Enjoy Reading Guys
♕♛♕
Sore itu tepatnya disayap kiri mansion Jazzton, Agnes sedang asik memetik berbagai macam bunga-bunga yang ditanam oleh Nori. Seorang wanita paruh baya yang menjadi kepala pelayan di mansion ini sekaligus pengasuh Jovin dari bayi. Memiliki pembawaan yang halus dan jiwa keibuan, Agnes menyukainya. Setidaknya dengan Nori Agnes mendapatkan kasih sayang seorang ibu yang tidak pernah ia dapatkan semenjak umur 5 tahun.
"Anak manis, sebentar lagi Jovin pulang. Sebaiknya kau masuk kedalam sebelum Jovin pulang dan tidak menemukanmu," ucap Nori dengan suara lembutnya.
"Oh ayolah Nori, ini baru pukul 5 sore. Sedangkan Jovin pulang pukul 6 sore bukan," jawab Agnes sedikit kesal karena aktivitas nya terganggu.
"Hey, Jangan membantah!"
"Kau memerlukan waktu sangat lama untuk Mandi. Belum lagi waktu berpakaian mu, itu akan memakan waktu berjam-jam," lanjut Nori dengan tampang galaknya lalu menarik tangan Agnes untuk berdiri.
Gadis itu mendengus kesal saat Nori menarik tangannya dan menuntunnya untuk berjalan, apalagi perkataan Nori barusan yang membuatnya tambah kesal.
"Ck! Semua orang selalu mengomentari ku tentang itu, padahal aku hanya menghabiskan waktu sepuluh menit untuk mandi dan sepuluh menit untuk berpakaian," ucap Agnes dengan wajah dibuat kesal membuat Nori gemas dengannya.
"Sudahlah jangan banyak bicara dan segeralah bersiap-siap," ucap Nori cepat dan langsung mempercepat langkahnya. Sedangkan Agnes masih dengan raut wajah kesalnya hanya pasrah saja saat tangannya digandeng oleh Nori.
* * *
Rasa segar menyelimuti tubuh Agnes setelah gadis itu berendam cukup lama didalam *bathtub dengan busa yang berlimpah beraroma Rose serta sampo beraroma strawberry favorit nya menambahkan kesan tersendiri untuk Agnes. Rasanya dia sangat betah tinggal di mansion ini, semua yang pernah ia impikan ada disini.
Sedikit info. Agnes tipe orang yang ambisius, tetapi dia tidak egois. Ia lebih cenderung mengalah untuk sebuah keputusan yang bertentangan dengan pendapatnya. Terkadang hatinya memang sedikit berat jika menerimanya, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Agnes sangat tidak tega jika hal itu menyangkut tentang orang yang disayanginya. Katakanlah dia bodoh. Iyah, Agnes akui dia memang sangat bodoh karena selalu menuruti ucapan orang yang disayanginya itu walau dengan berat hati dia menerimanya dengan ikhlas.
Agnes mempunyai seorang yang sudah dianggapnya sahabat waktu *Junior High School, seorang sahabat yang selalu menampung semua keluh kesah Agnes. Sahabatnya ini tipe orang yang heboh, bar-bar tapi paling sering merajuk atau cepat marah dan tidak mau kalah. Terkesan egois bukan? Selalu ingin menang sendiri, dan ujung-ujungnya Agnes yang selalu mengalah demi dirinya. Tapi anehnya persahabatan mereka langgeng karena sahabatnya itu pendengar yang baik, selalu memberi Agnes support dan selalu mengerti keadaannya. Tapi satu hal yang Agnes tidak sukai darinya, yaitu sikap egoisnya yang kadang membuat Agnes muak dan kesal. Tapi, seorang Agnes sangat pintar menutupi semuanya, sampai-sampai semua orang menganggap Agnes adalah seorang gadis yang tidak memiliki masalah. Hidup tentram aman damai dan sejahtera. Tapi mereka salah, itu hanya sebuah topeng yang menutupi jati dirinya.
Agnes Alexandra. Gadis periang, aktif dan murah senyum. Mereka mengenalnya seperti itu. Tanpa mereka tahu bahwa itu semua palsu! Agnes Alexandra bukan gadis seperti itu, ada jiwa iblis yang tersimpan dalam dirinya. Dia begitu kasar dan setiap senyum yang ia keluarkan hanyalah senyum palsu.
Tapi sekarang itu tidak berlaku lagi, sekarang Agnes sudah mulai berubah. senyumnya senyum tulus, sikap kasarnya perlahan menghilang. Semuanya nyata tanpa ada topeng yang menutupinya berkat Jovin yang membawanya kesini, mengubah hidupnya yang tadinya biasa menjadi luar biasa.
