Anastasia menaruh mantel bulu yang sangat berat di tubuh kecil nya itu ke sebuah gantungan khusus untuk mantel-mantel yang disediakan oleh petugas gedung. Tanpa ada yang menyadari nya, dia memisahkan diri dari kerumunan. Anastasia melihat ada sebuah lift yang seperti nya untuk lift darurat. Tanpa mengundang perhatian orang-orang, anastasia memasuki lift tersebut.
Dia menghembuskan napas lega ketika sudah berada di dalam lift. Dia melihat tombol di dalam lift tersebut. Seperti nya lift ini hanya ditujukan untuk satu lantai tertentu di atas gedung ini. Karena lift hanya berhenti di satu lantai.
Ting!!
Bunyi denting lift. Dan pintu lift pun terbuka.
Anastasia melangkahkan kaki nya ragu-ragu, karena di lantai ini hanya terdapat satu ruangan dengan pintu kayu besar berwarna coklat tua mengkilap. Urat-urat kayu terlihat indah tercetak di pintu kayu tersebut. Aneh nya ruangan ini sangat sepi. Bahkan tidak terdapat siapa pun di ruangan ini. Keheningan menyambutnya di detik pertama ia menginjakkan kaki di ruangan asing ini.
"Ini ruangan apa?" Tanya anastasia pada diri nya sendiri. Seolah tak membutuhkan jawaban, ia berjalan mendekat pada pintu besar tersebut. Anastasia mendekatkan telinga nya pada daun pintu kayu yang kokoh tersebut. Ia memejamkan mata nya menanti dengan sabar sedenting suara dari dalam. Tapi sayang nya ruangan ini terlalu hening. Hingga anastasia mengerutkan kening.
Rasa penasaran itu mulai menguasai nya, menggerogoti hati dan pikiran nya untuk bergerak sesuai insting nya. Anastasia meletakkan telapak tangan nya di daun pintu kayu yang kokoh tersebut. Dengan perlahan ia mendorong pintu tersebut.
"Pasti terkunci. Pasti terkunci. Pasti .......ter......kunci". Ternyata pintu itu tidak di kunci.
Anastasia bagai terserang kelumpuhan seketika di sekujur tubuh nya. Tepat ketika ia membuka pintu, siluet seorang wanita dalam balutan bathrobe kimono panjang berwarna merah marun yang indah itu sedang berdiri membelakangi nya. Kimono panjang itu berkibar ketika angin berhembus kencang dari jendela yang sengaja dibiarkan terbuka lebar. Rambut panjang sepundak wanita itu tergerai sempurna. Angin menghembuskan anak-anak rambut ash brown itu hingga wajah wanita itu tersibak.
Anastasia yang melihat nya dari samping ternganga dibuat nya. Wajah wanita itu sangat cantik. Dengan alis coklat tua yang terbentuk sempurna, tulang hidung yang menjulang indah, mata wanita itu mengerjap memperlihatkan kelopak mata dengan bulu-bulu mata lentik yang bergerak gemulai bak balerina, begitu cantik. Bibir wanita itu ranum dengan lipstick warna merah menyala yang membuatnya terlihat cantik menggoda. Bahkan kulit wanita itu terlihat bercahaya tertimpa sinar matahari. She is like a goddess.
Tapi yang membuat anastasia membeku seketika adalah tindakan wanita itu. Wanita itu terlihat berdiri tepat di depan jendela besar yang terbuka. Bukan kah kamar ini berada di lantai atas gedung pencakar langit? Bahkan berada di atas ketinggian puluhan ribu kaki diatas permukaan bumi. Kaki wanita itu melangkah hendak melewati jendela besar yang terbuka itu. Angin yang berhembus tiba-tiba terasa dingin membekukan. Detik itu waktu seakan berhenti bergerak. Anastasia merasa jantung nya berhenti berdetak ketika wanita cantik yang membelakangi nya itu akan melangkah untuk ....... bunuh diri.
"TIDAK!!!"
Dorongan impulsif menggerakkan seluruh syaraf yang dimiliki nya, seolah seluruh tubuh nya bergerak untuk berlari tanpa sadar. Anastasia tanpa sadar meloncat untuk menjangkau tubuh wanita itu.
BRUK!! BRUK!!
"Aaah". Terdengar erangan pelan dari bibir anastasia. Mereka berdua terjatuh hingga terguling di lantai yang telah dilapisi karpet tebal itu. Seluruh tubuh nya terasa sakit karena wanita itu bertubuh lebih tinggi dari nya. Dan dia terjatuh tepat diatas tubuh anastasia yang lebih mungil.
