Bel istirahat telah berdering beberapa menit yang lalu. Alhasil Navy yang perutnya sudah keroncongan sedari tadi memilih langsung bangkit dari tempat duduknya, sesaat setelah guru yang mengajar di kelas keluar.
Dia dan ketiga sahabatnya Sagam, Erik dan Zen berjalan beriringan menuju kantin dan ketika mereka sudah berada di tempat yang menjadi surganya para murid. Mereka berempat melihat presensi ketiga orang yang amat mereka kenali tengah duduk di pojokan kantin. Sembari memainkan Gawai mereka masing-masing.
Lantas tanpa berpikir panjang lagi, Navy dan ketiga sahabatnya berjalan menghampiri ketiga orang itu yang sepertinya tengah asik bermain Game Online.
"Bang."
"ASTAGA." Sapaan kelewat Riang Navy membuat Vano terkejut. Ia refleks menjatuhkan ponselnya ke atas meja, kemudian mengelus dadanya beberapa kali. Untung saja ia tidak mati terkena serangan jantung mendadak akibat suara Navy yang terdengar lantang di telinganya. Kalau sampai iya maka Vano pastikan setiap detik ia akan menggentayangi Adik laknatnya itu.
"Lo apa-apaan sih. Gara-gara lo gue jadi kalah bego." Seloroh Vano melotot tajam. Ponsel yang semula teronggok mengenaskan di atas meja, ia ambil lalu memasukannya ke dalam saku celana. Berbeda dengan Vano yang sudah kehilangan selera bermain Game Online-nya. Kedua sahabatnya yaitu David dan Edo tampak anteng tanpa merasa terganggu dengan kedatangan Navy, Sagam, Erik dan Zen.
"Ya biasa aja dong. Gosah sewot bisa." Balas Navy dengan matanya yang ia pelototkan. Berharap keluar aura garang di wajahnya. Meskipun itu mustahil. Karena bukan nya takut, Vano malah ingin tertawa melihat wajah manis sang adik. Ia berdehem guna meredam tawanya agar tidak keluar. Ingat, jika ini di sekolah bukan di rumah. Vano harus terlihat cool dan swag di depan semua orang. dasar pencitraan
"Serah lo dah." Pasrah Vano akhirnya, sambil mengibaskan tangan kanannya ke udara bermaksud bahwasanya ia tidak peduli. Perlu di ketahui, Vano dan Navy itu seangkatan. Bedanya jika Vano kelas XI-IPS-1 sedangkan Navy kelas XI-IPA-8. Mengapa Vano dan Navy bisa seangkatan? Itu karena sewaktu Vano akan masuk TK Navy pun ikut masuk TK padahal usia mereka terpaut satu tahun lebih. Berhubung Navy kecil tidak ingin berjauhan dengan sang kakak. Jadi sewaktu Vano masuk SD Navy pun ikut masuk SD juga. Alhasil, jadilah sekarang mereka berdua seangkatan. Padahal seharusnya Navy sekarang masih kelas sepuluh.
"Bang beliin makanan gih." Suruh Navy seenak jidat. Mengundang delikan tajam dari Vano.
"Lo ngomong apa?." Tanya Vano sedikit nge-gas. Membuat Sagam, Zen, Erik, Edo dan David yang sedari tadi fokus memainkan Gadget mereka menatap pada Sepasang kakak beradik itu.
"Beliin gue makanan, gue yakin lo ga budeg." Ulang Navy tanpa rasa takut. Bahkan anak itu memamerkan senyum polosnya.
Vano berdesis pelan seraya merotasikan bola matanya jengah. "Nggak." Balasnya dan langsung menghadirkan pelototan dari mata kecil Navy.
"BANG." Pekik Navy kencang mengundang tatapan heran dari orang-orang di kantin yang mendengar teriakan menggelegar Navy.
Vano menepuk jidatnya. Sepertinya urat malu Navy sudah putus sejak lama. Bisa-bisanya anak bau kencur itu merajuk di depan umum. Bikin malu yang bawa saja.
"Beliin makanan dong. Perut gue udah keroncongan nih." Kata Navy lagi dengan suara yang di lemahkan.
Oh tidak! Vano lemah dengan nada suara itu.
