Chereads / Right Hand's Lover / Chapter 4 - Part 4. Escape

Chapter 4 - Part 4. Escape

Baron menatap bangunan tua yang kecil dan sederhana tapi terasa asri dengan pepohonan rindang dan bunga-bunga yang mekar di pekarangan depan rumah ini dari balik kaca jendela mobil yang hitam legam tak tertembus penglihatan orang luar. Seperti nya panti asuhan ini cukup terawat meskipun terlihat kecil dan tua. Baron melihat jam tangan nya. Ini masih pukul 7 pagi. Orang-orang pasti baru saja selesai sarapan. Sedangkan dia sudah berada di daerah terpencil ini hanya karena penasaran pada satu orang di dalam foto yang diberikan si bedebah Zayn pada nya.

Baron merapikan jas hitam yang menutupi kemeja putih yang membungkus tubuh tinggi atletis nya. Dia memang lelaki penggila olah raga. Setiap pagi sebelum berangkat ke kantor, dia akan menyempatkan diri berenang di kolam renang pribadi nya yang luas. Setelah itu dia akan olah raga di ruang gym pribadi nya. Baru lah setelah itu, ia akan bersiap-siap berangkat ke kantor.

Salah seorang anak buah nya mendekat untuk membukakan pintu untuk nya. Baron menjejakkan kaki lalu turun dari mobil sedan putih nya dengan gerakan maskulin. Mata nya menatap sekeliling. Tiba-tiba mata itu mengernyit ketika sinar matahari pagi mulai naik sepenggalah. Seolah matahari itu dengan angkuh nya menyapa para manusia bumi yang kecil dan tak berdaya menghadapi sinar panas nya.

Semilir angin sedikit kencang menerpa rambut nya yang tertata rapi. Angin nakal itu seolah mempermainkan helaian rambut nya yang mulai memanjang dengan membuat helaian rambut coklat gelap itu sedikit berantakan. Baron menyisir rambut nya asal dengan jari-jari nya yang besar dan kekar itu.

Baron memiliki tampilan wajah yang tegas, cenderung kejam. Alis nya hitam tebal memanjang, dengan garis hidung yang tinggi dan wajah yang tirus. Kumis dan jambang tipis di dagu nya terlihat dibiarkan tidak pernah memanjang dan terpelihara dengan kerapihan nya. Sorot mata nya bak elang yang menatap tajam hewan buruan nya. Menciptakan aura kelam mengerikan bagi siapapun yang sedang sial memicu kemarahan nya.

Dengan aura seorang gentleman dia melangkah memasuki pekarangan panti asuhan kecil itu. Kedua tangan nya ia masukan ke dalam saku celana. Kebiasaan nya bila sedang berjalan. Beberapa anak buah nya berjalan mengikuti di balakang nya. Beberapa anak buah nya yang lain terlatih dan terbiasa untuk menyebar di sekeliling area yang akan dia datangi, jadi mereka sudah menyebar di sekeliling panti asuhan, begitu mereka menginjakkan kaki di tempat ini.

Baron sudah berdiri di depan pintu kayu yang terlihat banyak sekali coretan dari cat warna-warni. Coretan-coretan dan gambar-gambar ini pasti hasil karya anak-anak panti asuhan ini. Karena pintu itu seperti digambar oleh anak-anak secara asal-asalan. Keluguan karya anak-anak sayang nya tidak mengundang decak kagum lelaki ini. Dia memilih mengabaikan hal tersebut dan membuka knop pintu.

PRANG!!!

Sebuah bunyi dari pecahan gelas beling terdengar nyaring di telinga Baron. Dia tidak terkejut ketika begitu membuka pintu tadi, dia mendapati Zayn sedang menarik kerah seorang bocah remaja laki-laki lalu menamparnya. Seorang perempuan cacat di kursi roda terlihat menangis tersedu-sedu dan memohon-mohon pada Zayn untuk menghentikan kelakuan nya.

