Chereads / Destiny a Love / Chapter 22 - BAB 22 : Peringatan dari Sean untuk Baekyeon

Chapter 22 - BAB 22 : Peringatan dari Sean untuk Baekyeon

"Suyeon-a kau tahu tidak jika dulu tante ingin sekali mempunyai anak perempuan" ucap Sena sambil memetik buah melon yang sudah matang itu.

"Jadi ibu menyesal punya anak aku?" saut Baekyeon yang berjongkok disebelah ibunya.

Suyeon menoleh pada Baekyeon yang tiba-tiba datang dan berjongkok disebelah ibunya, lalu gadis cantik itu terkekeh.

Sena menepuk pelan pundak anaknya bermaksud agar anaknya itu tidak salah paham "Bukan begitu Baekyeon-a, maksud ibu itu ingin mempunyai bayi lagi tapi perempuan biar sepasang"

Baekyeon mengangguk "Kenapa dulu tidak memintanya pada ayah?"

Sena menggelengkan kepalanya mendengar perkataan Baekeyeon, memang meminta anak semudah kita meminta permen. Ada-ada saja anaknya itu.

Sena merangkul Suyeon yang berada disampingnya "Tapi tidak apa-apa sekarang ibu sudah memiliki anak perempuan yang sangat cantik"

Yang dirangkul kebingungan, apa maksud dari ucapan ibu Baekyeon tadi.

"Ibu jangan sok akrab begitu" Baekyeon menyikut lengan ibunya.

"Bilang saja jika kau cemburu ibu lebih sayang pada Suyeon ketimbang pada dirimu"

Baekyeon mengerucutkan bibirnya kesal namun dihadiahi gelak tawa oleh ibunya dan Suyeon.

Mereka bertiga tidak tahu jika seseorang tengah mengawasi mereka dibalik pohon sambil mengepalkan kedua tangannya erat.

"Baekyeon-a bawa keranjang yang sudah penuh itu dan masukkan kedalam mobil pick up itu" teriak Sena memanggil anak lelakinya yang sedang sibuk memetik buah  sambil menunjuk keranjang yang penuh dengan buah melon didekatnya itu.

Sena menyuruh Baekyeon untuk mengambil buah yang sudah dipetiknya itu untuk dibawa kedalam mobil bak yang sudah terpakir tidak jauh dari kkebunnya itu.

Suyeon berdiri dari posisinya yang sebelumnya jongkok "Biar Suyeon saja yang membawanya kesana tante, kasihan jika Baekyeon harus bolak-balik kesana kemari"

Gadis cantik itu mengarahkan kedua tangannya untuk mengangkat keranjang berisi 5 buah melon itu dan membawanya untuk diberikan pada Baekyeon yang juga sedang berjalan kearahnya.

"Aigoo...Hati-hati ya"

Sena memperhatikan Suyeon yang terlihat keberatan ketika ingin mengangkat keranjang berisi buah melon itu, tentu saja keberatan karena keranjang itu berisi buah melon yang ukurannya besar-besar dan pasti itu sangat berat.

Suyeon mengangguk "Iya tante" gadis itu berjalan pelan-pelan meninggalkan Sena dan membawa keranjang itu untuk diberikan pada Baekyeon.

"Baekyeon ini "

Mendengar Suyeon memanggil namanya  Baekyeon mempercepatkan jalannya untuk mengambil alih keranjang buah yang dibawa oleh Suyeon itu, karena ia melihat Suyeon yang nampaknya keberatan membawa buah melon yang ada didalam keranjang.

Baekyeon meraih keranjang yang dipegang Suyeon untuk diambil alih, namun belum sempat keranjang itu sampai ditangannya keranjang itu sudah jatuh ke tanah akibat tarikan seseorang pada tangan Suyeon.

"Akhh" pekik Suyeon karena terkejut dengan seseorang yang tiba-tiba saja menarik tangannya alhasil keranjang yang dibawanya tadi jatuh menimpa kaki gadis cantik itu.

Buah melon itu menggelinding tidak tentu arah dan sebagian juga ada yang terbelah.

