepat meraih Maya dan menyentuh dahinya dengan ujung jari telunjuk dan jari telunjuk lainnya berada di pelipisnya sendiri. Memejamkan mata dan merapal mantra. Seketika banyak bayangan berkelebat di benak Maya. Ini semacam ingat. Ini ingatan ibunya.

" Periksa ingatan itu saat kamu kembali. Aku akan mengajarimu beberapa mantra dasar."

Tuan Morgan kembali melakukan hal yang sama dan beberapa kalimat aneh tersimpan di hatinya. Ia juga mendapat petunjuk membaca tulisan aneh dalam bukunya.

Tuan Morgan membuka buku yang dibawa Maya dan menyeret tangannya diatas sebuah simbol dengan merapal mantra jari Maya tertusuk jarum dan mengeluarkan darah. Seolah bereaksi pada tetesan dara itu, Buku itu bersinar terang.Ketika sinar itu lenyap, Buku itu mengepak dan terbang berkeliling disekitar keduanya.

" Jadilah baik." Tuan Morgan menegur sang buku." Dia tuanmu sekarang. Beri hormat." Buku itu mengepak sekali lagi dan kembali keatas meja berdiri dengan santai dan halamannya terbuka dengan cepat. Kemudian berubah wujud jadi burung hijau keemasan dengan merah dibawah paruhnya.

" Kamu harus berlatih dengannya."

" Dimengerti." Ucap sang burung.

" Namanya Nila, dia dibesarkan sendiri oleh ibumu." Tuan Morgan menyerahkan pada Maya.

Ingky yang terlalu terkejut tak bisa berkata apapun kecuali melongo.

" Teman kecil, aku juga punya sesuatu untukmu." Katanya pada Ingky. Menyentak tangannya dan memunculkan ular hijau keemasan dengan sayap kecil.

" Tidak terima kasih." Ingky tidak menyukai reptil. Dia geli bila melihat binatang melata jadi dia menolak dengan cepat.

" Jangan buru-buru menolaknya. Ini binatang iblis pengendali badai. Dia masih keluarga naga."

" Tapi...." Wajah Ingky menjadi pucat.

" Aku tidak suka ular." Katanya dengan nada pahit.

" Lalu biarkan dia berubah wujud." Tuan Morgan melempar ular kecil itu dan segera menjadi bocah Lima tahun.

" Tua Bangka, kamu tidak sopan." Bocah ular itu memaki." Aku juga tidak menyukaimu." Dia menunjuk Ingky dengan wajah geram.

" Lola, jangan katakan itu, dia tuanmu sekarang." Kata Tuan Morgan.

" Aku belum mengikat kontrak dengannya." Lola ular melipat kedua tangannya di dada dan memalingkan muka, rambut coklat sebahunya berkibar.

" Tentu saja sudah. Bukankah kamu sudah memiliki janji dengan penolongmu untuk setia padanya dan anaknya."

Lola mendekati Ingky mata hijaunya mengerjap. " Dia anak Louis?."

" Lalu siapa menurutmu?.". Tuan Morgan duduk kembali di kursinya

" Siapa Louis?." Ingky mengangkat alisnya.

" Wajah kalian sedikit mirip tapi bagaimana kamu tidak mengenali ayahmu?." Lola berkata dengan mata sinis.

" Aku tidak tahu ayahku dan merasa tidak memilikinya."

" Lihat! Dia bahkan tidak mengakui Louis. Kamu salah pak tua."

Tuan Morgan menekan dahinya. melihat mereka berdebat membuatnya sakit kepala.

" Nak, ayahmu memiliki alasan meninggalkanmu seperti ibunya meninggalkannya." Ujar Tuan Morgan menunjuk Maya.

" Ada orang-orang tertentu harus menjalani misi rahasia demi keselamatan kita semua. Baik dunia kedua ataupun bumi." Tuan Morgan menghela napas berat.

" Pada saatnya nanti kalian akan mengerti semuanya."

" Ikutlah dengannya." Ia melambaikan tangannya. Lola menurut dengan enggan.

