Chereads / Destiny a Love / Chapter 24 - BAB 24 : Anggota keluarga baru

Chapter 24 - BAB 24 : Anggota keluarga baru

Baekyeon melirik ke lantai dua tempat dimana kamar Suyeon berada, dimana gadis cantik itu kenapa dia tidak melihat Suyeon.

Paham dengan arah pandangan Baekyeon yang tertuju pada kamar milik Suyeon, Taehi dengan cepat menyuruh Enu untuk memanggil kakaknya.

"Adek panggil kakak di kamarnya ya bilang sama kakak jika kak Baekyeon sudah datang, ibu ingin melanjutkan masak didapur dulu"

Enu mengangguk lalu berjalan menaiki tangga untuk menuju ke kamar kakaknya.

"Kau tunggu Suyeon dulu ya Baek, Tante akan menyiapkan makanannya"

Baekyeon mengangguk lalu Taehi pergi ke dapur untuk melanjutkan masaknya yang belum selesai.

Enu sedikit merasa takut untuk memanggil kakaknya mengingat kejadian tadi sore, kakaknya tadi sempat marah padanya karena ia tidak sengaja memeluk kaki kakaknya yang sedang sakit itu.

Dengan pertimbangan yang cukup matang Enu memberanikan dirinya untuk mengetuk pintu kamar milik kakaknya.

Tok tok tok

"Kak" ketukan pertama tidak ada sahutan dari dalam.

Tok tok tok

"Kak Suyeon"ketukan kedua juga belum ada sahutan dari sang kakak.

Tok tok tok

"Ka-" panggilan bocah kecil itu terhenti karena pemilik kamar itu alias kakaknya membuka pintu yang sedari tadi ia ketuk itu.

"Ada apa?" tanya Suyeon dengan suara serak khas seperti orang yang baru saja bangun tidur.

Sepertinya kakaknya itu memang baru saja bangun dari tidurnya karena kakaknya itu masih mengucek matanya yang sedikit terlihat berat untuk dibuka.

"Kak Baekyeon sudah datang" jawab Enu.

Suyeon masih mengucek kedua matanya "Lalu?"

Enu bingung dengan pertanyaan kakaknya itu, pasalnya  ia hanya ditugaskan oleh sang ibu untuk memanggil kakaknya ini, dirinya juga tidak tahu kenapa ibunya itu menyuruhnya untuk memberitahu kakaknya jika Kak Baekyeon sudah datang.

Melihat adiknya yang hanya diam saja membuat Suyeon melangkahkan kakinya keluar dari dalam kamarnya.

"Yasudah kau jalan duluan"

Enu dengan cepat menuruti perintah kakaknya itu untuk berjalan mendahului sang kakak.

Suyeon masih sangat mengantuk buktinya gadis cantik itu sering menguap karena rasa kantuk yang sangat berat itu, kaki Suyeon yang masih terasa linu itu membuat jalannya sedikit picang.

"Siapa namamu tadi?" tanya Siwun lagi karena ia belum terlalu hafal dengan nama Baekyeon.

"Baekyeon om"

Siwun mengangguk lalu mendudukkan dirinya disebelah kiri Baekyeon sambil meletakkan sebuah kotak bermotif hitam putih yang dibawa tadi.

"Apa kau bisa bermain catur?" tanya Siwun.

"Bisa om sedikit hehe" Baekyeon menggaruk tengkuknya yang tidak gatal itu karena dirinya sedang gugup sekarang.

"Bagaiimana jika kita bermain catur setelah makan malam nanti, om lama tidak bermain ini" Siwun menunjuk catur miliknya.

Baekyeon mengangguk antusias "Boleh om saya juga sudah lama tidak bermain catur"

Ada apa dengan lelaki paruh baya itu, tidak biasanya ia cepat akrab dengan teman anak gadisnya terlebih teman Suyeon kali ini laki-laki.

