Chereads / Zennavy / Chapter 10 - 9. Navy sakit [2]

Chapter 10 - 9. Navy sakit [2]

Dami mengangguk. Ia kemudian menjauhkan tangan nya dari dada sang adik. Kemudian hendak membuka kancing seragam putih Navy, tapi tertahan oleh sang empunya baju.

"Kenapa?." Tanya Dami heran.

Navy menggeleng samar seraya menyilangkan tangannya di depan dada. "Jangan nodai kehormatan yang ku junjung rendah-rendah bang. Aku masih suci, aku masih perjaka, aku masih polos, aku masih SMP, aku masih anak balita, aku jodohnya Jisoo, aku dongsaengnya BTS Dan EXO aku hah.. bentar di jeda dulu capek."

Demi tergelak seketika mendengar penuturan panjang dalam satu tarikan nafas itu. Ia bahkan langsung menjatuhkan tubuhnya diatas kasur sembari memegangi perutnya yang terasa kram di akibatkan kerasnya tertawa. Sedangkan Dami dan Vano hanya menatap Navy datar. Kehaluan anak itu makin hari makin tidak terkendali ternyata.

"Saraf nih anak." Ucap Dami pelan. Dan beranjak dari tempatnya duduk. Kemudian menghampiri lemari adiknya. Memilah-milah baju mana yang cocok untuk dikenakan Navy. Dami itu perfeksionis orangnya. Apa-apa harus di pikirkan secara matang-matang, baik dalam bergaya ataupun dalam hal apapun. Hingga akhirnya pilihan laki-laki itu jatuh pada piyama bergambar captain america lalu mengambilnya. Dan kembali menghampiri ranjang sang adik.

"Ganti baju dulu Nav. Baju lo udah kucel." Ujar Dami.

Di balik masker oksigen, Navy mendesah. "Kan aku udah bilang jangan nod--."

"Bacot astaga Nav. Lo lagi sakit tapi kenapa banyak bacotnya sih hah. Tadi aja lo hampir sakaratul maut. Dugong."

"Anjirr.. lo nyumpahin gue mati?." Seloroh Navy tidak terima.

"Salah sendiri lagi sakit masih aja ngoceh cem burung beo."

"Serah gue lah. Mulut-mulut gue bukan mulut lo. Yang ngomong gue bukan lo. Yang ngebacot gue bukan lo. Kenapa lo yang jadi repot." Balas Navy.

Vano meniru ucapan Navy tanpa suara. Setelahnya anak itu, langsung menyentil masker oksigen yang masih terpasang apik menutupi hidung dan mulut Navy.

"Heh Kera.. malu sedikit sama masker oksigen. Bacot lo ahh."

"Buat apa gue malu. Toh si masker sialan ini benda mati."

"Lo--."

"Lo berdua bisa Diem ga? Daritadi gue perhatiin bacot mulu. Udahlah ga perlu saling ngehina. Sesama kera, dugong, Beo harus terima nasib aja." Lerai Demi yang langsung mendapatkan pelototan tajam dari Vano dan Navy.

"Mending hewan daripada abang SETAN." Ucapan yang dilakukan secara bersamaan antara Navy dan Vano membuat Demi membuka mulutnya lebar-lebar. Ia syok dengan kekompakan kedua adiknya.

"Duhh.. sinkron banget kalian. Ciee.. ciee.. apa jangan-jangan kalian jodoh ya." Goda Demi seraya memicingkan matanya jahil.

Vano dan Navy membuang nafas mereka. "Sabarin aja. Yang waras mah ngalah." Kata Navy pelan. Dan diangguki oleh Vano.

Setelahnya Navy mengernyit saat Dami menyerahkan Benda pipih persegi panjang ke hadapannya. Ia mendongak sambil mengerutkan keningnya.

"Apa?." Tanya Navy bingung.

Namun Dami belum menjawab. Ia mengambil tangan kecil Navy dan menyerahkan ponsel berlogo apel digigit keluaran terbaru itu. Lalu membantu Navy untuk bersandar pada kepala Ranjang.

"Lo boleh nonton hyung-hyung palsu lo di Hp gue." Ucap Dami Dingin. Yang langsung disambut binar indah oleh Navy.

"Serius bang?."

"Hmmm.."

"Asikkk."

Navy bahagia? Tentu saja. Jarang-jarang Dami mau meminjamkan ponsel padanya. Jadi kesempatan ini tidak di sia-siakan oleh Navy. Anak itu langsung mencari Aplikasi Youtube kemudian menonton Video yang sudah ia cari sebelumnya. Membiarkan Dami membuka seragam putihnya dan menggantikan nya dengan Piyama bergambar Captain America.