"Dasar anak tolol!! Kau tidak tahu diri! Aku membesarkan mu, berengsek! Kau malah membuat ana kabur!". Zayn melayangkan satu tamparan lagi pada anak lelaki bernama Rolland itu. Anak itu sudah terlihat tidak berdaya tapi seperti nya dia tetap tidak menyerah untuk menyerang Zayn.

"Hentikan!". Baron terpaksa menghentikan tontonan gratis di depan mata nya. Karena itu sangat memuakkan. Orang dewasa dengan tubuh kekar melawan anak remaja dengan tubuh kurus seperti itu, rasa nya tidak lucu untuk di tonton.

Zayn yang tangan nya sudah terangkat di udara untuk menampar Rolland, terpaksa berhenti karena suara penuh kuasa yang baru saja di dengar nya. Zayn terkejut karena Baron sendiri yang turun kesini. Awal nya dia kira Baron hanya akan menunggu dia membawa anastasia ke mobil.

"Tu.. tuan Baron". Ucap Zayn terbata. Dia segera melepaskan cengkraman tangan nya dari kerah baju rolland. Maia masih berlinang air mata ketika ia terkejut Zayn melepaskan Rolland. Dia meraup rolland yang wajah nya sudah merah karena ditampar berkali-kali dengan keras oleh Zayn. Bahkan sudut bibir Rolland juga berdarah.

"Dia membuat ana kabur, tuan. Saya akan mengejar nya". Zayn refleks berjalan hampir melewati Baron menuju pintu keluar.

"Tidak perlu". Baron mengangkat tangan nya. Salah satu anak buah yang berdiri paling dekat dengan nya mendekat.

"Kejar anak itu". Perintah baron dengan suara pelan tapi penuh ketegasan itu pada anak buah nya. Hanya dalam hitungan detik, anak buah nya itu sudah keluar untuk mengejar anastasia.

Baron menatap tajam pada Zayn, membuat lelaki itu berdiri kaku karena tegang. Baron menurunkan pandangan mata nya ke sosok dua orang yang sedang berpelukan di lantai. Itu adalah maia dan rolland. Maia memeluk rolland erat. Mereka berdua menatap nya dengan campur aduk, antara takut dan bingung.

"Bawa aku ke kamar anak itu". Baron adalah orang yang tidak suka basa-basi. Dia hanya butuh menginjakkan kaki di rumah ini sebentar lalu mungkin beberapa jam kedepan dia sudah melupakan tempat ini.

"Untuk apa anda ingin ke kamar anastasia?". Tanya Zayn

"Kau berani mempertanyakan perintah ku?". Baron menjawab nya dengan pertanyaan telak yang tak akan berani Zayn bantah.

"Maafkan saya, tuan. Ma-mari ikut saya, tuan". Ucap Zayn mempersilahkan Baron mengikuti nya. Tiba-tiba tangan maia terulur untuk menjangkau jemari Zayn.

"Tidak. Ku mohon jangan". Ucap mata dengan linangan air mata.

"Lepas!". Bentak Zayn. Tapi tangan maia masih erat memegang nya. Zayn tidak menggubris nya. Dia justru menghempaskan tangan Maia dengan paksa.

Zayn berjalan ke sayap kanan rumah di ikuti oleh Baron di belakang nya. Baron tidak peduli dengan tatapan tajam dari sorot mata anak lelaki remaja yang baru saja dipukuli itu. Atau dari sorot mata wanita cacat yang menatap nya penuh permohonan akan pengampunan untuk melepaskan mereka. Tidak. Baron benar-benar tidak peduli. Tujuan dia hanya satu. Untuk mendapatkan gadis yang menarik hati nya.

"Kamar anastasia ada di loteng, tuan. Agak sedikit kecil. Apa anda yakin tetap ingin melihat kamar nya?". Tanya Zayn sebelum dia menarik tali penahan untuk menarik tangga kecil darurat yang menghubungkan rumah ini dengan loteng tempat anastasia tidur setiap malam.

