Chereads / Right Hand's Lover / Chapter 2 - Part 2 The Fiance

Chapter 2 - Part 2 The Fiance

Seorang petugas valet parkir membukakan pintu. Akira turun dari mobil mewah nya. Mobil sedan warna hitam itu melaju meninggalkannya. Akira menatap langit sejenak. Gelap gulita. Seperti nya langit sedang mendung. Angin berhembus lebih dingin dari malam sebelum nya. Mungkin kah malam ini akan turun hujan?

Tanpa ingin menarik perhatian. Akira segera berjalan ke arah lift khusus yang membawa nya pada lantai tertinggi gedung pencakar langit ini. Di atas puncak gedung ini lah restaurant terbaik ala Jepang yang ia miliki berada.

Akira merapikan kembali jas nya yang tidak pernah kusut sedikit pun itu. Dia menghadap pintu utama restaurant Jepang milik nya. Ini adalah salah satu restoran Jepang termewah yang ia bangun. Lobby restoran terlihat cukup ramai. Para tamu tampak berlalu-lalang sibuk dengan urusan nya masing-masing. Keramaian itu bercampur dengan para pekerja restoran yang berseragam rapi yang melintas untuk melakukan tugas nya masing-masing. Ini adalah restoran Jepang yang membutuhkan reservasi terlebih dahulu untuk bisa memesan tempat di dalam. Tidak sembarangan orang bisa datang ke restoran ini karena memang restoran ini di design untuk para kalangan atas yang membutuhkan makan malam penuh privasi. Biasa nya para kalangan konglomerat bahkan para selebriti dunia yang akan memesan ruang makan privat di restaurant ini.

Terletak di atas puncak gedung sebuah hotel ternama. Hotel ini milik The Wood Corp. Sedangkan restaurant Jepang ini adalah milik Akira. Dia memang dipercaya oleh Alfard untuk mendirikan restaurant di semua jaringan hotel milik mantan bos nya itu. Maka tidak heran bila Alfard memiliki saham yang besar di semua restaurant milik Akira. Untuk restoran semewah ini, area resepsionis nya pun tampak mewah. Dengan meja berlapis marmer hitam dengan guratan semburat emas yang tampak indah dipandang mata. Salah satu petugas resepsionis itu menyapa nya ketika Akira datang mendekat.

"Irrashai-mase (Selamat Datang)". Ucap pelayan itu. Ada keterkejutan bercampur rasa terpesona yang muncul tak bisa ditahan di mata pelayan resepsionis itu ketika melihat wajah tamu nya yang tampan luar biasa.

"Selalu seperti itu". Ucap Akira dalam hati. Seolah semua wanita tidak bisa melepaskan pandangan nya dari wajah Akira. Entah mantra apa yang Tuhan berikan pada wajah nya sehingga mata setiap wanita seperti ingin melahap ketampanan nya bulat-bulat. Kesempurnaan fisik yang Tuhan berikan seakan menciptakan sihir yang membuat nya dengan mudah mampu membuat hati para wanita terpesona bahkan pada pandangan pertama. Wanita mana pun yang ditemui nya pasti akan bergerak alami untuk merayu nya.

Akira menganggukkan kepala, menjawab sapaan pelayan itu dengan sopan. Perempuan itu tersenyum lembut menggoda. Hal itu seperti nya muncul secara alami di bibir wanita itu yang dipoles dengan lipstick warna merah menyala yang basah dan ranum itu. Tatapan mata nya mengedip merayu, melemparkan isyarat ajakan yang lebih jauh. Akira merasa mual dengan tatapan wanita seperti ini. Seperti seorang hyena yang lama tidak didatangi pasangan nya.

"Untuk berapa orang, pak?" Tanya perempuan itu

"Reservasi untuk dua orang atas nama Akira Toda". Ucap Akira datar.

Seketika itu juga, resepsionis wanita itu berdiri. Yukata nya terlihat indah berwarna pink dengan lukisan bunga sakura berwarna putih. Padahal yukata itu membuat nya terlihat cantik ketika merayu tadi. Tapi sikap merayu nya kini telah hilang digantikan sikap formal. Tiba-tiba ia membungkuk penuh hormat kepada Akira.

