Chereads / Mr. Mafia (Moved to a New Link) / Chapter 6 - MM • VI

Chapter 6 - MM • VI

"Sebenarnya aku tidak berniat memperkenalkan mu kedunia luar, namun aku juga sangat malas berhadapan dengan orang tua yang sering sekali menjodohkan ku dengan putri mereka. Aku tidak suka," jelas Jovin sambil terus membelai pipi Agnes yang terasa sangat lembut.

Agnes diam, tidak menanggapi ucapan Jovin namun masih setia mendengar ucapan pria itu.

"Jadi, maukah kau menjadi pasanganku nona?" tanya Jovin sambil mengangkat sebelah tangan Agnes lalu mengecup lembut punggung tangan yang berbau harum memabukkan.

Agnes mengerjap-ngerjapkan matanya, jantung gadis itu berdebar kencang dengan kedua pipi yang semakin memerah.

"Aku menunggu jawabanmu nona," ucap Jovin lagi seakan menyadarkan gadis cantik itu.

"Tentu," balas Agnes dengan suara sedikit mencicit menatap malu-malu Jovin.

Agnes tidak pernah sedekat dan seintim ini dengan pria, ia sangat membatasi itu. Namun rasanya berbeda dengan Jovin, seakan ada magnet dalam diri pria itu yang terus menariknya mendekat. Awalnya Agnes merasa aneh, tapi kemudian ia merasa nyaman. Agnes suka. Eh?

"Gadis pintar," ucap Jovin lalu menarik kepala Agnes menyandarkannya kebahu pria itu.

"Tidak perlu takut, khawatir, atau apapun itu. Kau akan terlindungi jika terus bersamaku, paham?" ucap Jovin dan diangguki oleh Agnes.

Beberapa menit kemudian, Agnes jatuh tertidur dalam dekapan hangat Jovin.

Pria itu lantas menggendong Agnes ala bridal lalu melangkahkan kakinya, membawa gadis cantik itu kembali ke kamar untuk beristirahat dengan nyaman disana.

"Setelah mengantarmu, aku akan membuat perhitungan dengan pria sialan itu," ucap Jovin tanpa ekspresi menatap lurus kedepan.

Untung saja tadi Calvin melaporkan kelakuan salah satu penjaga baru yang sudah berani menatap cabul Agnes, Jovin langsung tersulut emosi melihat wajah penjaga itu yang terlihat sangat bernafsu menatap tubuh gadis cantiknya. Damn it!

Dan Jovin bersumpah akan mencongkel kedua matanya lalu memotong lidahnya juga. Ingatkan pria itu untuk melakukannya nanti.

* * *

Dentingan sendok dan garpu mulai terdengar diruang makan itu setelah para koki dan beberapa pelayan mulai menyajikan menu sarapan diatas meja.

Agnes memakan dengan lahap *Menemen atau scramble egg khas Turki, sedangkan Jovin hanya meminum *Çay. Teh tawar yang menjadi jiwa untuk orang-orang dikota ini. Turki.

Mereka berdua begitu fokus dengan aktivitas masing-masing hingga sebuah Email yang masuk dari iPad Jovin membuat pria itu langsung berdecak kesal lantas membuat Agnes menatapnya.

"Ada apa?" tanya Agnes sambil membersihkan sudut bibirnya yang sedikit kotor menggunakan serbet.

"Ada sedikit masalah, mungkin aku tidak akan pulang malam ini," jawab Jovin tanpa mengalihkan tatapannya dari layar iPad.

Agnes mengangguk tanda mengerti lalu mengambil segelas susu untuk meneguknya.

"Baik-baik disini," ucap Jovin sambil berdiri lalu mengusap lembut kepala Agnes sebelum pria itu meninggalkannya.

Tidak lama setelah itu, para pembantu mulai memasuki ruang makan untuk membereskan sisa-sisa makanan mereka. Agnes pun lantas berdiri lalu melangkah keluar dari ruangan itu.

* * *

Untuk kesekian kalinya Agnes menatap jam yang berada didalam kamar gadis itu, jarum jam sekarang sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Agnes mendesah lelah, sudah 10 episode yang ia tonton dari sebuah drama Chinese bertema romantis namun ia sama sekali tidak tertarik dengan alurnya. Agnes sungguh bosan!

Dengan malas Agnes kembali menatap laptop berlogo apel yang berada diatas kasurnya, beberapa menit kemudian eps 10 dari drama itu berakhir. Agnes dengan gerakan malasnya langsung menutup laptop itu lalu membenamkan wajahnya di kasur.

Agnes bosan, ia ingin tidur namun tidak mengantuk. Dia ingin sekedar berjalan-jalan namun untuk duduk saja rasanya sangat malas! Adakah yang seperti dirinya?

Agnes mengangkat kembali kepalanya lalu duduk diatas ranjang, menatap sekeliling kamarnya yang mewah itu. Gadis itu lalu turun dari atas ranjangnya dan berjalan masuk kedalam walk in closet, Agnes sudah memutuskan untuk melawan rasa malasnya dengan keluar dari kamar dan mengeksplor berbagai sudut mansion ini yang belum dia jelajahi keseluruhannya.

