Chereads / Right Hand's Lover / Chapter 12 - Part 12. Damn it!

Chapter 12 - Part 12. Damn it!

Cafe itu bergaya art deco dengan lantai yang dilapisi karpet dengan motif garis – garis asimetris antara vertikal dan horizontal yang saling membentuk seperti rangkaian kawat hitam yang dibentangkan di lantai. Setiap tempat duduk disini di susun empat buah kursi arm chair berwarna hijau dengan motif seperti anyaman bambu dengan satu buah meja persegi ditengah nya. Bantal – bantal cushion motif asimetris diletakkan di setiap kursi untuk membuat nyaman setiap pengunjung cafe tersebut.

Disisi barat cafe itu terdapat bar dimana seorang bartender sedang meracik minuman yang dipesan salah satu pengunjung. Sedangkan sisi cafe yang lain adalah dinding kaca yang menyuguhkan hamparan padang golf yang tertutup rumput – rumput hijau. Di tengah lapangan itu juga terdapat bukit – bukit kecil dan cekungan – cekungan berisi pasir yang sengaja dibentuk untuk menjadi bunker atau rintangan dalam bermain golf. Bahkan terdapat juga danau buatan di tengah lapangan golf sebagai water hazard yang terlihat indah.

Mata Akira menatap nuansa alam yang memanjakan mata ini. Pepohonan di pinggir lapangan terlihat bergerak ditiup angin semilir. Rasanya tenang, tapi ia sadar ketenangan ini hanya sementara sebelum pria di hadapannya ini memulai lagi pembicaraan mengenai tujuan sesungguhnya mereka bertemu disini.

"Seseorang meminta agent kita untuk mencari orang yang hilang belasan tahun silam". Ucap Alfard membuka percakapan.

Akira bisa menduga 'seseorang' ini pasti bukan orang sembarangan. Karena hanya kalangan tertentu saja yang sanggup menyewa jasa Wood corp di dunia underground. Sudah beberapa tahun ini Alfard memilih tidak mengiklankan kembali jasa nya di dunia Underground terutama setelah ia menikah dan memiliki keluarga. Tapi terkadang masih saja ada orang yang mencari jasa nya untuk hal – hal tertentu. Dan mereka yang sanggup membayar jasanya pastilah bukan orang sembarangan. Setidaknya uang mereka tidak berseri.

"Orang yang harus kita cari ini adalah menantu terakhir dari klan Romanov di Rusia". Hanya hitungan detik dari Alfard menyelesaikan ucapannya sebuah data terkirim ke telepon genggam Akira. Sebuah data rahasia yang hanya dikirim melalui aplikasi penyampai pesan khusus yang perusahaan The Wood Corp kembangkan sendiri sehingga terjaga kerahasiaan nya.

Akira membuka data tersebut dan membaca cepat data yang ditampilkan di layar telpon genggam nya. Mata nya terbelalak membaca data tersebut.

"Dia ......." Akira mengangkat wajah nya dari layar cellphone nya dan menatap Alfard. Dia tidak sempat menyelesaikan ucapan nya ketika Alfard berkata.

"Benar. Dia adalah istri dari Igor Alexandrov. Putra tunggal Edmon Alexandrov, kepala keluarga terakhir klan Romanov".

"Bukan kah Romanov itu sudah musnah? Serbuan dari musuh besar mereka di Serbia telah menyapuratakan keluarga itu, bukan?" Tanya Akira.

"Benar. Tapi siapa yang menyangka satu – satunya menantu di keluarga itu berhasil melarikan diri. Wanita itu bahkan bukan wanita sembarangan. Dia adalah salah satu dari keturunan klan mafia tertua di Italia. Dan client kita kali ini adalah keturunan terakhir dari klan mafia tersebut". Ucap Alfard.

"Siapa dia?" Tanya Akira

"Identitas dirahasiakan. Seperti biasa". Ucap Alfard pelan.

Mereka memilih satu ruang privat dining yang disediakan di cafe dan resto ini. Ruangan ini di design kedap suara bahkan dinding – dinding di ruangan tersebut bahkan di cek setiap hari dari alat – alat penyadapan karena seringnya para crazy rich melakukan transaksi di tempat ini. Meskipun demikian, para bodyguard Alfard tetap berjaga – jaga di luar ruangan.