Disini Agnes mendapatkan kasih sayang yang berlimpah. Dimanja dan diperhatikan. Mereka menyayanginya seperti itu, tapi yang paling berperan adalah Nori. Buktinya selama seminggu ini Agnes menempati mansion Jovin dia begitu berperan menjadi ibunya Agnes. Contohnya saat gadis itu sedang asik dengan dunianya dan lupa makan, dia mengingatkan Agnes, bahkan dia tidak segan-segan mengambilkan makanan gadis itu jika Agnes hanya menjawab 'iya' dan tidak beranjak. Perhatian bukan? Tentu saja, dan bagaimana mungkin Agnes memakai topeng kebahagian jika sebenarnya bahagia? Aish, itu tidak perlu.
Ah, mengingat tentang masa Junior High School, Agnes mempunyai sebuah Geng. Namanya Rabbitch. Mungkin terdengar sangat kasar, bahkan banyak yang mencibir nama geng mereka, tapi mereka bertiga tidak peduli akan hal itu. Pergaulan Agnes dan kedua temannya ini bisa dibilang sedikit bebas, mereka terkadang membolos sekolah hanya untuk bersenang-senang diluar dan menghabiskan waktu bersama. Apalagi salah satu temannya sering ditinggal kedua orangtuanya karena bekerja diluar kota membuat ketiga gadis-gadis itu bebas melakukan apapun sesuka mereka di rumah. Dan soal absennya, Agnes mempunyai sepupu jauh yang cukup berandalan disekolahnya jadi dia bisa meminta bantuan sepupunya itu untuk mengancam si ketua kelas agar mengizinkan ketiga gadis itu membolos.
Lagipula, mereka membolos ketika jam terakhir mata pelajaran absen. Agnes dkk tidak segila itu, mereka bertiga dicap sebagai siswi taat oleh kepala sekolah dan cukup menonjol karena otak mereka yang tidak bisa diragukan kemampuannya, bahkan absen mereka sangat bersih, tidak terkecuali absen kelas yang dipegang sang ketua kelas, berkat ancaman sepupu Agnes yang berandalan itu mereka selamat.
Clara Fawnia dan Fiona Licolin. Dua nama yang sangat Agnes rindukan, sahabat yang menjadi *mood booster untuknya. Walaupun terkadang mereka tidak bisa memberikan saran, tapi mereka juga pendengar yang baik. Apalagi saat Agnes bercerita tentang keluarganya, tentang rencana balas dendam Agnes terhadap pria yang menyelingkuhi ibunya dan membuat hidup Agnes berantakan. mereka mendukungnya, tapi berbanding terbalik jika Agnes bercerita tentang para gebetannya, mereka akan menghujat Agnes, dan yang paling membuatnya kesal setengah mati adalah perkataan Fiona, sahabatnya yang satu itu sangat cerewet. Selalu mencampuri urusan percintaan Agnes.
Menurut Agnes, dia masih terlalu kecil untuk menjalin sebuah hubungan. Karena tujuannya sekolah untuk menuntun ilmu, bukan pergi sekolah untuk bermain-main atau menjalin hubungan dengan teman sekolahnya. Itu sama sekali tidak pernah dipikirkan oleh Agnes.
* * *
Dengan masih menggunakan handuk kimono berwarna putih, dan sebuah handuk kecil berwarna senada ditangan nya. Agnes berdiri di balkon kamarnya sambil menikmati pemandangan langit yang mulai menghitam. Sesekali tangannya menggosok rambut coklat madu alami miliknya menggunakan handuk putih yang berada ditangan. Sangking sibuk dengan kegiatannya, tanpa disadari ada sepasang mata brown terus mengamatinya dari bawah. Mengamati tingkah aneh Agnes yang sesekali tersenyum kecil bahkan sampai terkekeh.
Sosok itu masih belum beranjak dari tempatnya, masih tetap berdiri di depan mobil miliknya sampai Agnes masuk dan menutup pintu balkon kamarnya. Baru setelahnya sosok itu juga pergi dengan senyum tipis yang tercetak dibibir.
Beberapa menit kemudian...
Dengan langkah terburu-buru Agnes turun melewati anak tangga sambil menggigit bibir bawahnya. Ia takut datang terlambat untuk makan malam. Tidak! Dia sudah terlambat 5 menit. Dan itu membuatnya sedikit terburu-buru saat berjalan.
"Maaf aku terlambat lagi," ucap Agnes kepada Jovin. Pria itu terdiam menatap lurus kedepannya.
"Bagaimana tidak terlambat? Kau keasikan menikmati pemandangan sampai-sampai kau tersenyum kecil bahkan terkekeh." Perkataan pria itu membuat Agnes sedikit terkejut. Bagaimana pria itu tahu? Ah, pantas saja Agnes merasa ada yang mengawasinya, RALAT! Lebih tepatnya memperhatikannya.
"Sudahlah jangan dipikirkan lagi, ayo makan," ucap Jovin mengagetkan Agnes membuat gadis itu secara spontan mengangguk.
Bersambung...
______________________________________________
Note !
*bathtub, bak mandi
*junior high school, sekolah menengah pertama (SMP)
*mood booster, penyemangat