Chereads / Zennavy / Chapter 12 - 11. kejahilan Navy (2)

Chapter 12 - 11. kejahilan Navy (2)

Hingga pada detik ke sepuluh anak itu menjentikkan jarinya seolah sudah menemukan ide brilliant untuk menjahili Vano. Lagi, ia berjalan ke arah lemari. Membawa selimut berwarna putih dengan ukuran jumbo tak lupa di tangan kirinya sudah ada tali rapia berwarna merah. Seringaian kembali tercetak, ia berjalan perlahan menghampiri sang kakak kemudian melepas earphone Vano.

"Bang Geser ke sebelah kanan dong."

Vano mengerang mendengar perintah Navy yang terdengar samar-samar. Laki-laki itu sempat menggerutu sebal, dan tidak mengindahkan ucapan Navy. Membuat yang paling muda mendesah kasar. Dan dengan mengerahkan segala kekuatannya. Navy mendorong tubuh Vano untuk berpindah ke tempat dimana ia berbaring tadi. Sementara Vano yang mendapat perlakuan kurang ajar itu diam saja dengan mata memejam, kantuk membuat ia tidak merasakan tubuhnya yang berguling ke sebelah kanan.

Navy menyeka keringat yang muncul di keningnya. Menggulingkan Vano tidak semudah membalikkan telapak tangan ternyata.

"Tubuh Bang Vano kurus kerempeng, tapi kenapa berat banget. Kelebihan dosa nih keknya." Monolog Navy sembari menghamparkan selimut putih di tangannya ke atas kasur tempat dimana Vano tertidur tadi.

"Oke beres." Ucapnya memandangi selimut putihnya yang terbentang. Ia berjalan ke sisi lain kasur, dan kembali menggulingkan tubuh Vano untuk kembali ke tempat semula.

Seringaiannya kembali tercetak. Lantas ia pun membungkus tubuh Vano yang terlentang dengan selimut itu, menyisakan wajahnya saja yang tidak Navy bungkus. Takut abangnya kehabisan Napas kalau dibungkus semua. Begitulah pikirnya.

Kemudian mengikat bagian bawah, betis, pinggul, leher dan yang terakhir diatas kepala menggunakan tali Rapia yang ia bawa. Penampilan Vano sekarang tidak ubahnya seperti pocong.

Navy menutup mulutnya menghalau agar tawanya tidak keluar. Demi apapun, ia ingin sekali tertawa ngakak. Apalagi wajah Vano yang sudah berubah putih di akibatkan oleh bedak yang sengaja Navy balurkan pada permukaan wajah tampan kakaknya itu.

"Ya tuhan tubuh gue anget banget anjirr.. Selena gomez peluk gue lagi dong." Racau Vano dengan mata memejam. Bisa dipastikan remaja tanggung itu tengah bermimpi.

Navy memutar bola matanya malas, namun tak lama senyum tengilnya kembali mengembang. "Semoga lo di tempatkan disisi Allah ya bang. Bye bye gue mau pergi dulu."

Dengan santai, Navy pun pergi keluar kamar meninggalkan ke lima saudaranya dengan keadaan mengenaskan.

****

"BUNDAAA.." Teriakan menggelegar Navy membuat Jiwoon hampir saja tersedak kopi hitam panas yang baru saja dibuatkan oleh Mona. Lantas mulutnya mengeluarkan dengusan kasar, kala netra hitam itu menangkap presensi sang bungsu.

"Kenapa teriak segala sih? Terus kenapa adek keluar kamar. Bukannya tidur istirahat ini malah keluyuran. Abang-abang kamu emang kemana?."

Navy mencibir kala pertanyaan beruntun ia dapatkan dari Jiwoon. Sedikit menghempaskan tubuhnya ketika duduk di samping Jiwoon. Kemudian dengan nada malas menyahuti pertanyaan Jiwoon.

"Appa banyak tanya. Maaf ya aku ga bisa jawab muehehehe.."

Jiwoon merotasikan bola matanya "cihh.. sok imut dasar." Cibir Jiwoon pelan karena takut di dengar oleh sang buah hati.

Keadaan dapur sempat menghening beberapa menit. Hingga suara Navy memecah keheningan yang terjadi. "Bun Navy lapar. Buatin makanan dong." Pinta Navy, mengelus perut ratanya seraya menatap Mona dengan tatapan memelas.

Mona yang semula tengah berkutat dengan piring kotornya di wastafel menoleh ke belakang sebentar. Kemudian membasuh tangannya yang penuh akan busa sabun. Lalu berjalan menghampiri Navy.

"Emang adek mau makan apa?." Tanya Mona. Seperti biasa, dengan suaranya yang lembut.

Terdiam sebentar memikirkan menu makan sorenya. Dan setelah memikirkan secara matang-matang apa yang ingin ia makan. Ia pun dengan semangat membalas pertanyaan Mona. "Adek mau Basengek, Tutug Oncom, Sambal Terasi, goreng jengkol, sama Ikan Asin Bun." Jawab Navy dengan senyuman lebar. Bahkan Jiwoon sampai menganga mendengar makanan apa saja yang Navy sebutkan tadi.

"Lidah anak gue lokal banget, njir." Batin Jiwoon kagum dengan kesederhanaan yang dimiliki Navy. Navy itu tidak suka makanan western ataupun makanan negara lain, ia bahkan jika di beri pilihan ingin makan dengan ayam goreng atau ikan asin. Anaknya itu pasti akan memilih ikan Asin. Dan jika diberi pilihan lagi, lebih Memilih makan di warteg atau restoran bintang lima maka Navy akan menjatuhkan pilihannya pada Warteg.