Sementara itu, Demi dan Vano membantu melepaskan Celana abu Navy lalu menggantinya dengan celana yang senada dengan baju yang dikenakan oleh Navy.

Setelah selesai menggantikan sang adik baju. Tiba-tiba pintu kamar terbuka dengan Paksa. Menampilkan Jiwoon, Mona, Gavin, Gevan dan Dokter Vizan.

"Navy kamu ga papa kan Nak?." Tanya Mona menghampiri sang bungsu.

Navy yang semula terfokus pada Gadget Dami lantas mengalihkan pandangan nya.

"Loh Bunda." Kaget Navy melihat wajah panik Mona.

Vano menyingkir dari tempatnya, guna memberi ruang pada Mona untuk duduk di samping Navy.

"Kamu ga papa kan sayang?." Tanya Mona sesaat setalah ia duduk di samping Navy. Tangan lentiknya mengelus rambut sang anak penuh kelembutan.

"Navy udah ga papa kok Bun. Bunda jangan khawatir." Ujar Navy berusaha memberi ketenangan pada Mona.

"Nav sini om periksa dulu." Kata Dokter Vizan menghampiri Navy. Tanpa Menunggu persetujuan dari anak itu, Dokter Vizan langsung memeriksa Navy.

"Apa yang kamu rasakan?." Tanya Dokter Vizan sembari melepas stetoskopnya.

Navy terdiam sebentar. Sebelum akhirnya ia membuka suara. "Sesak kayak biasa." Jawab Navy tenang.

"Terus?." Tanya Dokter Vizan. Seolah jawaban Navy tadi belum memuaskannya.

Pertanyaan bernada khawatir itu menghadirkan tanda tanya besar bagi anggota keluarga Rayannaka. Melihat dari mimik yang di tampilkan laki-laki seusia Jiwoon itu menandakan jika ada yang tidak beres disini.

"Dada kiri aku sakit." Jawab Navy.

Dokter Vizan terlihat menghela nafasnya. Ia tersenyum sendu sembari mengusap rambut Navy yang sudah ia anggap seperti anaknya sendiri. Tentu saja tingkah Dokter Vizan membuat yang lain mendadak di hinggapi rasa takut dan khawatir secara bersamaan.

"Zan kenapa?." Tanya Jiwoon menepuk pundak Dokter Vizan.

Dokter Vizan menoleh kebelakang. Dimana presensi Sahabatnya berada. Ia tersenyum tipis, lalu bangkit dari posisinya yang duduk di samping Navy setelah Mona menyingkir dari posisinya.

Dokter itu lantas menepuk pundak tegap Jiwoon dan melirik Mona sebentar. "Ada yang ingin gue sampaikan sama kalian. Bisa kita keluar sebentar?."

Jiwoon dan Mona mengangguk ragu. Perasaan sepasang sejoli itu mendadak tidak enak apalagi ketika melihat sorot sendu Dokter Vizan.

Kemudian Dokter Vizan menatap satu persatu kakak-kakak Navy yang juga tengah menatapnya menuntut penjelasan.

"Kalian tunggu disini saja ya. Jagain Navy."

Vano hendak membuka suara untuk menyerukan penolakan nya. Bukan apa-apa. Ia hanya ingin ikut, dan mendengarkan penjelasan mengenai kondisi adik semata wayangnya. Namun sayangnya penolakan itu harus tertahan akibat suara Gavin yang mendahuluinya.

"Iya Om. Tanpa Om suruh pun kami akan menjaga Navy." Sahut Gavin tersenyum tipis.

Dokter Vizan mengangguk sesaat. Ia kemudian mengajak Jiwoon dan Mona keluar kamar Navy.

"Ada apa?." Tanya Jiwoon tanpa basa-basi ketika mereka sudah berada di luar. Dengan jarak yang lumayan jauh dengan kamar Navy.

Dokter Vizan tampak menarik nafasnya panjang. "Setelah ini gue saranin kalian berdua bawa Navy Check Up lagi ke Rumah sakit."

"Bukan nya Navy emang sering Check up Dua minggu sekali Zan. Dan minggu kemarin Navy baru aja Check up dan hasilnya pun baik-baik aja." Ucap Mona yang mulai gusar.

Dokter Vizan mendesah pelan. "Gue ga tau apa yang sebenarnya terjadi. Tapi gue saranin Navy Check up lagi."

"Kenapa?." Tanya Jiwoon.

"Gue rasa ada yang ga beres sama tubuh anak lo Ji. Gue cuma takut penyakit itu kembali lagi."

Deg..

****