"Shit!! What are you doing?!". Wanita itu langsung bergerak cepat dan cekatan bangun dari tubuh anastasia. Dia membungkuk dan kedua tangan nya langsung mengunci kedua pergelangan tangan anastasia dengan kuncian yang kuat.
Anastasia yang belum sadar benar dengan tindakan nya bahkan belum menyadari posisi nya yang tidur terlentang dengan kedua tangan diatas kepala dan menempel pada karpet karena dikunci kuat oleh kedua tangan wanita ini. Pikiran nya seolah berkabut. Selama beberapa detik anastasia hanya terperangkap oleh mata coklat gelap yang menatap nya tajam.
"Jangan bunuh diri". Ucap pelan anastasia tanpa sadar.
"Apa?" Wanita itu berkata tajam. Dia masih menatap penuh curiga pada anastasia yang kini berada tepat dibawah nya.
"A-apapun itu yang ada di pikiran mu kumohon jangan lakukan. Aku-aku juga kabur dari panti karena akan dinikahkan dengan tuan baron yang tua bangka itu. Meskipun aku tidak tahu tuan baron dan hmm dan belum pernah bertemu dengan nya. Tapi hmm tapi aku yakin dia pasti pria tua, botak, perut buncit dan berwajah mesum. Aku tidak sudi menikah dengan nya". Mata hijau anastasia mengerjap dengan polos nya. Mata hijau bulat itu melebar, mengingatkan pada kucing bersepatu boot yang basah kuyup kehujanan.
"Katakan padaku bagaimana kau bisa masuk kesini?" Tanya wanita itu masih dengan sorot mata curiga.
"Auuww auuw tangan ku sakit". Keluh ana pelan. Kening nya mengernyit menahan sakit.
"Jawab! Cepat!". Kata wanita itu dengan tidak sabar.
"Cerita nya panjang. Bagimana kalau kau lepaskan dulu tangan ku". Anastasia mencoba peruntungan dengan bernegosiasi dengan wajah memohon.
"Katakan. Atau ....". Wanita itu makin menekan kedua tangan ana.
"Aku tidak sengaja masuk kemari. Aku berkata jujur. Aku dikejar – kejar anak buah tuan baron itu. Lalu aku tidak sengaja mengikuti dua orang suami istri yang jadi tamu undangan di pesta ini. Aku hanya mencari tempat untuk bersembunyi sebentar tapi aku tersesat hingga ke kamar ini". Jawab ana dalam satu tarikan napas.
"Bagaimana kau bisa melewati para penjaga di luar kamar ini?". Tanya wanita itu lagi.
"Penjaga? Aku tidak melihat ada penjaga". Bantah anastasia
Wanita itu baru ingat, ia yang meminta semua bodyguard untuk pergi dari sini karena dia berniat kabur.
"Lantas menyerangku?" Tanya nya dengan mata berkilat penuh aura membunuh.
"Menyerang mu? Aku tidak berniat menyerang mu. Aku justru ingin menyelamatkan mu. Aku kira hmm aku kira kau akan terjun dari jendela besar itu". Ucap Anastasia lagi.
Mata anastasia tiba-tiba bergerak sekeliling ruangan tersebut. Dan sorot mata nya berhenti tepat di sebuah gaun pengantin putih yang tergantung di sebuah gantungan baju di samping cermin tinggi.
"Jadi kau mengira aku akan bunuh diri karena dinikahkan paksa? Begitu?" Tiba – tiba wanita itu berkata dan membuyarkan lamunan nya.
Anastasia menjawab nya cepat dengan anggukan. "Gaun itu. Gaun pengantin, bukan?". Anastasia menunjuk sebuah gaun putih tulang yang tergantung dengan dagu nya. Wanita itu mengikuti arah pandang anastasia. "Lalu kau berdiri di jendela itu. Bahkan dari arah pandangan ku, kau terlihat seperti ingin meloncat melewati jendela. Dan ini di atas gedung pencakar langit. Apa nama nya kalau bukan ingin bunuh diri?" Ucap anastasia lagi.
"Aaah haha begitu rupanya yang kau lihat". Wanita itu melepaskan cengkraman nya di kedua tangan anastasia. Dia bahkan bangkit berdiri lalu mengulurkan tangan pada anastasia yang masih terbaring di lantai.