"Kenapa kau pergi ketempat seperti ini?!" bentak seseorang yang menarik tangan Suyeon tadi.

"Aww sakit" ringis Suyeon menghiraukan teriakan itu.

Tangannya kembali digenggam erat oleh seseorang yang tiba-tiba menarik tangannya tadi "Jawab aku Suyeon-a!" teriak orang itu sambil menarik tangan Suyeon yang hendak berjongkok memegangi kakinya.

Suyeon melepaskan tarikan tangan itu lalu berjongkok untuk memegang kakinya yang terasa panas.

Baekyeon yang melihat itu mencoba menahan amarah orang tersebut "Sean, aku bisa jelaskan kenapa Suyeon bisa berada disini tetapi apakah tidak sebaiknya kita mengobati kaki Suyeon lebih dulu" Baekyeon berjongkok untuk melihat keadaan kaki gadis pujaan hatinya itu.

Sean menatap tajam pada Baekyeon yang berjongkok di samping gadis mungilnya "Kau diam saja, ayo pulang" lelaki tampan itu menarik tangan Suyeon lagi.

Suyeon merasa jika kakinya lemas digunakan untuk berdiri "Sean-a sakit"

Sean sepertinya tidak mendengarkan rintihan sakit gadis mungilnya itu, bagaimana tidak sakit jika kakinya itu baru saja tertimpa 5 buah melon yang berukuran besar.

Baekyeon menghalangi langkah Sean yang menarik Suyeon untuk meninggalkan kebun milik ibunya "Sean aku mohon jangan bawa Suyeon pergi sebelum aku mengobati kakinya, lihatlah kakinya mulai membengkak"

"Kau tidak perlu sok peduli, ini juga karenamu sialan!" Sean menekankan perkataannya.

Suyeon meringis kesakitan karena kakinya itu sangat panas dan perih, gadis itu seperti ingin menangis sekarang.

Baekyeon menarik tangan kiri Suyeon untuk diajaknya pergi lalu mengobati kaki gadis cantik itu "Suyeon-a kita harus mengobati kakimu lebih dulu agar tidak membengkak"

Sean dengan cepat menepis tangan Baekyeon yang menarik tangan Suyeon "Jauhkan tanganmu dari milikku!"

Baekyeon dan Sean saling menatap tajam seakan tatapan mereka memancarkan api yang bisa membakar siapa saja yang berada diantara mereka.

"Hiks sakit"

Mendengar tangisan Suyeon membuat kedua lelaki tersebut menatap gadis cantik yang sedang berjongkok sambil memegangi kaki sebelah kanannya itu.

Kenapa hati Baekyeon sakit ketika melihat Suyeon menangis kesakitan seperti ini, ia tidak tega melihat Suyeon kesakitan.

"Sini, biar aku obati dulu kakimu" Baekyeon mengulurkan sebelah tangannya untuk membantu Suyeon berdiri.

Suyeon menoleh "S-sakit"

Baekyeon mengangguk "Ayo biar aku obati"

Suyeon ingin menggapai tangan Baekyeon sebelum Sean menariknya paksa "Mck bangun Suyeon-a kita harus cepat pergi dari sini,nanti aku yang akan mengobati kakimu itu"

Lelaki tampan itu menarik Suyeon untuk berdiri dan langsung diajaknya pergi menuju mobilnya yang terparkir tidak jauh dari rumah Baekyeon.

Tidak perduli jika Suyeon sedikit tertatih mengikuti langkah kaki Sean.

Baekyeon hanya bisa terdiam. Dirinya tidak sepantasnya menghalangi Sean untuk membawa Suyeon pergi tadi, lelaki itu adalah sahabat kecil Suyeon.

Dan pasti Sean yang lebih berhak atas Suyeon dibandingkan dengan dirinya.

"Akhh sakit Sean-a hiks" Suyeon menangis begitu dirinya sudah sampai didepan mobil Sean.

Kenapa sahabatnya ini kasar sekali, apa Sean tidak melihat jika dirinya tengah menangis kesakitan.