Alfard memperhatikan Akira. Dari beberapa orang dulu yang sengaja ia latih untuk menjadi anggota khusus Havana gangster yang dimilikinya, Akira adalah yang terbaik dari semua nya. Dia sangat tangguh. Baik itu olah fisik, kemampuan bela diri dan keahlian membunuh. Tubuh Akira seolah bersinergi dengan alami bersama kemampuan dari proses latihan yang Alfard berikan dengan keras dan konsisten. Akira mampu menjadi bodyguard hebat yang memiliki kekuatan luar biasa yang diakui oleh seluruh anggota The Havana Gangster. Jangan lupakan juga kemampuan otak nya dalam hal meretas data. Akira adalah hacker terbaik yang dimiliki nya.

"Aku percaya misi ini mampu kau lakukan". Ucap Alfard

"Semoga saja keberadaannya masih bisa terlacak". Jawab Akira kemudian. Dia menatap data di ponsel nya. Hanya tulisan bahkan tidak ada satu foto pun yang bisa menjadi titik awal pencarian.

"Ini menarik". Akira menyeringai.

*****

Anastasia berdiri menatap pantulan diri nya di depan cermin setinggi badan yang ada di kamar nya. Hari ini adalah hari interview untuk menjadi kandidat Junior Pastry Chef di salah satu restoran ternama di pusat kota. Dia sudah mulai gelisah sejak membuka mata tadi pagi. Siang ini ia harus pergi dan dia bersyukur, Akira belum kembali. Dia sudah bertekad jika dia diterima bekerja disana dan sudah tahu berapa gaji nya per bulan. Ia akan nekad keluar dari rumah ini dan mengontrak kamar kos di dekat tempat nya bekerja.

Pikiran anastasia tiba – tiba terbayang wajah Akira. Harus dia akui, wajah lelaki itu sangat menarik. Bahkan bisa dikatakan, Akira adalah pria paling tampan yang pernah Ana lihat seumur hidup nya. Ya Ampun! Kenapa dia bisa begitu beruntung menikah paksa dengan pria setampan itu?! Dan malam ketika Akira mengerjai nya dengan hampir mencium nya gara – gara kue meringue itu, jantung Ana hampir berhenti berdetak karena terpana dengan senyum menawan Akira sekaligus ketakutan kalau pria itu benar – benar mencium nya.

Bagaimana pun lelaki menyebalkan itu sudah mencuri ciuman pertama nya. Dia tidak akan biarkan lelaki itu mencuri ciuman dari nya untuk yang ke dua atau ke tiga atau yang ke sekian kali nya. Ciuman sesungguhnya hanya akan ia persembahkan untuk Tristan seorang. Titik! Hanya tristan. Iya hanya lelaki itu.

Ah menyebalkan! Ana harus berhenti memikirkan nya. Anastasia akan berusaha membuat Akira menceraikannya. Dia sudah berjanji akan menikah dengan Tristan. Jadi ia tidak boleh sampai tertarik pada pria lain. Itu sama saja ia berkhianat pada Tristan. Ana menggelengkan kepala berkali – kali demi mengusir bayangan Akira di kepala nya.

"Tunggu aku, Tristan. Aku akan belajar menjadi pastry chef disini. Setelah itu aku akan menyusul mu ke Australia". Janji Ana dalam hati.

*****

Anastasia kembali merapikan kemeja putih dan celana jeans hitam yang membalut kaki ramping nya. Semoga saja pihak restoran yang akan menginterview nya tidak mementingkan penampilan, karena sekarang jelas – jelas Ana hanya memiliki kemeja putih murah dari bahan katun ini saja yang layak dikatakan pakaian formal untuk melamar kerja. Dia tidak sempat membawa apapun yang lebih layak dari ini ketika kabur dari panti asuhan.

Anastasia mulai dipanggil masuk bersama delapan orang yang melamar sebagai kandidat junior pastry chef lain nya. Mereka semua diminta duduk menghadap orang – orang yang akan menginterview mereka.