Baron memilih tidak menjawab dan zayn cukup tahu diri untuk tidak bertanya lebih lanjut. Zayn menarik tali yang diikatkan pada tralis jendela dapur dan langit-langit. Tepat ketika tali itu ditarik, sedikit demi sedikit dari langit-langit rumah bergerak turun sebuah tangga kecil yang seukuran satu tubuh orang dewasa. Tangga kecil itu mengarahkan ke sebuah loteng. Terlihat seperti kamar rahasia karena bila tali itu tidak ditarik, tangga itu tidak terlihat.

Zayn mempersilahkan Baron untuk naik tangga terlebih dahulu, baru dia menyusul di belakang. Baron mengawasi kamar loteng yang kecil ini dengan sorot mata nya yang tajam. Kamar ini hampir terlihat kosong. Hanya terdapat satu ranjang single dengan satu bantal dan satu guling. Sebuah lemari kecil yang berisi baju-baju yang tidak seberapa. Ada sebuah cermin kecil dan sebuah sisir. Tidak terlihat cosmetik atau peralatan make up lain nya seperti yang ada di kamar gadis pada umum nya.

"Tinggalkan aku sendiri". Perintah Baron dengan nada dingin.

"Ba-baik tuan". Ucap Zayn gugup. Dia tidak mengerti apa yang dipikirkan oleh Baron saat ini. Dengan wajah bingung, Zayn terpaksa turun sendiri dan meninggalkan Baron di kamar itu.

Baron memindai lagi kamar ini dengan mata elang nya. Kamar ini cukup bersih. Meskipun barang-barang disini terlihat tua dan usang. Baron mendekat ke cermin kecil dimana terdapat sebuah sisir di samping nya.

Baron melarikan mata nya ke tempat tidur. Seperti nya apa yang dicari nya tidak ada diantara cermin atau sisir tersebut. Baron menatap tajam pada kasur single tua usang itu. Tiba-tiba mata nya menemukan sesuatu. Sesuatu terlihat di atas bantal. Baron mengambil sesuatu yang tertinggal di atas bantal tempat tidur anastasia itu. Tanpa kata Baron mengambil sapu tangan di saku celana nya. Dia membungkus benda di tangan nya itu. Tiba-tiba sebuah seringaian hadir di wajah nya. Dia menatap benda tersebut. Sebuah helaian rambut.

*****

Anastasia menahan napas saking gugupnya. Dia sudah berada di dalam bagasi mobil dengan tumpukan karangan bunga-bunga yang sangat besar. Saking besar nya karangan bunga itu sampai-sampai bagasi itu pun tidak bisa tertutup dengan sempurna. Dia melongokkan kepala nya sedikit dan mata nya menemukan para bodyguard itu baru saja sampai di jalan raya tempat mobil tadi berhenti. Tiba-tiba salah seorang dari mereka melihat kepala anastasia menyembul dari bagasi mobil sedan tua yang tidak ditutup bagasi nya karena ada karangan bunga besar. Jantung anastasia hampir copot ketika mata nya bertemu tepat dengan mata salah satu bodyguard itu.

"Shit!". Pekik Anastasia dalam hati. Tapi keberuntungan seperti nya masih berpihak pada nya. Mobil yang ia tumpangi tiba-tiba menambah kecepatan nya.

"Itu dia!!" Teriak salah satu dari mereka memberitahu teman-teman nya yang lain. Mereka semua berlari megejarnya tapi sayang mobil yang membawa anastasia sudah berjalan lebih cepat dari mereka. Menciptakan jarak semakin lama semakin lebar membentang diantara mereka.

Anastasia tertawa. Dia mengacungkan jari tengah nya pada para bodyguard bertubuh besar, bertampang sangar itu. Terlihat para bodyguard itu berlari balik ke arah panti asuhan kembali. Mungkin mereka harus melapor pada bos nya. Ana tidak perduli.

Anastasia menghembuskan napas lega. Jantung nya masih berdebar dengan kencang tapi setidak nya ia sudah lega. Para bodyguard itu tidak mengejarnya lagi. Dengan tubuh lelah setelah berlari tadi, anastasia menyandarkan tubuhnya pada tumpukan karangan bunga. Dia melirik tulisan di karangan bunga tersebut. Tertulis 'Happy Wedding'. Anastasia tersenyum kecil. Indah sekali karangan bunga ini. Pasti pengantin yang menerima karangan bunga seindah ini adalah orang kaya. Dia mungkin harus minta maaf pada pemilik bunga-bunga ini karena dia terpaksa bersandar pada karangan bunga mereka dan membuat bunga-bunga itu jadi sedikit rusak. Tapi biarlah. Untuk saat ini ia tidak perduli.