Sean berjongkok tepat didepan kaki Suyeon yang memerah "Suyeon-a maaf karena aku sedikit kasar tadi, aku hanya tidak mau kau berlama-lama disana"

Sean meniup kaki Suyeon yang sedikit membengkak itu "Biar nanti aku kompres kakimu agar tidak membengkak, kita ke rumahku dulu ya"

Suyeon mengangguk dan Sean membantu gadis itu untuk masuk kedalam mobilnya.

"Suyeon-a kenapa kau bisa berada di rumah Baekyeon? Pasti anak itu yang memaksamu datang kesini bukan" tanya Sean sambil menginjakkan kakinya pada pedal gas untuk menjalankan mobilnya.

Tentu saja Sean berpikiran seperti itu, jika bukan Baekyeon yang memaksa Suyeon untuk datang ke rumahnya lalu siapa lagi? Tidak mungkin jika Suyeon yang menginginkannya untuk datang kerumah Baekyeon.

"Aku sendiri yang ingin datang kesini Sean-a jangan menyalahkan Baekyeon"

Sean menoleh kearah Suyeon "Apa? Aku tidak salah dengar kan Suyeon-a"

Suyeon menghela napasnya "Memangnya kenapa jika aku berkunjung kerumah Baekyeon"

"Apa kau tidak melihat jika rumahnya tadi sangat kecil dan itu pasti membuatmu tidak nyaman saat berada disana"

Suyeon menggeleng "Justru aku senang berada disana, suasana disana masih sangat asri dan udaranya juga masih terasa sejuk"

"Bukan seperti itu maksudku Suyeon-a" lelaki tampan itu mendengus.

"Lalu?" sahut gadis cantik itu.

"Apa kau tidak melihat jika Baekyeon adalah orang yang jauh dari kata berada yang derajatnya sangat berbeda jauh dengan kita-"

"Memangnya kenapa jika aku ingin berteman dengan Baekyeon, apa menurutmu berteman itu harus memandang derajat keluarga ya, menurutku asal kita merasa nyaman boleh-boleh saja berteman dengan siapapun termasuk berteman dengan Baekyeon"

Ucapan Suyeon membuat Sean terdiam. Apa Suyeon baru saja membela Baekyeon didepan dirinya?

Netra Sean beralih pada setelan yang digunakan Suyeon, setahunya ketika Suyeon kerumah Baekyeon tadi gadis itu masih memakai seragam sekolahnya namun kenapa sekarang sudah berganti. Gadisnya itu memakai baju milik siapa?

"Kau memakai baju siapa?"

Mendengar pertanyaan Sean membuat Suyeon menatap baju yang ia pakai sekarang, ternyata dia masih memakai baju milik Baekyeon.

"Ini baju milik Baekyeon" jawab gadis cantik itu sekenanya.

Sean semakin heran dengan sahabatnya itu "Mck mulai sekarang kau jangan dekat-dekat lagi dengan Baekyeon aku tidak suka melihatmu dekat dengannya"

Suyeon menatap aneh laki-laki yang tengah menatap fokus jalanan didepannya itu "Memangnya kenapa jika aku dekat dengan Baekyeon?"

"Kau bilang waktu itu bahwa kau tidak memiliki hubungan dekat dengan anak itu?!" sungut Sean.

Suyeon menghela napasnya lagi "Aku memang tidak memiliki hubungan dekat seperti apa yang kau pikirkan tapi aku dekat dengan Baekyeon hanya sebatas teman seperti aku dan kau"

"Jadi selama ini kau hanya menganggapku sebagai sahabat?"

Suyeon memilih untuk tidak menjawab pertanyaan Sean, Suyeon sangat tahu kemana arah pembicaraan ini jika diteruskan.

"Kenapa kau bisa tahu jika aku berada dirumah Baekyeon?" tanya Suyeon untuk mencoba mengalihkan topik pembicaraan yang sebelumnya.

Lagipula wajar saja jika Suyeon bertanya seperti itu, karena ia tidak bilang jika ingin pergi kerumah Baekyeon pada Sean.

Namun bagaimana bisa lelaki itu tahu jika dirinya sedang berada dirumah Baekyeon.