Anastasia sangat gugup sekarang, ia mencuri – curi pandang ke kanan dan ke kiri dimana para kandididat lain terlihat duduk dengan sama gugup nya seperti diri nya. Mereka jelas terlihat seperti memiliki background sekolah kuliner. Sedangkan dia? Hanya mengandalkan pengalamannya bekerja di toko kue dan roti. Intinya dia hanya remah – remah tak berarti.

"Selamat datang para kandidat calon junior pastry chef di Délicieuse Cafe and Resto". Salah seorang staff HRD restoran ini memulai berbicara. Kalimat itu padahal diucapkan dengan tenang tapi tetap saja tidak menurunkan kecemasan ana satu level pun. Interview ini diadakan bukan di dalam restoran tapi di sebuah kantor yang bersebelahan dengan restoran ini. Ruang interview ini terlihat cukup besar dan di depan anastasia sekarang sudah duduk beberapa orang. Mereka diperkenalkan sebagai head chef, senior pastry chef, kepala HRD dan sebuah kursi lagi dibiarkan kosong.

"Kita masih menunggu satu orang lagi sebelum melakukan interview". Tepat ketika orang dari perwakilan staff HRD itu selesai bicara. Seseorang masuk ke dalam ruang interview itu dengan beberapa orang yang langsung menjadi pusat perhatian.

"Nah beliau sudah datang sekarang. Selamat datang bapak Akira Toda". Anastasia tersentak mendengar nama itu. Itu bukan nama orang yang ia kenal, bukan? Karena penasaran, anastasia menoleh ke arah pintu dan .... BUKAN NYA ORANG ITU BARU PULANG BESOK?! ASTAGA YANG BENAR SAJA?!

Semua orang yang duduk bersama anastasia sebagai pelamar melihat Akira dengan penuh kagum. Akira berjalan dengan jas hitam yang melekat pas di tubuh nya terlihat berkharisma dan berwibawa. Tapi ana merasa seperti ingin buang air besar, perut nya melilit setiap kali ia tegang. Ia ingin melarikan diri dari ruangan itu secepatnya tapi tidak bisa. Benar – benar sial! Dari sekian juta manusia diatas muka bumi, Kenapa harus orang itu yang jadi pemilik restoran ini.

*****

Akira merasa ada yang aneh dengan pelamar yang duduk di kursi paling ujung. Sejak tadi orang itu terus menutupi separuh wajah nya dengan masker. Bahkan sejak tadi dia terlihat duduk tegang dan diam saja di tempat nya. Sepertinya dia perempuan, bertubuh kecil dan ramping dengan pakaian sederhana. Bahkan dia tidak melepaskan bucket hat yang sedikit menutupi wajah nya. Bucket hat dan masker wajah semua itu fix menutupi hampir sebagian besar wajah nya. Aneh.

Perempuan itu adalah orang terakhir yang harus dia wawancarai. Dia sebenarnya cukup lelah. Setelah dari kemarin ia harus menjalankan misi mencari orang hilang yang sampai detik ini belum juga ditemukan. Hari ini dia masih harus melakukan kunjungan rutin ke salah satu restoran yang ia miliki, kebetulan mereka akan melakukan wawancara terhadap para kandidat calon junior pastry chef. Karena sudah terlanjur disini jadi sekalian saja Akira ikut melihat proses nya. Dia bahkan belum pulang ke apartemen nya.

Akira meraih map berisi data pelamar terakhir itu. Nama yang tertera di data itu adalah Anastasia Green. Akira menoleh cepat ke pelamar yang duduk dengan tegang itu lalu membaca kembali nama nya.

"Anastasia Green? Nama nya seperti ........". Gumam Akira dalam hati.

Kemudian dia menoleh lagi pada pelamar itu, wajah yang tertutupi hampir seluruhnya, gesture tubuh yang tegang dan menunduk sejak tadi di kursi nya, dia bahkan seolah ingin cepat pergi dari ruangan ini. Hmm seperti nya dugaan nya patut di verifikasi.

"Miss Anastasia Green, right?" Akira dapat melihat perempuan itu tersentak. Akira menyembunyikan seringaian nya dengan sangat ahli. Dia memandang perempuan itu seperti seekor macan tutul yang sedang membidik target nya. Akira menatap nya tajam.

"Kenapa kau memakai topi di ruangan tertutup ini, kau juga memakai masker. Apa kau sakit?". Tanya Akira tiba – tiba.