"Mo..mohon tunggu sebentar, Tuan. Sa... saya akan panggilkan manajer kami". Perempuan itu berkata dengan gugup sebelum ia membungkuk lagi kemudian dengan tergesa-gesa menelpon bagian manajemen untuk meminta manajer mereka turun ke lobby segera. Dia ingat manajer nya berpesan bila ada orang datang atas nama Akira Toda maka dia harus langsung menghubungi nya. Karena orang itu adalah orang yang sangat penting. Orang itu adalah owner restaurant ini. Begitu pesan manajer nya.

Si resepsionis itu terlihat mulai gelisah dan wajah nya pucat pasi. Beruntung, manajer restoran itu lekas datang.

Manajer restoran ini adalah seorang perempuan. Dia mengenakan work attire berupa blazer dan celana panjang. Bentuk blazer nya seperti jas laki-laki tapi dengan potongan feminim. Work attire dengan modifikasi seperti ini justru membuat nya terlihat elegan, berkelas dan jelas memamerkan lekuk tubuh nya yang sempurna. Wanita ini memiliki wajah oval dengan mata bundar lebar, hidung tinggi dan bibir mungil nan cantik. Rambut nya yang berwarna hitam dipotong bob pendek di bawah telinga meskipun begitu potongan rambut nya yang seperti laki-laki itu justru membuat nya terlihat menonjolkan sisi kewanitaan nya. Dari penampilan nya, Akira menilai dia adalah karakter yang tegas dan ambisius.

Perempuan itu berhenti berjalan lalu berdiri tepat di hadapan Akira. Dia membungkuk dengan hormat.

"Konbanwa, Akira sama. Watashi wa Reiko desu. Watashi wa kono resutoran no maneja desu. O-machi shite-ori-mashita. O-seki e go-an'nai itashi-masu. Kochira e doozo. (Selamat malam, Tuan Akira. Saya Reiko. Saya adalah manajer restoran ini. Kami sudah menunggu kedatangan anda dengan senang hati. Saya antarkan ke tempat duduk. Mari, silahkan kesini)". Senyum muncul perlahan di bibir perempuan bernama reiko ini. Senyum yang cantik memikat seolah sengaja diatur untuk mempesona kaum adam.

"Arigatou gozaimasu. Saya hanya mampir dan reservasi secara mendadak karena suatu urusan. Tidak perlu terlalu formal". Kata Akira. Dapat ia lihat reiko menatap nya penuh kekaguman.

"Ah.. baik, tuan". Reiko yang cantik itu tergagap, karena ketahuan sedang mengagumi sosok adam di hadapan nya. Tapi ia dengan cepat berhasil menguasai diri.

Mereka berjalan memasuki restoran yang di design dengan sangat indah dengan dinding dari batu marmer hitam mengkilap dengan semburat emas seperti milky way di langit malam yang gelap. Lantai nya terbuat dari batu pualam hitam dengan lampu-lampu LED di sisi kanan dan kiri sepanjang lorong. Mereka harus melewati bagian restoran yang membentuk lorong panjang. Di ujung lorong itu terdapat bunga sakura buatan yang dibentuk seperti bonsai. Kelopak bunga berwarna putih disorot lampu membuat nya tampak indah mempesona, mempercantik area dalam restoran.

Di sepanjang lorong itu terdapat ruangan-ruangan semi private yang terlihat sudah terisi. Ini malam sabtu, wajar bila restoran nya sedang penuh tamu. Dia memang memesan tempat disini secara mendadak karena suatu urusan yang mendadak pula. Ketika mendekati bonsai sakura itu, Akira harus menaiki dua anak tangga yang lantai nya terbuat dari kayu yang di pernis sehingga mengkilap.

Reiko membawa nya berbelok ke kiri dimana terdapat ruangan yang lebih menjorok ke dalam. Di ujung ruangan itu terdapat bunga sakura yang dibonsai asli menutupi hiasan berupa jendela bulat berwarna merah dengan aksen kayu. Di bawah bonsai sakura itu terdapat batu-batu taman kecil berwarna putih yang disebar merata.

Akira dipersilahkan memasuki ruangan di sisi kanan dari pohon bonsai sakura itu. Dari luar, dinding ruangan itu terbuat dari marmer hitam dengan semburat emas. Tapi di dalam ruangan private itu semua elemen nya terbuat dari kayu, bahkan dinding nya sekali pun dilapisi kayu. Terdapat taman kecil dengan tanaman bamboo Jepang di dalam ruangan di sisi sebelah kanan nya. Ruangan private ini juga kedap suara sehingga terasa lebih hening dibanding ruangan-ruangan di sepanjang lorong tadi.

