Anastasia tidak pernah dicium sebelumnya, pun dia tidak pernah membayangkan diri nya akan dicium dalam waktu dekat. Ibu panti nya selalu memintanya supaya menjaga diri ketika berdekatan dengan lelaki manapun. Ketika dia tumbuh remaja sampai usia nya sekarang, memang banyak lelaki lajang di desa mereka yang mencoba mendekati nya. Mereka tertarik akan kecantikan anastasia yang unik. Tapi Anastasia sendiri terlalu sibuk mengurusi keluarga nya di panti asuhan. Dia berkutat dengan segala urusan dapur serta rumah tangga, belum lagi dia juga bekerja di toko kue, sehingga para lelaki yang dulu nya tertarik kepada nya akhirnya menyerah dan memilih perempuan lain yang lebih mudah diajak bersenang-senang. Bahkan Tristan sekalipun hanya pernah mencium pipi nya.
Karena itulah Anastasia belum pernah berciuman sebelum nya. Ini adalah ciuman pertama nya.
Dia tidak menyangka bahwa ciuman pertama nya akan diberikan oleh lelaki yang tidak ia kenal, yang menyeretnya menikah dengan ancaman kasar dan diatas altar dengan diguyur pandangan ratusan pasang mata. Bibir lelaki itu terasa begitu dingin, memaksa bibir nya membuka, sementara mulut dan lidah nya terus menjelajah tanpa permisi. Dia mencecap seluruh kehangatan yang ada di bibir anastasia. Seolah mencoba merenggut kehangatan itu dan menodainya.
Anastasia mengerang. Dia mencoba melepaskan diri ketika dirasakannya ciuman itu semakin dalam. Dan syukurlah sepertinya lelaki itu tersadar dan melepaskan nya tanpa perlawanan. Untuk sesaat mereka berdua berdiri bertatapan. Hanya diselingi tatapan penasaran dari para tamu undangan. Mata anastasia berkaca-kaca antara rasa tidak rela dan ketakutan, sementara Akira tidak berkedip, menatap tajam seolah tak peduli akan sekeliling. Lalu dengan gerakan cepat, Akira menarik pinggang anastasia, menarik nya mendekat hingga dada mereka saling bertubrukan.
Anastasia terbelalak ketika mata nya menatap tepat di dada Akira. Aroma lelaki itu tercium samar di indra penciuman nya. Aroma kekayuan dan rempah-rempah seperti kayu manis juga campuran jeruk tercium segar dan maskulin di waktu bersamaan terasa menggelitik penciumannya. Hati Anastasia tidak bisa tidak berdetak lebih cepat tanpa mampu ia ketahui alasan nya. Kedua tangan nya yang tak siap masih menggenggam erat buket bunga yang kini terhimpit diantara dada nya dan dada akira. Tanpa mampu menghindar, anastasia mendengar Akira berbisik tepat di telinga nya.
"Berpura-pura lah. Lihat ke depan".
Tepat di detik Akira mengangkat wajah nya, detik itu juga anastasia melihat tatapan tajam penuh intimidasi muncul di wajah lelaki itu. Detik berikut nya, Akira sudah memandang para tamu undangan dengan wajah datar nya.
Anastasia mendongak menatap mata hitam Akira, mencoba beringsut kembali ketika Akira melonggarkan rengkuhan nya di pinggang ana. Anastasia berbalik, menatap para tamu undangan. Dengan terpaksa ana tersenyum. Senyum yang tidak sampai ke mata nya.
*****
Anastasia menatap kesal Akira. Selesai sumpah pernikahan tadi, Akira bahkan tidak menyapa para tamu dan langsung menyeret Anastasia keluar gedung dimana sebuah mobil sedan hitam menunggu mereka. Anastasia bahkan kesulitan mengimbangi langkah kaki Akira yang cepat. Demi Tuhan, dia memakai high heel setinggi menara eiffel, dan langkah lelaki di depan nya ini seperti orang yang ketinggalan bis di jam pulang kerja.
Ada apa sebenarnya dengan orang ini?!
Akira bahkan tidak mau repot-repot membukakan pintu untuk ana. Anastasia menatap nya dengan kesal. Akira yang sudah menghempaskan tubuhnya di kursi penumpang, tiba-tiba membuka pintu jendela dan sedikit melongokkan kepala melihat anastasia.
"Kau punya tangan untuk membuka pintu sendiri, bukan?" Tanya Akira datar, ada nada kesal di suara nya.
"Aku bisa masuk sendiri. Terima kasih!" Jawab Ana ketus. Dia menarik napas dalam sebelum menghembuskan napas dengan kesal. Akhirnya ana membuka pintu.
