Pada kibas lalu terdengar berita dari arah barat, jatuhnya komet.
Desa barat terlihat ramai sedang mengadakan tradisi malam, orang-orang berkumpul membawa lampion untuk di terbangkan pada malam hari.
Dipertengahan tradisi, cahaya terang selewat menerangi desa.
"Itu apaan" ujar orang dari salah satu desa.
Orang-orang terhenti melihat ke arah langit.
komet terlihat jatuh melesat cepat ke arah kiri desa tersebut.
Orang-orang berlari berlalu-lalang, menabrak sana-sini, untuk menyelatkan diri. lampion berserakan dimana-mana terinjak sana-sini, benar-benar kondisi yang sangat ricuh.
Komet menyentuh bumi, dengan sangat rapih, air bertumpah membuat air terbang tinggi, gempa besar seketika menerbangkan batu-batu besar.
Duar!
Seketika tidak terdengar suara apapun. Orang-orang terhanyut air, tidak bergerak.
Komet itu membuat ruang seperti danau, terlihat seseorang tergeletak, dalam bentuk blok es.
"Begitu lah, kamu ditemukan arhan!" ujar sang rahasia.
Diam seketika, "Waw" ujar alu terkejut.
Ruangan kerja yang sangat rapih, hening tidak ada suara apapun, pukul 8 malam arhan masih diam di ruangan kerja bersama penyimpan waktu.
Nama aku Kometa arhan seorang manusia biasa saja, yang terus berjuang dengan impiannya.
"Hallo han" sapa seseorang menepuk aku dari belakang.
"Eh.. hallo, zak" jawab aku.
Seseorang itu teman baiknya aku di akademi, Zaki namanya, cowo lebih tinggi dari pada aku, dan sangat hebat bersosialisi dengan orang baru. Kepribadian yang sangat bertolak belakang dengan aku.
"Gimana sudah tau asal-usul lu dari mana?" Tanya zaki menghentikan langkah aku.
aku mengangguk, "sedih sekali ternyata"
"Bagaimana?" Tanya zaki.
Komet menghanam desa barat yang sedang melaksanakan tradisi malam, komet membuat air terbang setinggi 500KM menghapus orang-orang yang sedang tradisi begitu aja" ujar aku menundukan kepala.
Zaki terdiam.
"Gua pembunuh ternyata" sela aku.
Zaki mengangkat kepalanya, melirik aku, "tidak itu, sudah takdir"
aku berjalan cepat keluar dari akademi.
"Komet yang sangat dingin" bisik zaki.
***
Malam ini akademi mengadakan pertunjukan puisi untuk teman, Bukan tampil seperti biasanya, ini khusus orang-orang yang baik kepada saya.*
"Siap ga?" Sela zaki menyadarkan aku
aku terdiam, melihat orang-orang diluar begitu banyak dan riang. Jantung berdetak kencang sejak tadi, tangan aku mulai tremor dengan perlahan, meneteskan keringat dari dahi.
"Gausah tegang, kan udah biasa puisi, kita udah ikut ekskul puisi dari jaman saat kita masuk ke akademi ini" bisik zaki dengan perlahan.
aku terus menatap penonton dari arah belakang panggung, menghela nafas pelan.
Ini benar-benar beda, ujaran terima kasih ini terlalu cepat untuk di serahkan sekarang.
Aku menarik nafas panjang-panjang, lalu mengeluarkannya dengan perlahan.
"Kayanya elu duluan deh" bisik zaki dari pinggir aku berdiri.
"Kometa, silahkan maju" teriak Sang rahasia. Mempersembahkan ke arah aku.
Semua orang yang ada di belakang panggung melirik, juga zaki. "Ayo" ujarnya.
Rasa takut ini semakin besar, jari-jari tangan mulai dingin, ditutupi oleh rasa malu.
Aku berjalan dengan perlahan menaiki anak tangga menuju panggung.
Aku menghela nafas. Penontonnya banyak sekali tidak seperti biasanya. berusa fokus sama kertas yang saya penggang sekarang.
"teman. Aku tau kalian
Tapi apakah kalian tau aku
Itu bagiku tidak masalah
Tapi aku mencoba biasa saja
Sebentar, untuk menjadi teman itu bagaimana?
Apakah itu rumit? Bagiku mungkin iya
Aku sangat susah berbicara dengan dengan orang
Jadi untuk itu aku selalu menunggu
Terima kasih teman
Untuk sampai saat ini
Sudah membukakan jalan
Aku sangat senang"
Aku Menghela nafas.
Penonton diam tidak bereaksi apapun, aku menurunkan kertas dari hadapan muka. Lalu menunduk.
Sontak semua bertepuk tangan dengan riang.
Lalu aku turun dari panggung dengan cepat, di belakang panggung sudah ada zaki yang menunggu.
"Waw gila keren" ujar zaki menepuk pundak aku.
aku hanya mengangkat pundak dengan pelan.
***
Siang ini matahari menyorot terik ke arah meja makanku dan teman lainnya.
"Gimana kemarin?" Tanya salah satu teman ku.
"Ehm.. lebih baik" jawabku sambil menyendok makanan di piring.
"Foto lo dipajang di mading tuh" ujar kevin yang ada di sebrangku.
"Ha?" Aku sedikit kaget, "foto siapa?"
"Foto lo" ujar kevin dengan cepat.
