Chereads / Zennavy / Chapter 9 - 8. Navy sakit

Chapter 9 - 8. Navy sakit

Navy berjalan gontai memasuki rumah. Di belakangnya ada Dami, Demi dan Vano yang berjalan sejajar sembari memperhatikan Navy dalam diam.

"Si Navy kenapa?." Tanya Demi berbisik pada Vano.

Vano mengedikkan bahunya. "Ga tau gue. Padahal tadi di sekolah baik-baik aja dia."

Dami melirik Vano dengan mata tajamnya. "dia ga kecapean kan?."

Langkah Vano dan Demi terhenti di ambang pintu. Mata keduanya membulat saat melihat tubuh sang adik bungsu jatuh ke lantai. Tak lupa tarikan Nafas yang menyakitkan membuat mereka langsung di sergap rasa khawatir.

"NAVY." Teriak Vano dan Demi bersamaan. Dami yang semula menatap Vano dari samping. Langsung terbelalak melihat Navy yang kepayahan meraup oksigen.

Ia berlari menghampiri Navy dengan mimik paniknya. "Dek heyy.. denger abang." Dami menepuk-nepuk pipi Navy. Navy tidak menjawab mulutnya terbuka lebar berusaha untuk bernafas dengan baik. Namun bukan nya membaik rasa sesak itu semakin menyakitkan ia rasakan.

Ia mengerang dan mencengkram dadanya kencang. "Arggghh.. Hah Hah Hah Hah Argghhh..."

"WOYY BANGSAT KENAPA LO BERDUA DIEM HAH. CEPET BANTU GUE."

Teriakan Dami. Menyadarkan Vano dan Demi dari lamunannya. Mereka berdua langsung berlari mendekat. Lalu membantu Dami mengangkat tubuh kecil Navy dan membawanya ke kamar anak itu yang berada di lantai dua. Sesekali erangan kesakitan keluar dari bilah bibir Navy. Menandakan jika Rasa sakitnya tidak tertahan. Di tambah dengan suara mengik yang terdengar jelas. Membuat Vano meneteskan air matanya. Kala melihat adik tersayangnya kesakitan.

Ini serangan pertama yang Navy Dapatkan setelah tiga tahun yang lalu ia dinyatakan sembuh. Dan sekarang? apa dokter membohonginya.

"Ab-hah--ang shh sa-sakit." Ucap Navy terbata-bata. Tubuhnya sudah dibaringkan di kasur dengan ditemani oleh Vano yang menggenggam tangan Navy. Sementara Dami ia tengah sibuk memasangkan masker oksigen pada Navy berharap jika pernapasan Navy kembali Normal. Dan Demi yang keluar kamar guna menelpon Mona yang tengah berada di butik, tak lupa ia juga menelpon anggota keluarganya yang lain dan dokter pribadi keluarganya.

"Yang mana yang sakit?." Tanya Dami sesaat setelah Ia selesai memasangkan masker oksigen pada Navy. Setidaknya ia bisa bernafas lega mendapati pernapasan Navy yang berangsur Normal berkat alat pernapasan itu.

Mata Navy yang semula terpejam menatap sayu Dami. Tangan kirinya mencengkram dada kirinya. Sedangkan tangan kanan nya di genggam erat oleh Vano.

"Dada ki-kiri ak-aku." Lirih Navy dari balik masker oksigen. Perlahan Dami menggerakan tangan nya mengusap dada kiri Navy berharap dengan usapan pelan itu membuat rasa sakit yang dirasakan sang adik menghilang.

"Masih sakit?."

Navy mengangguk menjawab pertanyaan Dami. Dadanya Naik turun, dengan nafas beratnya yang masih terdengar samar. Ia memejamkan matanya menghalau rasa pusing yang kini datang menghampiri kepalanya. tangan kanan yang di genggam erat oleh Vano ia angkat dan mengarahkan tangan Vano pada pelipisnya.

"Hari ini abang harus jadi babu Gue. Pijat pelipis gue dengan sepenuh hati ya." Ucap Navy dengan mata yang masih terpejam. Tidak tau saja, jika Vano sudah berdecak kesal. Untung saja adiknya sedang sakit. Hingga pada akhirnya laki-laki yang lebih tua satu tahun dari Navy itu mulai memijit pelipis Navy. Sesekali tangannya ia usapkan pada Kening Navy yang berkeringat dingin.