"Seandainya aku yang menikah. Apakah aku juga akan mendapat karangan bunga seindah ini". Anastasia bergumam pelan. Tangan nya mengelus pelan karangan bunga-bunga yang indah dan harum itu. Rasa kantuk dan lelah karena bergadang membuat kue semalam tiba-tiba menyerang nya. Tanpa bisa anastasia tahan, kegelapan mulai menyelimuti nya.

Anastasia tidak ingat sudah berapa lama ia tidak sengaja tertidur di dalam bagasi mobil orang lain dengan karangan bunga-bunga ini. Tapi yang pasti mobil itu mulai melambat dan berbelok ke arah sebuah gedung tinggi menjulang.

"Oh tidak. Mobil ini akan berhenti". Anastasia panik. Dia harus segera turun dari mobil ini sebelum si pengendara sadar ada orang lain di bagasi mobil nya. Apalagi si penumpang gelap itu sedikit merusak karangan bunga milik nya.

Mobil itu berhenti dan tepat sebelum si pengemudi keluar, anastasia berhasil keluar dari bagasi mobil dengan meloncat. Dia bersembunyi di balik mobil yang terparkir tepat di samping mobil tersebut. Sayang nya sudut mata anastasia menangkap sebuah mobil sedan hitam juga memasuki parkiran gedung tersebut. Dan alangkah terkejut nya anastasia ketika kaca mobil itu terbuka dan di dalam mobil itu ternyata adalah anak buah Baron yang tadi mengejarnya.

"Oh double shit!!". Runtuk anastasia pelan.

Anastasia memutar mata nya sekeliling. Dia akhirnya menemukan sekumpulan orang memasuki gedung tersebut. Tiba-tiba sebuah ide muncul di kepala nya. Anastasia tersenyum. Dengan cepat ia berjalan di belakang gerombolan orang yang hendak masuk gedung tersebut. Dia sengaja berjalan lebih cepat agar tubuh kecil nya tertutupi tubuh orang-orang yang hendak masuk ke area gedung itu.

"Bos! Itu dia!" sayang nya salah satu anak buah Baron melihat nya. dan orang itu berteriak pada orang yang dia sebut bos.

"Damn it!" Jerit Ana dalam hati.

Anastasia berjalan makin cepat. Ia terdesak hingga ke lift. Mau tidak mau dia harus mengikuti arus orang-orang ini dan masuk lift secepat mungkin. Semoga lift tertutup dengan cepat. Jantung ana sudah berdetak kencang sejak tadi. Adrenalin menguasai nya. keringat bahkan sudah mulai mengecur di dahi nya. Kepanikan ini benar-benar menyiksa nya.

"Oh Tuhan. Kenapa lift ini lama sekali tertutup. Semoga mereka tidak melihat ku, Tuhan". Ucap ana berkali-kali dalam hati. Lift ini sudah berisi penuh muatan hingga batas maksimal. Tapi seorang ibu-ibu yang membawa mantel tebal terlihat kesulitan untuk menutup pintu lift. Belum lagi tubuh nya yang gemuk hampir memakan seperempat ruang di dalam lift ini. orang yang berdiri di dekat tombol lift itu kesulitan menekan tombol penutup pintu lift karena terhalang tubuh perempuan gemuk itu.

Anastasia hampir menjerit ketika beberapa anak buah Baron terlihat berjalan melewati lift yang ia tumpangi. Tiba-tiba salah satu anak buah Baron yang berjalan paling belakang tidak sengaja menengokkan kepala ke arah lift yang hampir tertutup itu. Dan detik itu mata nya bersitatap dengan mata anastasia.

"Shit! It's her!" Pekik nya sambil menunjuk anastasia di dalam lift.