Namun terlepas dari itu, air liur Jiwoon menetes tatkala nama makanan Favoritnya di sebutkan oleh Navy. Basengek, ya itu makanan Favorit semua orang di rumah ini. Makanan yang terbuat dari cabai hijau yang selalu menjadi menu utama makanan mereka disaat mereka mengunjungi keluarga Mona di Tasikmalaya.

"Iya, yank. Buatin Basengek ya. Udah lama aku ga makan itu. Kangen banget suasana Tasik nih." Timpal Jiwoon tak kalah semangat.

Mona tersenyum lalu menganggukkan kepala. "Oke. Kalian tunggu ya. Bunda masak dulu."

"OKE." Seru Jiwoon dan Navy berbarengan.

Hening kembali melanda. Tidak ada yang membuka suaranya lagi, mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing. Jiwoon yang tengah memainkan tabletnya, apalagi kalau bukan memeriksa keungan perusahaannya, Mona yang mulai memasak dan Navy yang sudah tenggelam dalam lamunan mengenai hyung-hyungnya di Korea. Hingga teriakan Dari lantai atas menyentak ketiga orang di dapur itu dari kegiatan mereka.

"POCONG POCONG." -Dami

"ASTAGA YA TUHAN KENAPA ADA BENCONG TANAH ABANG DISINI." -Gevan

"ASTAGFIRULLOH.. SUKU AING NGARORONCOD SETAN." -Gavin *(astagfirulloh, kaki gue gemeteran, setan)

"HUAAA.. BUNDA APPA TOLONGIN DEMI DI KAMAR NAVY ADA POCONG." -Demi

"ANJING LO BEREMPAT JANGAN TINGGALIN GUE. GUE GA BISA GERAK INI HUHUHU..." -Vano

"Mereka kenapa?." Tanya Jiwoon pada Navy. Namun yang ditanya hanya mengedikkan bahunya pura-pura tidak tau.

"Mungkin ketemu sama mimi peri kali." Balas Navy acuh. Tapi siapa sangka dalam hati anak itu tengah tertawa ngakak.

"Astagfirulloh." Sebut Jiwoon dan Mona berbarengan. Ketika melihat Gavin, Gevan, Dami dan Demi datang ke dapur dengan napas ngos-ngosan tak lupa dengan wajah mereka yang terlihat mengenaskan dengan make-up hancurnya.

"Ya tuhan sejak kapan ada bencong disini."

"APPA." pekikan lantang itu keluar dari mulut ke empat putranya membuat Jiwoon mengatupkan mulutnya rapat.

"Muka kalian kenapa bisa gitu?." Tanya Mona heran.

"Ini pasti kerjaan Adek kan?." Tuduh Gavin tanpa menjawab pertanyaan dari Mona. Ia terlampau sebal dengan penampilan menyedihkannya itu. Sehingga tak sengaja ia mengabaikan pertanyaan Mona.

Navy yang semula terkikik geli langsung mendelik tak suka. "Jangan asal nuduh bang." Sanggah Navy.

Dami memutar bola matanya jengah "ga usah ngelak Nav."

"Seriusan Bang." Guna memperlancar aksinya, Navy bahkan mengacungkan jari tengah dan telunjuknya membentuk 'V'.

"Terus kalo bukan lo siapa hah? Masa iya si Vano--." Demi menjeda sejenak kalimatnya tatkala presensi Vano tidak ada disana. Maksudnya diantara mereka.

"Ehh iya si Vano kemana?."

"Gue disini bang." Serentak semua orang menoleh ke belakang. pupil mata mereka melebar melihat seseorang yang dibungkus oleh selimut putih dengan penampilan 'pocong'nya tengah menyandar di ambang pintu dengan nafas terengah.

"Biadab hah lo semua. Ning hah galin gue sendirian. Hah hah hah jadi ngesot kan gue." Ucap Vano sembari mengatur nafasnya yang masih ngos-ngosan.

Suasana di dapur mendadak sepi. Hingga teriakan bass yang keluar dari mulut Jiwoon menghadirkan kericuhan. Mereka saling berteriak ketakutan tak terkecuali dengan Navy yang ikutan teriak. Tak menyangka melihat Vano dalam keadaan terikat bisa semenyeramkan itu.

"SETANNN.." -Gevan

"ASTAGA KENAPA ADA POCONG DISINI?." -Jiwoon

"APPA PANGGIL USTADZ DANU BUAT NGUSIR TUH POCONG." -Navy

"DEM BANTU BUNDA NYARI BAWANG PUTIH BUAT NGUSIR POCONG ITU." -Mona

"BUN DEMI NGUMPET DI BAWAH MEJA PANTRY." -Demi

"KENAPA BISA KACAU GINI SIH HAH? TAKUT GUE ANYING." -Dami

"APPA SEMBUYIIN GAVIN DI KETEK APPA. GAVIN TAKUT. LONTONG-LONTONG." -Gavin

Vano membulatkan mulutnya melihat kekacauan yang terjadi di depan mata. Ia menarik nafasnya dalam-dalam, lalu mengeluarkan teriakan membahananya yang sukses membuat keributan itu terhenti seketika.

"STOPPPP.. GA ADA POCONG DISINI. INI VANO. SI MONYET NAVY YANG BIKIN VANO KAYAK GINI."

****