Gaun ini terlihat sederhana tapi siapa sangka ekor gaun nya panjang sekali dan sangat berat. Akira melirik sebelah nya dan melihat anastasia memasuki mobil dengan kesusahan menyeret ekor gaun nya. Gadis itu bahkan menarik paksa gaun nya.
"Jangan dipaksa seperti itu. Gaun itu bisa rusak". Akira berkata pelan. Tiba-tiba saja tubuh Akira bergerak menyebrangi tubuh Anastasia. Dia bergerak cepat membuka pintu lebih lebar dan menarik ekor gaun yang dipakai ana perlahan, sebagian ekor gaun yang sudah masuk mobil itu Akira geser ke bawah agar sisa gaun memiliki ruang untuk memasuki mobil. Gerakan lelaki itu begitu gesit, cepat dan teratur seolah dia memiliki ketenangan tanpa cela dan tanpa emosi dalam melakukan segala sesuatu.
Akira tidak menyadari gerakan tiba-tiba nya itu membuat nafas anastasia tercekat untuk sesaat. Ana bahkan tanpa sadar menahan nafas ketika aroma tubuh Akira yang segar dan wangi kekayuan, rempah dan jeruk segar itu menyapa kembali penciuman nya. Pipi Akira bahkan berada dekat sekali dengan bibir anastasia. Ana dapat melihat telinga lelaki itu dan juga potongan rambut cepak nya. Rahang tegas pria itu. Tanpa sadar pandangan ana bergulir ke arah bibir Akira. Kilasan memori ciuman mereka tiba-tiba terbesit di pikiran nya. Semua nya terasa berjalan lambat bagi ana.
"Sudah"
Ana tersentak. Akira kembali lagi duduk dengan tegak di tempat duduk nya. Ana memalingkan wajah nya, berusaha menutupi wajah nya yang sudah merah merona bak kepiting rebus. Dia sengaja menatap keluar jendela mobil yang mulai berjalan meninggalkan pelataran gedung. Ana bergerak mundur, berusaha duduk di jarak terjauh dari posisi duduk Akira.
"Jadi kau lari dari kejaran orang – orang ini?" Akira menyerahkan sebuah tablet pada ana. Di tablet itu terlihat video rekaman CCTV dari mulai parkiran gedung hingga area ruang ganti mempelai wanita tadi. Terlihat anastasia berlari kesana kemari menghindari kejaran para anak buah Baron.
"Apa yang kau curi dari mereka?" Tanya Akira
"Aku tidak mencuri apa-apa dari mereka! Aku lari dari mereka karena aku mau dinikahkan paksa dengan bos mereka. Eh malah aku jadi menikah paksa dengan mu, pak". Gerutu ana dengan bibir cemberut.
Akira menoleh sambil meringis, "Anastasia, sejujurnya kau harus sadar diri, disini yang jadi korban adalah aku. Pernikahan ku". Akira balas menggerutu.
"Memang apa hubungan nya dengan ku, pak?" Tanya Ana ketus.
"Kau harus bertanggung jawab. Mulai dari bersikap lah yang sopan. Di dunia ini jarang sekali kau temui orang yang mau berkompromi dengan orang yang sudah merusak pernikahan nya". Akira menaikkan kedua alis nya.
"Memang dengan aku bersikap sopan, imej perusak pernikahan orang akan hilang dari pemikiran anda, pak?". Ana memutar kedua bola mata nya malas.
"Jadi menurutmu, aku harus mentolerir kerugian yang kau timbulkan begitu? Memang kau punya uang untuk mengganti semua biaya pernikahan yang sudah aku keluarkan?". Tanya Akira telak.
"Ti.... dak juga sih". Ana hendak membuka mulut untuk membantah tapi akhirnya mulut nya hanya bisa bungkam. Apa laki-laki ini sudah gila? Dari mana ia bisa membayar biaya pernikahan kaum berduit seperti itu. Mengganti uang pernikahan rakyat jelata saja ia tidak mampu. Dasar orang kaya pelit!
Melihat Ana membuka mulut untuk membantah tapi lalu diam tidak bisa menjawab. Akira tergoda untuk menakut – nakuti perempuan muda itu. "Atau kau lebih suka aku menyerahkan mu pada orang – orang yang mengejar mu itu?"
"Tidak!! Jangan pak! Baiklah". Jawab ana panik
"Baiklah apa nya?" Akira mendengus kecil. Akira jadi merasa sedikit ketagihan menggoda perempuan di samping nya ini.
"Aku akan berusaha mengganti uang biaya pernikahan mu yang sudah ku rusak".
"Bagaimana cara nya?" Pertanyaan itu lebih terdengar seperti ejekan di telinga ana.