Seperti hal nya kebanyakan restoran bergaya Jepang atau izakaya, restoran ini juga menggunakan budaya 'hori gotatsu' yaitu pemanas yang berbentuk lubang di lantai, dengan tempat menyalakan api di tengah nya tapi sekarang penghangat dari bara api sudah digantikan oleh penghangat dari listrik. Dan diatas lubang itu diletakkan 'kotatsu' yaitu meja pendek yang dibawah nya diletakkan penghangat. Bila di rumah-rumah orang Jepang menggunakan futon sebagai penghangat kaki, di restoran ini suhu sudah disesuaikan dengan lingkungan sekitar jadi suhu ruangan ini cenderung stabil di musim apapun. Jika kotatsu biasa harus melipat kaki saat makan. Maka restoran ini menggunakan konsep hori gotatsu sehingga kaki bisa diluruskan ke dalam lubang dibawah meja jadi posisinya sama dengan duduk di kursi biasa.

Reiko membukakan pintu untuk Akira. Tepat ketika pintu itu dibuka. Ruangan besar yang sebenarnya mampu menampung delapan sampai sepuluh orang itu ternyata telah di tempat seorang wanita cantik bergaun merah.

Reiko membungkuk hormat pada Akira sebelum ia undur diri. Akira membalas hal yang sama sebelum ia melangkah masuk ke dalam ruangan.

"Kau terlambat". Wanita bergaun merah berkata sambil melirik Akira. Segelas ocha hangat berada di tangan nya. Dia meneguk nya perlahan dengan gaya yang amat sangat anggun dan berkelas.

Akira mengambil duduk tepat di hadapan wanita ini. Mereka hanya dipisahkan meja kotatsu di tengah.

"Jalanan macet". Ucap Akira datar. Dia memperhatikan wanita di hadapan nya ini.

Rambut wanita itu begitu hitam berkilau, dengan rambut panjang nya dibuat klimis dan di belah pinggir. Rambut hitam panjang itu jatuh menjuntai, melewati pundak wanita itu hingga ujung-ujung nya yang hitam terawat itu jatuh tepat di punggung.

Wajah wanita itu oval dengan alis mata hitam yang tebal, terukir indah membingkai mata nya yang sama hitam berkilau. Bulu mata wanita itu panjang dan lentik di topang dengan make up yang sempurna menghasilkan mata indah dengan tatapan tajam memukau. Hidung wanita itu tinggi serta bibir ranum yang berlipstick merah menyala seperti warna gaun nya yang terbuat dari satin terbaik. Gaun merah nya tampak berkilau indah dibawah terpaan sinar lampu.

Wanita itu tidak memakai perhiasan apapun kecuali sebuah anting berlian kecil yang menggantung di kedua daun telinga nya. Dan sebuah cincin bermata berlian putih cemerlang tersemat di jari manis nya. Gaun merah off shoulder itu memperlihatkan lekuk tubuh nya yang tinggi dan sexy.

"Aku hanya ingin memastikan bahwa pernikahan ini akan menguntungkan kita berdua". Ucap wanita itu.

"Perlu ku minta pengacara ku membuat perjanjian pra-nikah?" Akira bertanya sambil menyesap teh hijau nya perlahan.

Tiba-tiba pelayan masuk ke ruangan mereka sambil membawakan hidangan yang sudah Akira pesan sebelum nya. Itu adalah hidangan satu set menu pilihan chef. Akira dan wanita itu menghentikan percakapan mereka, sementara para pelayan menata hidangan di atas meja untuk mereka berdua. Setelah para pelayan itu undur diri dan menutup pintu di belakang mereka berdua. Baru lah kedua nya saling bertatapan kembali.

"Aku tidak percaya pernikahan". Itu adalah kata-kata pertama yang terlontar dari bibir Akira setelah beberapa detik keheningan yang sempat tercipta diantara mereka.

"Bukan kah kita begitu sama. Aku juga tidak percaya pada pernikahan. Untuk apa seseorang mengikat diri pada satu pria seumur hidup nya". Wanita itu menyumpit satu sushi salmon, lalu mengunyahnya dengan gaya yang sangat anggun.

Semua hal yang dilakukan nya seolah tertata dengan baik, menciptakan etiket makan penuh keanggunan. Akira pun mulai melakukan hal yang sama. Dia menyumpit satu sushi roll di hadapan nya.