Namun dengan Baekyeon kenapa Siwun nampak asik sekali bahkan lelaki paruh baya itu mengajak Baekyeon untuk bermain catur dengannya.

Sean saja yang notabenenya adalah sahabat kecil Suyeon belum pernah bermain catur dengan Siwun, mungkin karena Siwun orang yang sibuk dan jarang sekali berada dirumah.

Bukankah Baekyeon patut berbangga sekarang?

Enu berjalan kearah Siwun dan mengambil tempat duduk dipangkuan sang ayah "Ayah, kak Baekyeonnya bermain dengan Enu dulu"

Siwun mengangguk lalu menepuk paha anaknya "Iya-iya nanti setelah bermain denganmu baru kak Baekyeonnya bermain dengan ayah"

Mendengar ucapan Siwun membuat hati Baekyeon menghangat, ternyata Siwun tidak segalak seperti yang ada dipikirannya beberapa waktu yang lalu.

Melihat Siwun yang nampak menerima kehadirannya membuat Baekyeon merindukan sosok ayahnya.

Daripada dirinya itu sedih ketika mengingat sang ayah, lelaki itu mengalihkan atensinya pada orang yang baru saja turun dari tangga tetapi yang lebih mencuri atensi Baekyeon adalah cara berjalan gadis cantik itu.

Raut wajah khawatirnya tergantikan dengan raut wajah yang senang, tidak lain dan tidak bukan hal yang membuat Baekyeon senang ketika gadis cantik itu masih memakai baju setelan miliknya. Apa gadis pujaan hatinya itu menyukai baju miliknya?

"Apa kau baru saja bangun tidur?" tanya Siwun pada anak gadisnya yang sedang berjalan kearahnya.

Suyeon mengangguk lalu mengambil tempat duduk disebelah kanan Baekyeon, memang tidak terlalu dekat hanya berjarak satu kursi saja.

"Suyeon kakimu sudah sembuh?" tanya Baekyeon sambil melihat kaki telanjang Suyeon.

"Masih linu" jawabnya sambil memegang kakinya itu "oh iya dimana tasku, kau membawanya kan?" imbuh gadis itu ketika mengingat tas sekolahnya.

Baekyeon mengangguk "Iya, aku sudah memberikannya pada tante Taehi"

Suyeon mengangguk lalu melangkahkan kakinya menuju ke dapur tempat ibunya berada.

"Kenapa anak itu berjalan pincang" gumam Siwun.

Suyeon melihat wanita yang sepatutnya ia panggil ibu itu sedang berdiri membelakanginya "Dimana tasku?" tanya Suyeon sesampainya didapur.

Taehi yang sedang menata beberapa menu makanan di meja makan itu menoleh ketika anak gadisnya bertanya padanya.

"Itu" tunjuk Taehi pada tas didekat lemari es yang berada tidak jauh darinya.

Suyeon melangkahkan kakinya untuk menuju ke kulkas dan mengambil tasnya, dengan cepat ia membuka isi tasnya untuk mengecek apakah barang-barangnya masih utuh atau tidak.

Ternyata barang-barangnya masih utuh, namun yang terpenting adalah benda pipih miliknya yaitu ponsel.

Setelah mendapatkan ponselnya Suyeon mendudukkan dirinya di kursi yang ada disebelah kulkas.

"Lain waktu jangan menyusahkan orang lain Suyeon-a, kau menyuruh Baekyeon kan untuk mengantarkan tasmu kemari?" tanya Taehi sambil menata piring di meja makan.

Suyeon menoleh "Aku tidak memintanya untuk mengantarkan tasku, dia sendiri yang ingin mengantarkan tasku kesini" Suyeon kembali fokus menatap layar ponselnya tanpa berniat membantu ibunya yang sedang sibuk menata makanan.

Taehi tersenyum ketika netranya tidak sengaja melihat kearah ruang tamu dan menyaksikan keakraban sang suami dengan Baekyeon, tentu saja itu pemandangan yang langka baginya.