Anastasia panik tapi tepat saat itu pintu lift tertutup sehingga ia refleks melambaikan tangan pada si anak buah Baron itu dan tersenyum miring. Detik berikut nya pintu lift tertutup.

Anastasia benar-benar tidak tahu akan ke gedung lantai berapa. Ia hanya memilih secara acak saja. Dia sengaja mengikuti aruh pengunjung gedung. Ketika gedung itu berhenti tepat di lantai 20. Si ibu gemuk dengan mantel bulu-bulu yang sangat tebal itu turun. Tanpa berpikir dan seolah digiring oleh insting saja, anastasia ikut keluar bersama ibu gemuk tadi dan beberapa penumpang lift yang lain.

Ibu itu masuk ke dalam toilet wanita yang berada tidak jauh dari lift. Anastasia entah kenapa juga mengikuti nya. Didalam bilik toilet itu ternyata disediakan gantungan untuk mantel. Ibu itu menggantungkan mantel nya di gantungan yang penuh dengan mantel-mantel milik wanita lain di bilik toilet ini.

Anastasia ikut masuk ke dalam toilet itu dan dia berpura-pura mencuci tangan sambil manik mata nya melirik ibu gemuk tadi mengawasi. Tepat ketika wanita itu sudah di dalam bilik toilet yang tertutup. Anastasia pura-pura keluar seolah dia baru saja selesai dengan urusan buang air nya. Dia mengambil mantel bulu itu dengan gerakan tenang senatural mungkin, seolah-olah itu adalah mantel bulu milik nya sendiri. Agar janitors di toilet itu tidak curiga.

Anastasia berjalan sambil menggigit bibir bawahnya untuk menahan senyum gembira nya. Rasa nya menegangkan ketika berpura-pura menjadi orang lain. Dan rasa nya menyenangkan ketika acting pura-pura itu tidak ketahuan.

Anastasia melihat sepertinya di lantai 20 ini adalah aula untuk gedung pernikahan. Karena banyak orang berpakaian indah seperti hendak ke suatu pesta pernikahan. Dia mengikuti arus tepat ketika mata nya tidak sengaja melihat lift terbuka dan anak buah Baron keluar dari lift itu.

Kaki anastasia tidak sengaja tersandung dan tubuh nya terhuyung ke depan. Kepala nya tidak sengaja terantuk punggung tinggi milik seorang pria tua yang sedang bergandengan tangan dengan istri nya. Kedua nya berbalik lalu sedikit menaikkan alis ketika melihat anastasia yang bertubuh kecil memakai mantel bulu-bulu yang besar seolah tenggelam dalam lautan bulu mantel tersebut. Tapi salah satu dari mereka segera tersadar untuk bertanya.

"Are you okay, young lady?" Tanya pria tua itu ramah. Istri nya yang juga sama tua nya itu tersenyum ramah pada anastasia.

"Ah yeah. I'm okay, sir". Ucap anastasia sambil ikut tersenyum pada kedua nya. Ana melirik ke belakang. Ia melihat anak buah Baron itu berjalan ke arah nya. Seperti nya mereka belum menyadari keberadaan ana disana.

"Hmm kenapa mereka harus berjalan ke arah sini". Keluh ana dalam hati sambil menggigit bibir bawah nya.

Kedua suami istri itu melihat nya denga heran. Ana menyadari mungkin wajah nya terlihat aneh. Ana tersenyum gugup. Untunglah mereka tidak menyadari keanehan di wajah nya sehingga ikut tersenyum juga.

"Kau undangan pernikahan ini juga?" Tanya si ibu tua dengan ramah.

"Hah? Ah.. Iya". Ana menjawab sambil tertawa kikuk. Dengan takut-takut ia melirik ke belakang nya. Anak buah baron makin mendekat ke kerumunan orang-orang dimana ia berada sekarang. Ana menoleh kembali ke pasangan suami istri itu dan tersenyum kikuk kembali.

"Kita sama kalau begitu. Mari". Ucap si bapak tua itu dengan ramah. Ia menundukkan kepala sedikit dan ana membalas nya demi kesopanan. Mereka berdua membalikkan badan dan mulai berjalan. Dan anastasia mengikuti nya di belakang.