" Memberi hormat pada lord Morgan."

Vouten tiba bersama Ger.

" Karena kamu juga sudah disini, mari kita menyelesaikan kekacauannya." Lord Morgan menjentikkan jari dan sebuah pintu terbuka, ada jalan yang diapit dua dinding, Luasnya hanya dua meter, cukup untuk dua orang jalan beriringan. Sepanjang dinding terpasang pigura dengan lukisan di dalamnya. lukisan pertama seorang pria dengan stelan hitam dengan tongkat dan topi tinggi, wajahnya yang tampan tersenyum sinis.

" Apa mereka orang penting di sini."

" Bukan. Mereka orang -orang yang terjerumus ke jalan Zatan dan berhasil dimurnikan. Dulu dia diberi gelar pesulap tangan dingin. Dia menculik penonton secara acak untuk ditumbalkan."

Vouten menjelaskan.

" Dia dulunya guru taman kanak-kanak, dia mengisap energi anak-anak sampai mati untuk membangkitkan kekuatan leluhurnya." Vouten menunjuk lukisan gadis berambut panjang yang memegang boneka.

" Tuan, jalanlah dengan cepat. Lord Morgan sudah meninggal kan kita." Ger menarik-narik tangan Vouten.

Ingky pun berhenti bertanya dan mempercepat langkahnya menyusul mereka.

Di ujung jalan itu, ada dua foto yang ukurannya lebih besar dari yang lain.

" Ini sediki familiar." Ingky menunjuk foto pria berambut abu-abu yang panjang. mengenakan seragam baja dengan pedang perak di pinggangnya.

Ger yang berada didekat Ingky memutar mata sedang Vouten melirik Abel nyengir.

" Dia iblis logam dingin, orang yang datang bersamamu." Sahut Ger membuat Maya memutar kepalanya kearah Abel.

" Pangeran Abel".

Ingky ke Abel sambil menunjuk gambar itu

" Ini kamu?! disini terlihat sangat dewasa."

" Itu seratus tahun lalu." Abel menggaruk kepalanya dengan senyum pahit.

" Orang yang dimurnikan usianya dipulihkan kembali sesuai tingkat pemurniannya."

" Seratus tahun." Ingky menggumannya seolah tak percaya.

" Haiya...!!! usia dia sudah dua ratus tahun lebih. Kenapa terlalu kaget dengan seratus tahun." Lola bocah ular mencibir.

" Dua...dua ratus tahun....dia bahkan dua ratus tahun." Mata Ingky kian melotot.

" Kenapa dua gambar ini lebih besar dari yang lain?." Maya ikut bertanya.

" Yang lain menempuh jalur Zatan dengan mengorbankan manusia. Pangeran Abel membantai anggota keluarga istana kaisar iblis klan Utara, mengendalikan moster memenggal seribu Zatan untuk mengubur putra mahkota."

Ingky tidak bisa berkata-kata lagi, orang yang bersamanya selama dua tahun terakhir adalah iblis yang mengerikan.

" Gambar ini paling besar dari yang lain." Kata Maya membuat semuanya mengangkat mata melihat lukisan itu.

Pria berambut merah muda panjang. Baju longgar dengan ikat pinggang berjuntai seakan berkibar tertiup angin. Tangan kanannya memegang kipas dan tangan kirinya membawa pedang emas ukir naga."

Hening sejenak tak ada yang memberi penjelasan.

" Dia pangeran Levi." Lord Morgan bersuara karena yang lain sepertinya enggan membicarakannya.

" Dia membantai kerajaan iblis klan barat, ratusan ribu iblis lain dari empat klan, membakar hutan cinta ras peri. Menjadi raja Zatan selama ratusan tahun."

" Lord Zatan?!." Tebak Maya.

" Ya. Nama lahirnya pangeran Levi, gelarnya Lord Zatan, iblis emas membara."

" Menyambut Lord Morgan!." Suara nyarinng disertai munculnya peri kecil menabur bunga.

" Selamat datang di taman surgawi".