Mengingat suaminya itu tidak mudah akrab dengan orang yang baru saja dikenal, namun apa itu pengecualian bagi Baekyeon?

Suyeon melirik sekilas kearah ibunya yang sedang senyum-senyum sendiri "Kenapa kau tersenyum sendiri"

"Coba kau lihat itu" Taehi menunjuk kearah ruang tamu dimana ketika lelaki berbeda umur itu sedang bercanda gurau.

Suyeon mengikuti arah yang ditunjuk oleh wanita itu dimana disana ada Ayah dan adiknya yang sedang bercanda gurau dengan Baekyeon "Kenapa?"

Taehi menghela nafasnya "Ayahmu itu tidak biasanya cepat akrab dengan orang yang baru dikenalnya, terlebih ayahmu baru mengenal Baekyeon tadi pagi waktu disekolahmu, namun mereka sudah terlihat dekat sekali kkk pemandangan yang langka bukan"

Suyeon mengedikkan bahu miliknya dan memilih mengabaikan ucapan wanita itu lalu mengarahkan pandangannya lagi pada layar ponselnya.

Ia memang tidak terlalu memperhatikan bagaimana sikap ayahnya itu.

Taehi berniat menggoda anak gadisnya itu "Kenapa kau malah disini dan tidak mengajak Baekyeon mengobrol, ia sudah meluangkan waktunya untuk datang kesini loh"

"Diamlah"

Nampaknya Taehi salah memilih korban untuk dijadikan bahan godaannya, tentu saja anak gadisnya itu tidak akan tersipu malu seperti kebanyakan orang yang sedang digoda karena sedang dekat dengan seseorang.

Suyeon justru terlihat marah ketika beberapa kali dirinya mencoba menggoda anak gadisnya itu.

Taehi memutuskan untuk berjalan menuju ruang tamu tempat dimana sang suami beserta anaknya berada, ternyata suami dan anaknya tengah asik mengobrol dengan Baekyeon sampai kedatangannya pun tidak disadari oleh ketiganya.

"Ayo makan, makanannya sudah siap. Ayo Baekyeon" ajak Taehi sambil menggandeng tangan lelaki itu untuk diajaknya berjalan keruang makan keluarga Choi meninggalkan suami dan anaknya yang berjalan dibelakangnya.

Baekyeon merasa dirinya seperti mempunyai keluarga yang utuh sekarang, apakah akan seperti ini nanti jika dirinya menikah dengan Suyeon? Baekyeon segera menggelengkan kepalanya.

Bagaimana bisa Baekyeon berpikir hal yang membuatnya bergidik ngeri membayangkannya.

Bisa berteman dengan Suyeon saja Baekyeon sudah sangat senang apalagi bisa menikah dengan gadis pujaan hatinya itu.

Baekyeon duduk disamping Suyeon yang sedang bermain ponselnya, sepertinya gadis cantik itu tidak sadar jika ada seseorang yang duduk disampingnya.

Taehi sempat melihat gelagat Baekyeon yang masih terlihat gugup ketika berdekatan dengan anak gadisnya itu, wanita cantik itu sangat paham dengan segala macam tingkah remaja yang sedang merasakan jatuh cinta.

"Letakkan ponselmu jika sedang berada dimeja makan" ucapan Siwun membuat semua orang yang ada dimeja makan itu menoleh kearah Suyeon yang sedang asik dengan ponselnya.

"Suyeon" tegur Siwun sekali lagi karena ucapannya tadi sama sekali tidak diindahkan oleh anak gadisnya itu.

Seperti yang kalian tahu, inilah adab dikeluarga Choi jika tidak ada yang boleh memegang ponsel saat berada dimeja makan.

Karena itu akan mengganggu ketenangan acara makan mereka, lagipula dimeja makan inilah adalah salah satu cara mereka untuk bisa saling bertukar cerita ataupun berdiskusi.