Anastasia menatap uluran tangan wanita itu, tanpa pikir panjang ia menyambut uluran tangan wanita itu untuk bangkit berdiri.
"Beatrice Sanchez. Panggil aku B (Bi)".
"Anastasia Green". Ucap ana
"Aku memang harus pergi dari sini tapi tidak untuk bunuh diri". Kata beatrice
"Benarkah? Kau tak akan bunuh diri, bukan?" Tanya anastasia lagi.
Anastasia menghembuskan napas lega. Setidaknya dia berhasil menyelamatkan wanita ini dari kenekatan nya. Beatrice yang melihat hal itu tersenyum simpul. Otak cerdas nya tiba-tiba menemukan ide yang luar biasa.
"Seperti nya aku butuh bantuan mu". Beatrice tersenyum dengan wajah cantik nya. Dia berjalan mendekat ke arah tralis jendela. Tanpa sadar anastasia mundur perlahan mengikuti gerak langkah beatrice yang mendekat ke arah jendela.
"Bantuan? Bantuan seperti apa?" Tanya anastasia dengan wajah bingung dan polos nya. Tanpa sadar dia sudah berdiri di dekat jendela yang tertutup bertralis besi.
"Ini". Beatrice tersenyum tapi sorot mata nya menunjukkan hal sebalik nya. Hanya dalam hitungan detik bahkan tanpa sempat anastasia menghindar, beatrice sudah menangkap tangan kanan ana dan memborgol nya. Ana bahkan tidak mampu melihat kapan wanita itu mengeluarkan borgol dari balik baju kimono nya. Hanya dalam sekejap mata, tangan anastasia sudah terborgol dengan kuat pada tralis besi jendela.
Ana yang baru menyadari apa yang terjadi dengan tangan nya, tercengang. Dia bahkan tidak mampu berkata-kata.
"Ini? Ap-apa yang kau lakukan?!" Seru ana panik.
Beatrice menyeringai menanggapi seruan ana. "Gantikan aku menikah dengan akira".
"What?! Kau gil ..hmmhmmmhmm". Mulut ana tiba-tiba saja dibungkam dengan lakban hitam yang diambil beatrice dari balik kimono nya lagi.
"Kau senang membantu, bukan? Membantu tidak boleh setengah-setengah, darling". Beatrice tersenyum manis mempesona. Para pria biasa nya akan bertekuk lutut dihadapan nya hanya dengan sekali senyuman maut penuh pesona itu.
Tiba-tiba beatrice mundur satu langkah. Dia menatap anastasia dari ujung rambut hingga ujung kaki. Wajah nya seolah sedikit menimbang sesuatu.
"Hmm kau boleh juga".
"Hmm hmmm hmmm" Suara anastasia benar-benar lakban hitam yang melekat erat menutupi mulut nya.
Beatrice tidak perduli apa yang ana katakan. Dia harus bergegas sebelum para bodyguard itu kembali dan mendapati nya masih disini. Dengan gerakan cepat ia membuka kimono merah marun nya.
Anastasia sekali lagi dibuat melongo dengan penampilan wanita di hadapan nya ini. Kimono merah marun dengan bahan sutra yang indah itu dibiarkan tergeletak begitu saja di lantai, menyisakan pakaian ketat berwarna hitam yang melekat erat mengikuti lekuk tubuh indah pemilik nya.
Beatrice memakai pakaian khusus yang terbuat dari kulit lentur yang dijahit dengan benang khusus yang mampu membuat pakaian itu melekat pas mengikuti lekuk tubuh pemakainya. Pakaian hitam itu membuat beatrice terlihat cantik sekaligus mematikan.
Anastasia menatap beatrice dari ujung rambut lalu menurun perlahan hingga pandangan nya berhenti di paha kiri wanita itu. Tepat di paha kiri beatrice menggantung sebuah pistol kecil. Biarpun kecil pistol tetap dapat membunuh orang, bukan? Ana menelan ludah. Sesungguhnya siapa wanita yang ada di hadapan nya ini.
Lalu hanya dalam hitungan detik berikutnya beatrice benar-benar terjun dari jendela terbuka tadi. Wanita itu bahkan sempat melempar senyum pada anastasia.