"Anggap saja aku sedang membantu mu. Dengan menikah, kau bisa mengklaim hak waris mu, bukan?" Kata Akira datar tapi ada nada ironi di perkataan nya tadi.

"Kau sendiri. Apa keuntungan mu mengajak ku menikah. Jangan bilang kau cinta pada ku". Wanita itu tertawa

"Kalau pun aku cinta. Itu hanya akan jadi cinta sendirian, bukan?" Akira tersenyum kecut, seolah mereka sedang menertawakan hal konyol.

"Tidak. Kurasa tidak". Jawab Akira datar. Dia menuang segelas kecil sake.

"Oya? Begitu kah?" Wanita itu bertanya sambil menopang dagu nya. Dia melirik Akira dengan tatapan menggoda.

"Masa kau tidak tertarik pada diri ku? Aku sangsi akan hal itu". Ucap nya penuh percaya diri. Dia tersenyum menggoda, masih dengan satu tangan menopang dagu nya.

"Kau percaya diri sekali". Kali ini Akira tertawa kecil menanggapi nya.

"Aku mengenal mu sejak remaja, Akira. Aku cinta pertama mu, bukan?" Wanita itu tidak bisa lagi menutupi wajah bahagia nya ketika ia dapati wajah Akira memerah karena malu. Dia tertawa bahkan sampai bertepuk tangan. Sikap anggun dan elegan nya tadi seolah hilang, mencair dan membaur dengan obrolan masa lalu.

"Sudah lah itu dulu". Jawab Akira tanpa sadar mengiyakan pertanyaan wanita itu.

"Aku penasaran apakah sekarang masih sama seperti dulu". Kata wanita itu. Lalu tanpa aba-aba wanita itu bangkit dari duduk nya. Dia melangkah ke arah Akira. Tanpa sempat akira menghindar, wanita itu sudah menangkup kedua pipi Akira dengan jemari nya yang cantik dan wanita itu mencium nya.

Wanita itu melumat pelan bibir Akira. Dia memejamkan mata, menunggu respon dari pria yang dicium nya. Akira yang kaget sempat melotot tak percaya tapi kemudian insting mendorong nya untuk membalas ciuman itu.

Akira melumat bibir ranum indah itu. Mulut wanita itu terbuka, memberi akses bagi lidah akira untuk menjelajah setiap inci rongga mulut wanita itu. Lidah mereka seakan menari di dalam sana. Saling berlomba berkejaran dalam irama dan tempo yang sama. Gairah mulai muncul diantara mereka.

Akira menarik tengkuk wanita itu agar lebih dekat. Wanita itu mengalungkan kedua lengan nya di leher Akira. Dia mengusap pelan tengkuk Akira. Suara geraman pelan dan desahan pelan lolos dari mulut mereka masing-masing.

Akira mengusap punggung wanita itu dibalik gaun satin terbaik dengan usapan pelan nan menggoda. Seolah isyarat dia menginginkan lebih. Wanita itu tiba-tiba memutus ciuman panas mereka. Dia menatap Akira dengan tatapan menggoda. Sebuah tawa pelan terdengar dari nya.

"Sudah ku duga. Masih ada sedikit cinta untuk ku di hati mu. Atau mungkin masih sebanyak yang dulu?" Ucap wanita itu. Tangan nya mengelus manja pada dada bidang Akira. Sentuhan nya seringan bulu nan menggoda.

"Shit!" Maki Akira, tidak disangka ia hanya diuji.

"Hahaha simpan ciuman mu itu untuk malam pertama kita, calon suami ku". Ucap wanita itu. Dia lalu bangkit berdiri dan merapikan helaian rambut nya yang sempat berantakan. Begitu juga dengan gaun merah sexy nya itu.

Wanita itu lalu mengambil tas tangan nya. Sebelum ia pergi meninggalkan Akira. Ketika ia hendak membuka pintu, ia menoleh sejenak pada Akira.

"Sampai bertemu besok di pernikahan kita, calon suami ku, Akira Toda". Ucap nya selembut beludru.

Akira tersenyum sambil menggelengkan kepala. "Sampai bertemu besok di pernikahan kita, Beatrice".

Beatrice pun tersenyum sambil membuka pintu lalu berjalan keluar, meninggalkan Akira sendirian di dalam ruangan besar tersebut.