Taehi menyenggol lengan Suyeon yang sama sekali tidak mengindahkan teguran suaminya.

Suyeon menoleh "Kenapa"

Taehi melirik kearah suaminya yang tengah menatap tajam kearah Suyeon.

"Letakkan ponselmu"

Suyeon meletakkan ponselnya disamping kanannya tepat disebelah kiri Baekyeon.

Suyeon menengok kesamping kanannya ketika ponsel miliknya berada diatas punggung tangan seseorang, gadis itu benar-benar tidak menyadari jika Baekyeon duduk tepat disampingnya.

Suyeon dengan cepat memindahkan ponselnya dari punggung tangan lelaki itu.

Makan malam pun berjalan dengan lancar, Baekyeon terlihat tidak canggung lagi meskipun hanya sekedar menyahuti candaan Siwun dan Taehi.

"Kak Baekyeon sama Kak Suyeon berpacaran ya?"

Pertanyaan Enu itu membuat kedua orang tuanya melihat kearah Baekyeon dan Suyeon secara bergantian untuk melihat reaksi dari keduanya.

Kedua orang itu malah mengalihkan pandangannya kearah lain, mereka tidak berpacaran namun kenapa keduanya seakan berat untuk mengatakan tidak.

Lalu kenapa dengan Suyeon, biasanya gadis itu selalu marah jika dirinya disandingkan dengan Baekyeon tapi  sekarang apa?

"Adek kenapa bertanya seperti itu" Taehi mencoba mencairkan suasana diantara keduanya.

Enu terlihat acuh dengan pertanyaan yang baru saja ia lontarkan itu, karena ia hanya anak kecil yang polos dan hanya melontarkan pertanyaan yang terbesit dihatinya.

Meskipun pertanyaannya itu berhasil membuat keempat orang dewasa di depannya itu kebingungan.

"Jika dilihat kak Suyeon dengan kak Baekyeon sangat cocok jika berpacaran Bu" jawab bocah 5 tahun itu dengan entengnya.

"Benar juga Enu-ya yang satu kalem yang satunya galak" imbuh Taehi dan perkataan wanita itu membuat dirinya dihadiahi tatapan sinis oleh anak gadisnya itu.

Siwun menatap Baekyeon yang sedang minum air putih yang baru saja dituangkan oleh istrinya, lalu ia teringat dengan perkataan istrinya tadi pagi jika Baekyeon adalah salah satu murid terpintar disekolahnya.

"Oh iya Baekyeon aku dengar kau siswa terpintar disekolah ya"

Baekyeon menggeleng "Tidak om. Siswa yang bersekolah disana memang semuanya pintar" jawab Baekyeon apa adanya.

Memang di sekolahnya itu adalah tempat dimana anak-anak pintar dan kaya bersekolah disana, namun Baekyeon tidak berasal dari keluarga yang berada tapi kenapa bisa bersekolah disana? Jawabannya hanya satu yaitu karena beasiswa.

Jika tidak mendapat beasiswa mana mungkin anak dari seorang penjual buah seperti Baekyeon bisa bersekolah di sekolah elit dan semegah itu.

"Tapi aku mendengar dari Gong ssaem kau adalah salah satu siswa yang terpintar diantara siswa yang lainnya termasuk Suyeon" sahut Siwun lalu menggulirkan netranya untuk menatap kearah anaknya yang juga sedang menatap tajam kearahnya karena merasa dibandingkan.

Baekyeon hanya tersenyum kikuk ketika mendapat pujian dari ayah gadis cantik pujaan hatinya, lelaki itu merasa sedikit tidak enak dengan perkataan yang baru saja Siwun lontarkan.

Pasalnya perkataan itu terlihat seperti membandingkan dirinya dengan Suyeon.

Tidak lama kemudian mereka semua sudah selesai makan malam, Baekyeon tidak lupa untuk bermain sebentar dengan Enu lalu lelaki itu juga tidak lupa untuk bermain catur bersama Siwun.