"Bunda, Appa, Bang Gavin, Bang Gevan sama Dokter Vizan. Udah gue telpon. Dan katanya mereka OTW." Lapor Demi mendudukan dirinya tepat di kaki Navy. Dan mulai melepas sepatu yang masih melekat di kaki sang adik. Kemudian memijat kaki kurus Navy dengan perlahan.

Posisinya sekarang Navy tengah dipijat oleh ketiga kakaknya. Vano yang memijat pelipisnya, Dami yang mengurut dada kirinya dan Demi-si kakak baik hati itu, tanpa di suruh langsung memijat kakinya.

"Ya amplung nikmat dunia." Ucap Navy dalam hati. Bibirnya ia lengkungkan tipis.

"Nape lo senyum?." Navy membuka matanya ketika mendengar pertanyaan dari Vano. Ia mengangkat sebelah alisnya tinggi-tinggi.

"Emang kenapa kalo gue senyum? Emang masalah buat lo? Lagipula nih ya senyum itu ibadah." Jawab Navy yang sudah kembali menemukan sikap menyebalkan nya.

Vano mendengus seraya memutar bola matanya malas. Merasa sebal dengan ucapan Navy, namun merasa lega di waktu bersamaan. Jika Navy sudah mulai tengil, itu artinya adiknya sudah baik-baik saja. Bukankah itu yang ia inginkan kan?.

"Serah lo dah yang ganteng mah ngalah."

Navy mendelik. Merasa tidak suka dengan ucapan terlampau percaya diri yang keluar dari mulut Vano. "Ganteng katanya. Muka kaya dedemit aja songong."

Vano melotot. What? Dia tidak salah dengar? Muka setampan dia disamakan dengan dedemit? Wahh.. kurang asem nih bocah.

"Dihh.. ga nyadar diri dasar. Muka seganteng gue disebut mirip dedemit. Terus apa kabar lo, muka mirip Kera aja belagu."

"Iya. Dan lo kakak keranya."

"Dan lo adik dedemitnya."

Huft..

Dami menghela nafas kasar mendengar perdebatan Navy dan Vano yang mungkin saja akan berlangsung lama jika tidak ada yang melerai. Berbeda dengan Dami berbeda pula dengan Demi. Laki-laki yang memiliki paras yang sama dengan Dami itu terkekeh melihat perdebatan kedua adiknya.

"Dahh ah capek ngomong sama lo."

"Apalagi gue." Balas Navy memalingkan wajah.

Setelah nya tidak ada lagi perdebatan diantara Navy dan Vano. Mereka berdua sama-sama bungkam dengan Vano yang sibuk memijat pelipis Navy.

"Mmzz.. bang?."

"Apa?." Tanya Vano.

Navy mendelik ke arah Vano. "Siapa juga yang manggil lo."

"Lah tadi lo manggil Abang." Ucap Vano. Karena ia merasa tidak melakukan kesalahan apapun.

"Abang yang dimaksud gue tuh bang Dami. Budeg."

"Anying. Salah lo sendiri kenapa manggil bang Dami cuma sebutan abang doang. Lo pikir Abang itu panggilan khusus buat bang Dami doang apa?."

"Salah lo sendiri. Gue belum selesai ngomong. Udah maen nyerobot."

"Lo lagi sakit tapi banyak bacot ya Nav."

"Daripada lo. Setiap Sakit kudu di peluk. Najiss.. mana yang jadi sasaran pelukan lo suka gue lagi. Kenapa? Lo demen sama gue gitu?."

Vano berdecak keras. Seraya memutar bola matanya malas. Ia tidak menyangkal ucapan Navy, karena nyatanya ucapan sang adik sepenuhnya adalah kebenaran.

"Serah lo dah." Ucap Vano mengalah. Yang menghadirkan senyum penuh kemenangan dari Navy di balik masker oksigen nya. Lalu atensi Navy yang semula tertuju pada Vano pun ia alihkan pada Dami yang masih setia mengurut dada kirinya.

"Bang udah ga perlu mijitin dada gue lagi. Entar lo demen lagi, secara kan dada gue itu mulus kayak wajahnya jungkook hyung."

Vano mendesah keras. "Mulai lagi nih bocah ngehalunya." Gumam Vano pelan. Sangat pelan. Karena takut terdengar oleh Navy.

****