Sesampainya dikelas, Baekyeon meletakkan tas milik Sean pada bangku lelaki yang menurut teman-teman sekolahnya itu tampan.
Setelah meletakkan tas milik Sean pada tempatnya lalu Baekyeon menuju ketempat duduknya, ternyata dirinya sedang diperhatikan oleh Daejong sedari tadi semenjak ia mulai masuk kedalam kelas.
"Apa aku tidak salah liat Baekyeon-a?"
Baekyeon menghela napasnya "Tidak"
Daejong memukul pundak Baekyeon berniat menyadarkan jika sahabatnya itu sedang bercanda sekarang "Hei ingat Baek, kau baru saja membawakan tas milik Sean, apa kau lupa jika dia adalah lawanmu dalam mendapatkan Suyeon"
Baekyeon menghela napasnya lagi mendengar perkataan Daejong, sebenarnya tanpa sahabatnya itu ingatkan Baekyeon sudah selalu ingat jika Sean adalah lawannya dalam mendapatkan gadis pujaan hatinya.
"Sebenarnya apa yang tidak aku ketahui, kenapa kau belakangan ini sering terlibat dengan Suyeon dan bahkan sekarang kau terlibat dengan Sean"
Daejong tidak salah bukan jika dirinya heran dengan Baekyeon, biasanya Baekyeon hanya dekat dengannya namun sekarang tidak, sahabatnya itu terlalu sibuk dengan Suyeon dan melupakannya.
"Dan kenapa wajahmu lebam seperti ini, apa kau baru saja berkelahi? Bahkan baru pertama kali ini aku melihat wajahmu lebam"
"Aku terjatuh saat tidur"
Dengan cepat Daejong memukul belakang kepala Baekyeon "Kau pikir aku bodoh hah?! Itu jelas-jelas luka pukulan"
Baekyeon mendengus lalu mengelus kepalanya yang baru saja mendapat pukulan dari Daejong itu "Sudahlah aku ingin ke perpustakaan kau mau ikut atau tidak"
"Aku akan ikut setelah kau menjawab pertanyaanku"
Baekyeon menghela napasnya lalu menceritakan semuanya pada Daejong termasuk dirinya yang akan menjadi pesuruh Sean selama 1 minggu ini.
Suyeon kini tengah duduk ditempat duduknya sambil membaca sebuah novel, Tera memperhatikan sahabatnya itu dari tempat duduknya.
Dirinya merasa sangat menyesal telah menampar dan berkata bahwa ia tidak akan menjadi teman Suyeon lagi karena sahabatnya itu sudah jahat pada Sejung dan ternyata terbukti jika Sejunglah yang jahat disini.
Tera memberanikan diri untuk melangkahkan kakinya mendekati Suyeon yang sedang sibuk membaca buku ditangannya itu.
"Suyeon-a"
Yang dipanggil namanya menoleh sebentar lalu melanjutkan kegiatan membacanya lagi tanpa menghiraukan jika Tera sedang berdiri disebelahnya.
"Aku ingin minta maaf padamu Suyeon-a" Tera memilin ujung seragamnya.
Suyeon hanya diam tanpa memberikan respon apa pun, ini memang salah Tera seharusnya dia tidak menemui Suyeon lagi.
Jika Tera menjadi Suyeon mungkin ia tidak akan pernah mau memaafkan Tera, karena perkataannya sudah keterlaluan ditambah lagi Tera yang berani menampar pipi Suyeon waktu itu.
Ia sungguh merasa menyesal sekarang, walau bagaimanapun ia lebih dulu mengenal Suyeon dibanding dirinya yang mengenal Sejung namun kenapa ia lebih percaya pada Sejung.
Padahal Tera sendiri mengetahui jika Suyeon tidak mungkin berbuat seperti itu apalagi sampai melukai sahabatnya sendiri.
Tera tidak ingin kehilangan sahabat terbaiknya dengan cepat gadis itu menggenggam tangan Suyeon yang sedang memegang bukunya, alhasil buku yang dipegang Suyeon itu terjatuh kebawah.
"Suyeon, aku mohon maafkan aku"
Merasa tidak mendapat jawaban apa-apa dari Suyeon, Tera tergerak untuk berlutut disamping sahabatnya itu "Maafkan aku Suyeon-a, seharusnya waktu itu aku lebih percaya padamu hiks"
Suyeonn menoleh saat sahabatnya itu berlutut disampingnya sambil menangis, gadis cantik itu menggerakkan tangannya mengelus punggung bergetar milik Tera.
"Aku sudah memaafkanmu Tera-ya, jangan menangis"
Tera dengan cepat menatap Suyeon yang juga sedang menatapnya lalu langsung ditubruknya tubuh sahabatnya itu dan menangis lagi.