Ana benar-benar shock. Gedung ini bisa dibilang berada di lantai 20an. Dan wanita gila itu terjun begitu saja melewati nya. Jantung ana hampir saja berhenti sebelum ia sadar dan melongokkan kepala melewati jendela. Tangan nya masih tertahan di tralis besi jendela sebelah jendela yang terbuka tadi. Anastasia dapat melihat beatrice terjun dengan kecepatan sangat cepat.
"Gilagilagilagilagila.... wanita itu sudah gila". Umpat ana dalam hati.
Hanya satu detik sejak ana berpikir wanita itu gila tiba-tiba dalam sekejap mata beatrice mengarahkan pistol kecil nya ke arah anastasia. Anastasia yang melihat beatrice yang terjun sambil mengarahkan pistol pada nya tidak bisa tidak berteriak tapi mulut nya terkunci rapat oleh lakban.
DESING!!!
Sebuah jangkar kecil menancap pada tembok tepat di bawah jendela kamar yang ana tempati. Ana tak kuasa berjongkok lemas. Seluruh tubuh nya terasa dingin karena jantung nya hampir saja berhenti berdetak ketika tepat beatrice menarik pelatuk pistol tersebut. Moncong pistol itu tepat mengarah pada nya.
Ternyata pistol itu bukan mengeluarkan peluru melainkan sebuah jangkar kecil yang menancap kuat pada tembok bata bahkan beton sekalipun. Jangkar itu menahan tali kecil, hitam dan kuat yang keluar dari moncong pistol. Ternyata beatrice menggunakan benda itu untuk bergerak menuruni dinding bangunan gedung pencakar langit itu.
Dia bergerak lincah seperti seorang pendaki tebing yang sudah terlatih dengan tali temali. Bahkan tidak ada alat pengaman yang melilit di pinggang nya. Tepat ketika ia sampai dan menginjakkan kaki di rerumputan di samping gedung pencakar langit itu, dia menatap ke atas seolah tahu anastasia masih menatap nya dengan tatapan kaget dan tak percaya.
Beatrice tersenyum dan melemparkan ciuman jarak jauh pada anastasia. Lalu wanita itu lenggang santai pergi dari sana. Dia bahkan tidak mau repot-repot menyembunyikan tali yang ia pakai untuk turun dari gedung pencakar langit itu.
Anastasia yang benar-benar melihat gerakan itu tiba-tiba merinding. Hawa dingin seolah-olah merayapi sekujur tubuh nya.
"Damn! It so ...... AWESOME!!" Jerit ana dalam hati.
Tok! Tok!
"Nona beatrice, apa anda sudah selesai?" Tanya seorang pelayan dari luar pintu.
Mata ana membelalak. Dia lupa dia sedang ada di pesta. Dan ini..... dan ini adalah ruangan calon mempelai wanita. Lalu wanita tadi bukan kah si mempelai wanita?
"Nona! Karena anda tidak menjawab. Saya ijin masuk dengan paksa, nona". Kata pelayan itu lagi.
"Mati aku! Bagaimana ini??!!". Ana berteriak dalam hati. Mulut nya masih terkunci. Berteriak pun hanya menguras tenaga nya.
"Ada apa ini?" Terdengar suara seorang pria di luar pintu. Seperti nya ia berbicara dengan pelayan itu.
"Ma-maaf tuan. Tapi nona beatrice tidak menjawab, jadi saya berniat membuka paksa kamar ini". Ucap si pelayan itu.
"Biar aku saja". Ucap lelaki itu. Dan sedetik kemudian terdengar suara knop pintu yang bergerak. Ana dapat melihat ketika knop pintu itu bergerak berputar. Waktu seolah bergerak sangat lambat. Seakan ingin menyiksanya lebih lama.
"Beatrice kau sudah ......................". Ucapan Akira terhenti detik itu juga.
Dihadapan nya kini tidak ada beatrice dengan balutan gaun pengantin. Tatapan matanya terpaku pada satu sosok yang berdiri membelakangi cahaya. Silaunya cahaya matahari seolah menyebar di sekitar tubuh orang tersebut tapi cahaya matahari tidak mampu memperlihatkan wajah orang itu.
Akira menyipitkan mata nya dan menatap tajam sosok yang berdiri menghalangi jendela. Detik itu ketika netra nya berhasil menangkap citra sosok yang berdiri menghalangi jendela tersebut, detik itu juga ia manik mata hitam nya bertemu dengan manik mata hijau sosok tersebut.
DEG!
Sebuah perasaan aneh tiba-tiba seperti meremas jantung akira hingga ia sulit bernapas. Siapa gadis ini?