Sampai jam menunjukkan pukul 9 malam, Enu memutuskan untuk pergi tidur karena sudah mengantuk dan juga anak kecil itu besok harus bersekolah.

Sementara Siwun juga tidak bisa berlama-lama bermain catur dengan Baekyeon karena ia masih harus menyelesaikan pekerjaannya yang sudah menumpuk.

Alhasil sekarang Baekyeon sedang duduk berdua dengan Suyeon dihalaman belakang rumah gadis cantik itu.

Keduanya terdiam untuk beberapa saat karena menikmati hembusan angin sejuk yang menyapa keduanya hingga salah satu diantara mereka memutuskan untuk memulai pembicaraan.

"Baekyeon"

Merasa namanya dipanggil Baekyeon dengan cepat menolehkan kepalanya kesamping.

"Maaf tadi aku tidak sempat berpamitan dengan tante Sena karena Sean menarikku begitu saja"

Suyeon nampak tidak enak dengan ibu Baekyeon karena ia tidak sempat pamit jika ingin pulang tadi, pasti tante Sena sudah menilainya sebagai gadis yang tidak sopan.

Baekyeon mengangguk lalu tersenyum "Tidak apa-apa Suyeon-a, lagipula ibuku tidak terlalu mempermasalahkannya"

Mereka terdiam lagi untuk beberapa saat sebelum Suyeon kembali bersuara.

"Apa aku masih boleh berkunjung kerumahmu?"

Baekyeon mengangguk lagi "Tentu saja. Oh iya apa kakimu sudah diobati? Sepertinya kakimu sedikit membengkak" Baekyeon memperhatikan kaki Suyeon yang memang sedikit membengkak.

"Apa sangat terlihat jika kakiku ini membengkak? "

Baekyeon mengangguk mengiyakan, pasalnya memang benjolan dikaki Suyeon sedikit terlihat bahkan benjolan itu sudah berwarna keunguan.

"Pantas saja rasanya linu" Suyeon mengelus kakinya itu.

"Apa aku boleh memijatnya?"

Suyeon yang sedang fokus dengan kakinya menoleh.

Apa ia tidak salah mendengar jika Baekyeon ingin memijat kakinya, memang lelaki itu memiliki keahlian memijat?

"Percaya saja padaku jika setelah aku pijit, kakimu tidak akan sakit lagi" ucap Baekyeon meyakinkan ketika Suyeon menatap tidak yakin kearahnya begitu dia menawarkan sebuah pijitan pada Suyeon.

Merasa tidak mendapat jawaban dari Suyeon, akhirnya Baekyeon memberanikan diri untuk mengangkat kaki Suyeon untuk dia taruh dipahanya.

Baekyeon mulai memijit kaki Suyeon dengan sangat berhati-hati, ia takut gadis cantik itu akan kesakitan karena pijitannya.

"Aww" pekik Suyeon kesakitan karena Baekyeon memijit kakinya sedikit kuat.

Baekyeon masih sibuk memijit kaki Suyeon tanpa menghiraukan suara kesakitan dari gadis cantik itu, pantas saja Suyeon tadi berjalan picang karena kakinya itu membengkak dan memar pasti rasanya linu sekali.

Baekyeon masih fokus dengan kegiatan memijitnya "Apa kau sudah mengompresnya?"

Suyeon mengangguk "Tadi aku sudah mengompresnya sewaktu dirumah Sean" jawab gadis cantik itu.

Baekyeon memberhentikan pijatannya ketika mendengar jawaban Suyeon, apa kali ini ia kalah lagi dengan Sean?

Suyeon yang merasa pijatan dikakinya berhenti  menoleh untuk melihat Baekyeon "Baekyeon" panggilnya.

Kenapa Baekyeon tiba-tiba saja diam, apa dia salah menjawab?