"I.. iya pak. Saya sakit. Sepertinya saya tidak bisa melanjutkan wawancara ini pak. Saya harus pulang". Jawab perempuan itu cepat. Dia bangkit dari kursi nya lalu berjalan cepat menuju pintu keluar yang terletak cukup jauh dari tempat nya duduk.

Akira yang melihat gelagat itu memberi isyarat pada anak buah nya untuk menahan perempuan itu. Dan ketika perempuan itu hampir sampai ke pintu, anak buah Akira dengan sigap menahannya. Perempuan itu berdiri mematung. Akira menyeringai.

"Kenapa kau tidak selesaikan dulu wawancaranya. Disini ada dokter yang bisa mengobati mu jika hanya sakit ringan. Bukan kah kau sudah datang jauh – jauh untuk interview hari ini?". Ucap Akira tenang.

*****

Anastasia rasanya ingin menangis mendengar Akira bilang dia sudah datang jauh – jauh untuk wawancara ini. Memang apartment Akira dengan restoran ini sangat jauh tapi sial nya kenapa Ana harus bertemu disini.

"Kenapa kau langsung menyerah padahal kau sudah sejauh ini tinggal di interview dan kau bisa menunggu hasil nya. Daripada kau pulang tanpa mencoba sama sekali".

Ana bisa mendengar lelaki itu berbicara dengan tenang. Tapi ana merasa ada nada mengejek diselipan nada suaranya. Sialan! Berengsek! Kurang ajar! Anastasia benar – benar kesal dan rasa nya ingin menonjok wajah datar dan tenang lelaki itu. Peduli setan dengan wajah tampan nya yang jumawa itu! Biar saja! biar lebam – lebam sekalian!

"Kau lepaskan saja dulu topi dan masker mu. Biar dokter periksa seberapa parah sakit mu. Justru bagus kau dapat pengobatan gratis". Ucap Akira lagi.

"Tidak. Tidak, terima kasih. Aku ....." Ana belum menyelesaikan omongan nya tiba – tiba seseorang dengan jas dokter masuk ruangan dan lari dengan tergopoh – gopoh. Ana tidak tahu sejak kapan Akira memanggil dokter jaga di kantor ini.

"Nah kebetulan dokter sudah datang. Dokter periksa ia". Perintah Akira. Dan dokter itu tanpa banyak bicara berjalan mendekati Anastasia.

"Tidak. Tidak. Terima kasih". Ana sudah menolak tapi orang berpakaian jas serba hitam itu menghalangi jalan nya yang ingin lari keluar dari ruangan itu. Ana panik karena merasa dia seperti di kepung oleh orang – orang berjas hitam dan dokter. Dia tanpa sengaja malah jadi bersikap impulsif mengibas – ibaskan tas nya sehingga justru terjadi keributan.

"Jangan mendekat. Tidak. Jangan mendekat".

"Tenang nona, tenang. Kami hanya ingin memeriksa sakit mu". Ucap sang dokter.

Anastasia tidak sadar kondisi yang dihadapi nya sehingga ia panik dan mulai berteriak. Seluruh orang di ruangan itu panik. Mereka menyangka mereka baru saja akan mewawancarai orang gila karena tiba – tiba saja perempuan itu berteriak – teriak menyuruh mereka semua menjauh dengan histeris.

Akhirnya tanpa sengaja salah satu anak buah Akira yang berusaha menenangkan Anastasia justru tidak sengaja menarik topi dan masker nya hingga rambut Anastasia jadi mencuat berantakan dan wajah nya tersentak karena terkejut.

"Kau.........". Wajah Anastasia sudah pucat pasi ketika ia baru sadar kalau topi dan masker yang dipakainya ditarik paksa oleh seseorang. Tubuh nya tiba – tiba seperti patung yang kaku tidak bergerak karena terlalu terkejut. Semua orang juga sama terkejut nya dengan nya hingga mereka juga terdiam sama seperti nya.

Tiba – tiba hanya Akira yang menyeringai lebar.

"Jadi...... kau mau bekerja disini?" Ucap nya tenang tapi terdengar seperti gaung kematian di telinga Ana.

"Damn it!" gumam Anastasia.