"Aku mengikutimu dari mulai kau naik bus tadi" jawab Sean.

Suyeon hanya menghela napas mendengar jawaban Sean, baru pertama kali ini ia merasa bahwa Sean sedikit lebih posesif padanya sekarang.

Gadis cantik itu memijit kakinya yang masih terasa panas dan sedikit kebas.

Sena menghampiri anaknya yang masih berdiam diri semenjak kepergian Sean dan Suyeon "Baekyeon-a lelaki yang menarik Suyeon tadi siapa? Kenapa dia kasar sekali dengan calon menantuku"

Baekyeon menoleh pada sang ibu "Dia Sean Bu sahabat kecil Suyeon"

Sena menarik Baekyeon untuk sedikit menjauh dari kebun, wanita itu merasa jika anaknya ini harus lebih berjuang lagi untuk mendapatkan hati Suyeon apalagi sekarang kehadiran Sean membuat Sena mengkhawatirkan nasib Baekyeon yang akan berjuang untuk mendapatkan hati Suyeon.

Awalnya Sena tidak terlalu khawatir karena ia berpikir jika Suyeon tidak sedang dekat dengan lelaki lain selain Baekyeon, namun setelah melihat Sean Sena menjadi sedikit cemas tentang perasaan Baekyeon. Ia takut cinta anaknya itu akan bertepuk sebelah tangan.

"Kau pernah mendengar ada cinta yang tumbuh dalam hubungan persahabatan di antara perempuan dan laki-laki?"

Baekyeon mengangguk lalu menjatuhkan pandangannya ke tanah.

Memang banyak terjadi jika kedua orang berbeda lawan jenis saling mencintai dengan diawali sebuah hubungan persahabatan.

"Kau harus segera menyatakan perasaanmu pada Suyeon Baekyeon-a, jika tidak nanti Suyeon akan direbut oleh Sean itu" Sena menepuk pundak Baekyeon lalu pergi untuk melanjutkan pekerjaannya memanen buahnya.

Baekyeon memilih untuk berjalan kerumahnya dan tidak melanjutkan pekerjaannya untuk membantu ibunya lagi, kenapa kehadiran Sean sudah berhasil menghancurkan semuanya.

Didalam pikirannya tadi setelah selesai berkebun maka Baekyeon akan mengantar Suyeon pulang kerumah dan keduanya saling bercanda gurau selama perjalanan.

Hanya sederhana memang tetapi kenapa susah sekali untuk bisa dekat dengan Suyeon.

Apalagi Sean sudah mengetahui tentang dirinya yang menyukai Suyeon, tentu saja Sean tidak akan membiarkannya untuk mendekati Suyeon.

Sebelum menuju ke kamarnya, Baekyeon melewati ruang tamu dan atensinya langsung tertuju pada tas punggung berwarna merah milik Suyeon.

Ah pasti gadis cantik itu melupakan tas sekolahnya karena tadi ia ditarik begitu saja oleh Sean.

Baekyeon berjalan untuk mengambil tas milik gadis pujaan hatinya itu untuk ditaruh di kamarnya, hanya memegang barang milik Suyeon saja lelaki itu sudah berdebar-debar, sedalam itukah cintanya pada Suyeon? Entahlah hanya Baekyeon yang mengetahui isi hatinya itu.

Baekyeon memutuskan untuk membersihkan diri sebelum mengantar tas milik Suyeon, menurutnya jika tas itu dibiarkan disini apa kata Suyeon padanya nanti.

Bisa-bisa ia disangka menggeledah barang pribadi milik gadis cantik itu apalagi ponsel milik Suyeon sepertinya ada didalam tas punggung berwarna merah itu.

Sebelum masuk kedalam kamar mandi bunyi dering ponsel membuat Baekyeon mengurungkan niatnya untuk masuk kedalam.

Baekyeon melirik ponselnya dinakas namun bunyi itu tidak berasal dari ponselnya melainkan berasal dari dalam tas milik Suyeon.

Baekyeon mengarahkan tangannya untuk membuka tas milik Suyeon dan ternyata benar jika ponsel milik Suyeonlah yang berbunyi dan itu menandakan ada seseorang yang menelfon.