"Lah kenapa? Gua doang?" Tanya ku kepanasaran.
Kevin mengangguk.
"Mungkin lo terbaik" sela teman yang lain.
Aku berdiri dari kursi dengan sidikit membuat yang lain kaget. "Gua duluan yo"
Berjalan keluar dari kantin menuju mading akademi. Ko harus aku yah, kenapa harus yang terbaik di tempel. Bukannya semuanya sudah berusaha yang terbaik. Aku berjalan terus memikirkan hal itu.
Aku benci hal ini.
"Wihh kemarin puisinya keren loh" sahut teman lainnya.
"Wahh.. terima kasih" sambil membungkukkan badan.
Aku melihat foto aku sediri sedang berbicara di atas panggung kemarin, lebih baik. ternyata tidak terlihat tegang.
Aku diam sebentar. memangnya yang di tampilkan harus yang terbaik?.
"Ya dong, kan biar yang lain juga ikut terpengaruh" ujar seseorang di sebelah aku.
Aku melirik, "yaelah tidak sopan membaca hati orang"
"Dih kelebihan gua kan gitu" ujar nata.
Aku menghela nafas.
"Memangnya terpengaruh harus dari orang lain yah?" Tanya ku.
Nata mengangguk pelan. "Sepertinya begitu"
"Bukannya setiap manusia diberikan kelebihan dan kekurangan? Kan terpengaruh juga bisa dari diri sendiri" jawab ku.
Nata menggeleng. "Justru itu kalau lo tau kekurangan lo, dan lo bisa tau kelebihan orang lain kenapa ga di ikutin, jadi lo bisa merubah ke kekurangan lo"
Aku menatap keras nata, lalu aku menghela nafas.
"Jangan bicara di dalam hati, gua bisa tau" ujar nata berjalan pergi.
Aku tau.
***
Aku melangkah cepat naik ke atas rooftop akademi, dengan keadaan kelebihanku aktiv. Crek! Aku membuka pintu rooftop dengan perlahan. Angin Menghembus kencang kearah sampingku, ahk itu tidak berefek apapun.
Aku melangkah ke tengah rooftop, semuanya terlihat dari sini. Akh ini bagian favorit aku, bisa mengamati orang-orang dari sini. Suit! Aku menon aktivkan kelebihanku. Aku Menghirup udara segar dengan perlahan.
Suit!
"Uahh!" Teriakku membalikan badan.
"Hai" ujar luna tersenyum.
"Ahk elah, ngapain sih?" Tanyaku, kesal.
"Kok ga ikut kumpul sama yang lain dibawah?" Tanya luna.
"Kenapa? Ga ada aturan harus ikut terus kumpul kan?" Tanya balik aku.
Luna menghela nafas, "iya sih, lo ngapain disini?" Melihat sekeliling.
"Yang ada juga gua yang nanya begitu, lo ngapain ngikutin gua?" Tanyaku.
"Tidak ada, ngikutin aja" jawab luna. Melirik ke arahku.
"Ckkk" aku membalikan badan, sekarang aku melihat orang-orang sedang berlalu-lalang dibawah.
"Kenapa sih sendiran mulu" tanya luna maju melangkah, sekarang disebelahku.
"Kenapa juga lu suka kemana-kemana sendiri" balas aku tetap melihat kedepan.
"Ahk pertanyaan itu selalu di lampirkan ke arah gua" ujar luna.
"Gua juga, engga lo doang" ujar ku.
"Iya, bukannya kita dari zodiak yang sama yah?" Tanya luna melirik ke arah muka aku.
Aku menghela nafas. "Ko lu tau sih?" Menurunkan kepala.
"Karena kita punya kelebihan yang sama" ujar luna.
"Tapi lu kelebihannya lebih lebih dari gua" ujar aku.
"Kelebihan apa?" Tanya luna.
"Kelebihan dikenal orang" ujar aku tersenyum.
Luna menghela nafas. "Mungkin buat orang lain kelebihan itu adalah kelebihan yang orang lain mau, buat gua kelebihan itu engga berguna apa-apa. gua tetep nyaman sendiri atau bareng-"
"Bareng siapa?" Sela aku.
"Bareng lo" jawab luna.
Aku tersenyum. "Udah sana lu dicariin tuh"
"Lo liat luna?" Tanya salah satu orang dibawah.
"Engga"
Luna menghela nafas. Suit! Luna menghilang.
"Jangan pake kelebihan lo, percuma orang yang tadi nyari engga liat lo" ujar aku.
Suit! Luna kembali terlihat. Berjalan cepat kebawah.
Aku menghela nafas. Hari ini random sekali, dari foto aku masuk mading dan percakapan bodoh bareng luna barusan. Aku gatau percakapan barusan bareng luna bisa di percaya atau tidak, orang-orang selalu menyepelekanku, aku benci hal itu.
Pelajaran terakhir yang aku ambil adalah jika lo bisa melihat kelebihan orang lain dan lo tau kekurangan lo, kenapa lo ga mencoba ikutin hal itu.
Dan menjadi dikenal banyak orang di akademi itu tidak akan berpengaruh apa-apa untuk zodiak scorpio. Aku tidak tahu itu bohong atau tidak.
Suit! Aku mengaktifkan kelebihanku, lalu berjalan masuk kedalam gedung akademi.