Seperti dugaan nya di pesta pernikahan ini para tamu undangan harus menyerahkan kartu undangan. Sedangkan ia tamu tidak diundang. Lantas dimana ia bisa mendapatkan kartu undangan.

"Ayo berpikir ana. Bagaimana kau bisa masuk tanpa kartu undangan". Ana melihat sekeliling. Dia benar-benar terjebak dan terdesak. Di satu lantai ini adalah gedung ballroom tempat pesta pernikahan ini diadakan. Tidak ada ruangan lain lagi di lantai ini. Dia tidak bisa bersembunyi dimana pun. Satu-satu nya tempat sembunyi dari anak buah Baron adalah masuk ke dalam pesta dan bersembunyi di tengah keriuhan pesta. Lagi pula anak buah Baron tidak mungkin bisa masuk ke pesta ini. Mereka tidak punya kartu undangan sama seperti nya.

Ana benar-benar memutar otak nya. Tiba-tiba dia melihat pasangan suami istri tadi mengeluarkan kartu undangan mereka dari tas tangan si istri. Tiba-tiba sebuah ide terlintas di kepala anastasia.

Ana sengaja berjalan tepat di belakang mereka. Dia memeriksa pakaian nya. Seperti nya mantel bulu ini cukup mewah tidak akan ada yang memeriksa pakaian apapun dibalik nya bukan?

Tepat ketika pasangan suami istri itu menyerahkan kartu undangan ke petugas pemeriksa kartu undangan. Anastasia sengaja menunduk seolah sedang membetulkan sepatu nya. Dia sengaja agar pasangan itu sedikit menjauh dari petugas pemeriksa kartu undangan. Baru setelah mereka sudah masuk, ana menegakkan diri. Dia membusungkan dada dan dengan percaya diri dia tersenyum pada petugas pemeriksa kartu undangan itu.

"Tunggu nona". Kata petugas itu

"Good. Sudah ku duga". Ucap ana dalam hati.

"Iya?" Tanya nya dengan wajah polos tanpa dosa

"Kartu undangan anda?" Tanya petugas itu

"Pak. Kartu undangan itu satu untuk keluarga bukan? Apalah daya ku yang dipaksa orang tua untuk mengikuti mereka ke pesta-pesta seperti ini". Kata anastasia. Dia melanjutkan dengan berbisik kepada petugas itu. Dengan gerakan tangan, ana meminta petugas itu mendekat pada nya. petugas itu dengan polos nya memberikan telinga nya untuk ana bisiki.

"Anda tahu pak. Orang tua ku sedang mencari jodoh potensial untuk ku di pesta orang-orang kaya seperti ini". Ucap ana. Lalu menegakkan tubuh nya kembali. Si petugas itu tersenyum maklum. Kalangan elite memang tidak akan membiarkan anak nya berjodoh dengan orang miskin, bukan?

Tiba-tiba si bapak tua yang sedang bergandengan tangan dengan istri nya itu menoleh pada ana. Anastasia yang melihat itu dengan spontan melambaikan tangan dan tersenyum riang pada pria itu. Dan dengan senyum bingung si bapak itu juga membalas lambaian tangan nya.

"Itu orang tua ku pak. Bapak lihat sendiri mereka sudah tua. Jadi mereka selalu berusaha mencari jodoh secepatnya untukku. Kasian orang tua ku , pak. Padahal aku masih ingin kuliah". Kata ana dengan wajah memelas.

"Baik lah nona. Semoga berhasil dengan pencarian jodoh orang kaya mu". Ucap petugas pemeriksa kartu itu dengan senyum geli. Dia mempersilahkan anastasia masuk.

"Terima kasih atas doa mu, pak". Jawab anastasia.

Tepat saat dia memalingkan wajah dari si petugas pemeriksa kartu. Senyum riang bahkan tawa kecil tak bisa ditahan nya. Dia berhasil. Wah dia tidak tahu kalau dia memiliki bakat terpendam seperti actress. Ana tertawa kecil lagi.