Baekyeon mengambil ponsel itu lalu melihat siapa yang menelfon, disana tertera nama Sean dan dengan cepat Baekyeon mengangkatnya.

"Halo" suara orang diseberang telfon itu membuat Baekyeon mengerutkan keningnya dan menjauhkan ponsel milik Suyeon dari telinganya untuk memastikan jika Seanlah yang menelfon, tapi kenapa disini suara perempuan.

"Halo"suara itu kembali menginterupsi telinga Baekyeon.

Ah Baekyeon ingat jika ponsel yang dipegangnya itu milik Suyeon, pastilah gadis cantik itu yang menelfon ponselnya menggunakan nomor Sean untuk memastikan dimana keberadaan ponselnya.

Baekyeon kembali menempelkan ponsel milik Suyeon ditelinganya.

"Halo, kenapa tidak ada yang menjawab"

Baekyeon mendengar seseorang seang menggerutu karena panggilannya tidak kunjung dijawab.

"I-iya"

"Ini aku Suyeon, kau Baekyeon bukan"

Apa Suyeon mengenali suaranya? "Iya aku Baekyeon"

"Apa ponselku tertinggal dirumahmu?" tanya gadis cantik itu.

"Iya, maaf aku lancang membuka tasmu karena ponselmu berbunyi tadi"

Baekyeon menggaruk tengkuknya menunggu jawaban dari Suyeon, ia takut jika gadis cantik itu marah karena ia sudah lancang membuka tas miliknya.

Baekyeon bisa mendengar jika gadis cantik itu tengah menghela napasnya lega "Tidak apa-apa Baek syukurlah jika ponselku ada padamu, kupikir ponselku hilang tadi"

"Apa kau ingin aku mengantarkan tasmu kerumahmu, kau kan harus memakainya besok untuk ke sekolah"  Baekyeon memberi tawaran untuk mengantarkan tas gadis cantik itu.

"Tidak perlu, besok aku yang akan mengambilnya kerumahmu aku masih memiliki tas lain"

Baekyeon mengangguk meskipun Suyeon tidak bisa melihatnya.

Keduanya terdiam beberapa saat sebelum Suyeon kembali berbicara "Apa kau menerima tawaran ayahku tadi untuk makan malam bersama dirumahku, ehmm"

Baekyeon tersenyum ketika mendengar Suyeon yang sedikit gugup.

Entah hanya Baekyeon yang merasa atau kalian para pembaca juga merasakan jika Suyeon sedikit banyak bicara saat keduanya sudah mulai dekat akhir-akhir ini.

"Iya aku pasti akan datang kerumahmu"

"Kapan?"

Baekyeon lagi-lagi dibuat bingung dengan sikap Seohyun, apa gadis ini mengharapkannya untuk datang kerumahnya?

"Baekyeon...ehm maksudku jika hari ini kau bisa datang kerumahku untuk memenuhi undangan ayahku maka besok aku tidak perlu mengambil ponselku kerumahmu"

Baekyeon lagi-lagi tersenyum, apa gadis cantik itu benar-benar selucu ini jika sedang gugup.

"Tadi kau bilang ingin mengambilnya kerumahku"

Baekyeon menggoda Suyeon, namun godaanya tidak ditanggapi oleh lawan bicaranya.

Baekyeon menjauhkan ponselnya lagi untuk memastikan jika sambungan telfon itu belum terputus.

"Halo"

"Kuingatkan padamu sebaiknya kau tidak datang kerumah Suyeon, jika aku tahu kau berani datang kerumah Suyeon aku akan menghabisimu setelahnya"

Baekyeon sangat tahu siapa orang yang berkata seperti itu padanya, siapa lagi kalau bukan Sean.

Baekyeon meletakkan kembali ponsel Suyeon kedalam tas dan ia memutuskan untuk segera membersihkan diri lalu pergi kerumah Suyeon.

Baekyeon sama sekali tidak mengindahkan ancaman Sean yang akan menghabisinya, ia akan memperjuangkan cintanya meskipun Sean mencoba menjauhkan dirinya dari Suyeon.