"Emang tadi pagi lo ga sarapan Nav?." Anggukan yang akan Vano lakukan terpenggal oleh pertanyaan David. Laki-laki paling jenius diantara mereka menatap Navy dengan sorot mata lembutnya. Ahh.. Navy kan jadi luluh dengan pesona David. Laki-laki blasteran China itu.
"Astaga Bang David mirip ullzang China euy kan aing jadi Khliaf." Batin Navy berbunga-bunga tak lupa dengan mesem-mesem nya.
"Heh.. di tanya tuh sama si David. Jawab!." Intruksi suara dari Vano menyadarkan Navy dari haluan tingkat dewanya. Navy mengerjapkan mata, lalu mengerucutkan bibirnya kesal. Bisa-bisanya Vano mengacaukan acara mari menghalunya.
"Belom. Pagi tadi cuma makan Roti doang." Ketus Navy.
Mendengar jawaban dari Navy sontak saja penghuni yang ada di meja itu saling menatap satu sama lain. Katanya belum makan, tapi Navy bilang tadi pagi dia sudah makan roti. Loh.. bukan nya itu sama saja dia sudah sarapan ya. Setidaknya perutnya tidak benar-benar keroncongan.
"Ya.. berarti lo udah sarapan dong Nav." Ucap Erik.
"Ya belum lah. Gue cuma makan Roti doang. Mana bisa di bilang sarapan. Hehh.. Tukiyem, ceu inah, ceu dedeh, ceu ijah, ceu wawa, ceu enok. Denger ya kita hidup di Indonesia. Negara tercintahh yang paling ter-okeh. Sebelum makan Nasi mana bisa dibilang udah makan. Bahan pokok makanan di daerah kita itu Nasi bukan Roti. Roti cuma buat orang-orang bule doang. jadi gue ga salah dong, kalo gue bilang gue belum makan. kan tadi pagi gue belum makan nasi. wlekk.." Sewot Navy seraya memeletkan lidahnya sendiri.
"Kalem dong Nav. Gosah ngegas. Air liur lo muncrat ke gue anjir" Timpal Zen yang duduk tepat di samping Navy. Erik itu duduk di samping Zen, otomatis Navy melirik ke sebelah kiri dimana presensi Erik berada. Jadi air liur Navy muncrat tepat pada Zen. Poor Zen.
Navy mengedikkan bahunya acuh. "Seharusnya lo bersyukur kena muncratan air liur gue Zen. Asal lo Tempe, Air liur gue itu limited edition kayak yang punya." Balas Navy pongah seraya membusungkan dadanya ke depan.
"Bacot aja terus sampe modar." Ujar Sagam yang mulai merasa Jengah dengan tingkah Navy.
"Lo mau makan apa? Biar gue yang pesenin?." Tanya Sagam Lagi. Sembari berdiri dari duduknya.
Pertanyaan ketus Sagam menghadirkan binar bling-bling di mata Navy. "Woaahhh.. lo emang yang paling the best dan yang paling peka Gam. Gak kayak si ono tuh." Kata Navy tak lupa lirikan tajam ia arahkan pada Vano yang masih setia memasang raut dingin.
Vano yang merasa sindiran Navy tertuju padanya pun mengangkat sebelas alisnya sebelah. "Lo nyindir gua?."
"Bagus deh kalo lo peka."
"Oh." Respon singkat Vano membuat Navy membulatkan mulutnya.
"Abang laknat lo. Gue sumpahin si Bonn--."
"Kenapa lo? Mau nyumpahin kucing biadab lo berak di sepatu expensive gua Hah?." Seloroh Vano. Membuat ucapan Navy terhenti.
Navy memalingkan mukanya enggan menatap Vano. "Siapa juga yang mau nyumpahin lo. Cuma orang gila yang ga punya kerjaan yang ngeluangin waktunya cuma buat nyumpahin orang cem lo." Sesaat setelah mengatakan itu, Navy langsung merutuki mulutnya sendiri.
"Bangsat. Kenapa nih mulut malah ngomong kek gitu sih? Itu sama aja ngakuin diri sendiri Gila. Dasar aing." gerutu Navy di dalam hati.
****