Bola mata ana bergerak gelisah dan ia mulai menggigiti bibir bagian bawah nya, kebiasaan yang tidak ia sadari ketika sedang berpikir keras. Ana terhenti. Dia menatap akira.
"Aku... akan jadi istri pengganti mu, pak". Jawaban nya seperti mengambang di udara. Ana bahkan antara sadar dan tidak menjawab demikian.
Tiba – tiba dalam hitungan detik, akira bergerak dengan sangat cepat mendesak tubuh anastasia menempel erat pada pintu mobil. Dia menjebak ana dengan kedua telapak tangan nya menempel pada kaca mobil. Kini tubuh mereka hampir tidak berjarak.
Mata ana membesar karena terkejut. Akira berada tepat di depan wajah nya. Tanpa sadar kepala ana bahkan sudah menempel pada kaca mobil yang tertutup itu. Tubuh nya tiba-tiba saja merinding, bulu kuduk nya berdiri ketika ia merasakan aura Akira yang berubah tiba-tiba. Seperti hewan buas yang tiba-tiba menyergap buruan nya. Dan siap menerkam detik ini juga. Napas ana tercekat. Lagi – lagi seakan udara berhenti mengalir di paru – paru nya.
Kepala Akira sedikit miring. Hembusan napas nya makin terasa panas di wajah ana. Kedua tangan ana tanpa sadar menahan dada Akira. Tiba-tiba pikiran ana seperti kosong. Dia memejamkan mata. Kedua alis nya mengernyit seolah ketakutan merayapi hati dan pikiran nya. Bibir nya bahkan terkulum ke dalam mulut. Yang ana bisa lakukan hanya berusaha mendorong dada Akira yang sekuat baja itu. Berharap apa yang ada di pikiran nya tidak terjadi.
Tanpa sepengetahuan anastasia, Akira menikmati pemandangan wajah penuh ketakutan anastasia. Perempuan itu menutup mata nya rapat dengan kedua alis mengerut dalam. Akira bahkan bisa merasakan tangan ana mendorong dada nya kuat. Tapi perempuan ini tidak akan mampu, dorongan nya hanya terasa seperti kelitikan bagi Akira. Tanpa sadar sebuah senyum geli terukir di wajah nya. Karena tidak tahan, akira menjitak kening ana pelan.
"Auw!"
Akira sudah menegakkan tubuh nya kembali. Dia memasang wajah datar nya kembali pula. Dia menoleh sekilas pada Ana, lalu mendengus kecil.
"Kau percaya diri sekali". Kata – kata itu lebih terdengar seperti sindiran dibandingkan pujian.
"Kau bahkan terlihat ketakutan seperti anak domba yang hendak diterkam srigala". Ucap nya lagi.
"Iya. Dan anda srigala nya, pak". Gerutu Ana pelan sambil mengusap – usap kening nya yang dijitak tadi.
"Apa?" Tanya Akira. Ia pura – pura tidak mendengar gerutuan kecil dari ana tadi.
"Tidak ada. Ini sakit, pak! Tangan anda jahat sekali". Kali ini ana benar – benar menggerutu. Ia merasa kesal dan jengkel sudah dibohongi. Ia kira Akira akan menciumnya tadi. Apa yang dipikirkan nya? Akira akan mencium nya? Hah! Dia sudah ketakutan setengah mati. Walau dia juga frustasi karena tubuh nya bereaksi berbeda dengan yang ia inginkan.
"Aku sungguh – sungguh dengan perkataan ku tadi, pak. Anggap saja aku bekerja pada anda, pak. Tapi aku ingin mengajukan lima persyaratan". Ucap Ana dengan mengacungkan lima jari nya.
Lima permintaan? Memang nya dia pikir Akira itu jin? Jin saja hanya mengabulkan tiga permintaan.
"Apa itu?" Tanya Akira.
"Pertama. Aku tidak ingin ada bulan madu". Ucap Ana pelan.
Akira juga merasa ia tidak butuh hal seperti itu. Ia terlalu sibuk untuk meluangkan waktu bahkan untuk sekedar bulan madu. "Baik lah. Aku setuju. Aku juga terlalu sibuk untuk bulan madu atau semacam nya. Lalu?".
"Kedua. Aku ingin tetep diijinkan bekerja. Anda tidak berhak melarangku melakukan pekerjaan yang ku suka". Kata Ana lagi.
Okay, Akira bisa memahami itu. "Baik. Aku menyetujui nya. Selanjutnya?"
"Ketiga. Aku ingin pernikahan ini dirahasiakan dari publik". Ana melirik takut – takut pada Akira. Lelaki itu tampak berpikir sejenak.
"Seperti nya itu sulit. Karena orang – orang terdekat ku sudah mengetahui kau adalah istri ku". Akira tampak berpikir.