"Sungguh maafkan aku, Suyeon-a kau boleh menamparku sebagai gantinya karna aku sudah menamparmu waktu itu" tangisan Tera semakin tersedu saat dirinya mengingat kembali kejadian beberapa hari lalu ketika ia menampar pipi sahabat yang sedang ia peluk sekarang ini.
Suyeon tersenyum lalu mengarahkan tangannya untuk membalas pelukan temannya itu dan ikut menangis disana.
Sungguh hati Suyeon sakit ketika Tera menampar pipinya dengan keras dan berkata bahwa dia tidak mau berteman lagi dengannya.
Suyeon juga tidak ingin kehilangan Tera, gadis itu sangat berharga bagi Suyeon ketika semua orang-orang menjauh darinya karena sikapnya yang cuek dan tertutup itu namun Tera dengan senang hati menghampirinya dan mengajaknya untuk berteman, meskipun saat pertama kali mereka berkenalan Suyeon sangat cuek.
Suyeon menggeleng ketika mendengar Tera terus saja meminta maaf padanya dan memintanya untuk menampar pipi gadis itu "Tidak perlu Tera-ya, jika aku jadi kau pasti aku akan melakukan hal yang sama dan aku juga akan mempercayai Sejung"
Tera menghapus airmatanya dengan kesal mengingat bagaimana sifat Sejung yang sesungguhnya "Ternyata Sejunglah benar-benar sangat licik, kenapa dia tega sekali menjebakmu seperti itu bahkan kau sangat baik dengannya"
Suyeon tersenyum "Memang pada dasarnya kebaikan tidak selamanya akan dibalas dengan kebaikan Tera-ya"
Tera mengangguk lalu mengeratkan pelukannya lagi dengan Suyeon "Sungguh aku menyesal Suyeon-a, kau benar-benar mau memaafkan aku bukan?"
Suyeon terkekeh disela tangisannya "Iya aku sudah memaafkanmu sepenuhnya asal kau mau mentraktirku jajangmyeon"
Tera melepas pelukannya dan duduk disamping Suyeon "Setuju!"
Keduanya tertawa bersama, karena kini hubungan mereka sudah kembali membaik seperti sebelumnya.
"Aku benar-benar tidak menyangka jika Sejung adalah dalang dibalik semua kejadian ini Suyeon-a"
Suyeon mengangguk "Aku juga awalnya tidak percaya jika Sejunglah pelakunya tapi setelah semuanya terbukti aku baru mempercayainya Tera-ya" gadis cantik itu menghapus jejak airmatanya.
"Tapi siapa yang berkata bahwa Sejung dalang dibalik semua ini?"
Suyeon terdiam sebentar sebelum menjawab "Kemarin saat sidang sedang berlangsunh Baekyeon tiba-tiba saja datang keruang kesiswaan dan membawa beberapa video yang berhasil direkamnya. Didalam video itu dia merekam Sejung yang sedang menyuruh seorang gadis untuk memukulinya dan menyuruh gadis itu juga untuk mengaku bahwa dia orang suruhanku untuk melukai Sejung. Kau ingat gadis bermasker yang menjambak Sejung waktu kita dikafe itu kan?"
Tera mengangguk lalu membekap mulutnya "Aku benar-benar masih tidak menyangka jika Sejung adalah orang yang licik, tega sekali ia berbuat seperti itu pada sahabatnya sendiri"
Suyeon mengedikkan bahunya "Hanya melihat aku dekat dengan Sean lalu ia tega menjebakku seperti itu, kau tahu sendiri bukan jika aku dan Sean sudah bersahabat sejak kecil jadi wajar jika aku dan Sean sangat dekat"
Tera mengangguk "Tunggu. Apa yang gadis bermasker itu ucapkan benar jika Sejung menyukai Sean?"
Gadis cantik itu mengangguk "Dan dia juga berkata bahwa ia melakukan itu agar Sean menjauhiku lalu ia bisa dengan mudah mendekati Sean"
Sahabat Suyeon itu menggeleng-gelengkan kepalanya karena dia masih belum percaya jika ternyata Sejung gadis yang licik.
Tera menggenggam tangan Suyeon "Kita lupakan Sejung dan sekarang hanya kita berdua Suyeon-a. Kita bisa berteman seperti dulu lagi bukan?"
Gadis cantik itu mengangguk lalu tersenyum dan mereka berpelukan lagi.
Pelukan keduanya terlepas begitu seseorang memanggil nama keduanya.
"Kau darimana dan kenapa kau tidak membawa tas?" tanya Tera ketika melihat Sean yang berjalan kearahnya tanpa menggendong tasnya.
Sean mendudukkan dirinya dikursi yang ada didepan Suyeon dan Tera "Kau tidak lihat tasku sudah ada disana" jawabnya sambil menujuk kearah tempat duduknya yang berada tidak jauh dari bangku Suyeon.