"Okay, baiklah. Orang – orang terdekat kita boleh tahu. Tapi di luar itu, adalah rahasia. Bagaimana?"
"Baiklah. Aku setuju. Lalu apa lagi?". Akira memaklumi nya. Bagaimana pun bukan hanya ana saja yang ingin pernikahan ini dirahasiakan dari publik. Sejujur nya Akira juga akan melakukan hal yang sama.
"Yang keempat hmm ...... aku ingin kita tidur terpisah". Ucap Anastasia. Dia mengangguk dan memusatkan atensi nya pada Akira.
Akira menyeringai. Dia hanya mengangguk menyanggupi. "Aku terima". Dia juga lebih suka tidur sendiri. Biasa nya siapapun wanita yang ia ajak tidur tidak akan pernah ia biarkan menghabiskan malam hingga pagi menjelang bersama nya. Ia yang akan pergi meninggalkan mereka atau wanita itu akan dia usir begitu urusan mereka selesai.
"Lalu yang terakhir?"
"Yang kelima hmm .....". Anastasia terdiam sejenak. Dia tanpa sadar mengigit bibir bawah nya. Kebiasaan yang ia lakukan ketika gugup. Ana mencuri – curi pandang pada Akira seolah takut apa yang akan ia ucapkan bisa memancing kemarahan Akira.
"Iya apa?" Tanya Akira mulai tidak sabar
"Kelima. Aku ..... aku ingin kau tidak pernah menyentuhku selama aku menikah dengan mu". Ana mengucapkan kalimat nya dalam satu tarikan napas.
Untuk sejenak keheningan tercipta diantara mereka. Akira menatap nya dengan menaikkan alis. Dia tidak percaya apa yang di dengar nya. Tidak menyentuhnya? Sama sekali tidak menyentuh nya? Ana meminta nya tidak menyentuh nya selama pernikahan? Dia pikir Akira itu lelaki yang belok dan tidak suka perempuan? Apa ana tidak sadar kalau Akira adalah lelaki dewasa yang punya kebutuhan?
Bisa – bisa nya ia meminta hal konyol seperti itu pada pria dewasa seperti nya. Gadis ini benar – benar sudah membuat emosi nya melesat naik dengan cepat seperti roket. Baru sedetik tadi ia merasa senang dengan gadis ini. Tapi sedetik berikut nya ia sudah merasakan emosi kemarahan hingga pada taraf dimana ia ingin membantai seseorang.
"Jadi aku tidak boleh menyentuh mu sama sekali?" Tanya Akira dengan mata yang menyipit dan tatapan tajam.
"Oh jadi kalau kau yang ingin menyentuh ku itu diperbolehkan?" Akira sengaja bertanya lambat – lambat. Ia ingin menyerang balik kata – kata Ana.
Kali ini tubuh nya bahkan sengaja ia buat menyender di pintu mobil dan menghadap total pada wajah anastasia. Kedua tangan nya sudah terlipat di dada.
"Tidak akan pernah! Aku tidak akan pernah melakukan itu! Enak saja!". Ana ingin melawan. Tapi kata – kata nya tertahan. Pria ini sangat pintar melemparkan kembali kata – kata ana sehingga ia tidak bisa menjawab lagi.
"Jadi aku tidak boleh menyentuh mu tapi kalau kau yang menyentuhku duluan itu diperbolehkan. Okay, deal". Senyum mengejek yang menyebalkan terbit di wajah nya.
"Sial!!! Kau sangat licik, Pak Akira!". Ternyata pria itu sungguh menyebalkan!
"Itu tidak akan pernah terjadi, Pak!".
"Kita lihat saja nanti". Tantang Akira dengan tersenyum. Senyuman itu membuat lesung pipi nya terlihat. Sial nya dia jadi terlihat sangat tampan dengan lesung pipi itu.
"Kalau begitu sekarang giliran ku. Aku hanya mengajukan satu syarat". Ucap nya dengan wajah serius.
"Satu syarat? Apa itu?" Tanya Anastasia.
"Hanya aku yang berhak menceraikan mu. Kau tidak berhak mengajukan gugatan cerai terhadap ku. Apapun kondisi nya. Jika aku tidak ingin menceraikan mu. Maka kau akan tetap bersama ku. Bagaimana?"
Anastasia menelan ludah nya. Bukan kah syarat ini terdengar mudah? Tapi ana tahu, syarat ini tidak semudah kelihatan nya. Tapi menolak pun, akira bahkan menyanggupi lima permintaan nya.
"Baiklah. Deal". Ucap Anastasia mantap.
"Deal". Akira mengulurkan tangan nya. Yang disambut ana dengan uluran tangan serupa.