Agnes keluar dari walk in closet setelah memakai sebuah cardigan rajut berwarna biru yang cukup tipis sebagai pelengkap outfit nya hari ini agar terlihat sopan. Namun alasan sejujurnya dikarenakan Agnes masih sedikit trauma ditatap seperti kejadian kemarin.

Gadis itu lalu berjalan ke ranjangnya dan memakai kembali sendal rumahan yang dibelikan oleh Jovin dari sebuah perusahaan multinasional pribadi yang dimiliki oleh Alain Wertheimer, *CHANEL.

Agnes keluar dari kamar sambil mengikat rambutnya lalu dengan santai wanita itu menelusuri lantai 2 tempat kamarnya berada.

Dengan langkah ringan sambil sesekali bersenandung, Agnes berjalan di koridor panjang itu. Matanya tidak bisa diam, terus saja menatap kesana-kemari mengagumkan desain interior modern mansion itu. Ada banyak sekali figuran serta benda-benda antik menghiasi sepanjang koridor itu. Hingga tidak lama, Agnes menemukan pintu-pintu kayu berwarna coklat saling berhadapan.

Gadis itu melangkah kesalahan satu pintu lalu mencoba membukanya, terkunci. Agnes kembali mencoba ke pintu yang lain dan hasilnya sama, terkunci.

"Mungkin ini hanya kamar," gumam gadis itu lalu kembali melanjutkan langkahnya.

Sampai ke ujung koridor Agnes berhenti, ada dua jalan belokan disana. Gadis itu lalu menatap kekanan, ada semacam pintu lift disana namun terpasang papan pemberitaan jika lift itu rusak. Agnes kemudian mengambil langkah berbelok kekiri dan kembali melenggang tanpa rasa penasaran ataupun curiga.

Setelah beberapa lama melangkah, Agnes sampai dipintu berdaun dua dengan ukiran yang cantik berwarna hitam yang saling berhadapan, tanpa dibuka pun Agnes tahu ruangan itu. Ruang theater dan *gym, dua ruangan ini hampir setiap hari Agnes mengunjunginya.

Setelah itu Agnes lantas berbalik tanpa melanjutkan kembali langkahnya, gadis itu memutuskan untuk turun kelantai bawah karena suasana disini sangat sepi dan juga dingin.

Setelah kakinya menginjak lantai bawah, Agnes langsung menuju pintu utama untuk keluar sambil membawa sebuah keranjang jerami. Lagi-lagi tujuan gadis itu adalah taman disayap kanan mansion, salah satu tempat favoritnya.

Agnes duduk selonjoran diatas karpet piknik berwarna merah yang dibawanya sambil bersandar dengan nyaman disalah satu pilar gazebo, mengeluarkan beberapa makanan ringan serta sebotol *Sherbet.

Saat sedang menyantap beberapa makanan ringan, Agnes dikejutkan dengan sebuah suara gedoran yang terdengar tidak jauh darinya. Gadis itu langsung berdiri, keluar dari gazebo dengan tergesa-gesa mencari asal suara.

Menatap sekelilingnya, tidak ada pintu disini namun suara gedoran itu,  Agnes kembali melangkahkan kakinya  kebelakang sebuah pohon besar yang berada tidak jauh dari gazebo. Tiba-tiba gadis itu menghentikan langkahnya saat merasa rumput yang dipijaknya sedikit tertanam, dengan hati-hati Agnes lalu menghentakkan kakinya hingga bunyi itu terdengar lagi.

Agnes berpindah lalu dengan tergesa-gesa menyingkirkan rumput-rumput itu hingga menampilkan sebuah pintu kayu berwarna hitam. Tanpa pikir panjang Agnes langsung membukanya hingga menampilkan sebuah terowongan yang amat gelap dengan anak tangga sebagai penghubung untuk kebawah.

Lagi-lagi tanpa pikir panjang Agnes menuruni satu persatu anak tangga dengan hati, hingga tiba-tiba saja kakinya tergelincir membuat gadis itu jatuh terguling sampai kebawah.

Shhhh

Agnes meringis sakit, gadis itu merasakan jika lantai terowongan ini seperti tergenang air.

"Hoek." Bau busuk tiba-tiba menyergap penciuman Agnes, sangat busuk sampai membuatnya ingin muntah.

Dengan sedikit paksaan Agnes berdiri, merangkak kembali keatas anak tangga hingga tangannya terkena cahaya matahari membuat kedua matanya membola.

"Da-darah?" Tubuh Agnes bergetar menatap tangannya yang berlumuran darah. Gadis itu dengan cepat berbalik menatap was-was terowongan yang gelap itu, tiba-tiba terlihat bayangan seseorang dari dalam kegelapan yang mendekat. Agnes semakin merangkak keatas, hingga sosok itu terlihat membuat Agnes refleks berteriak sangat keras karena melihat penampilan orang itu sangat menyeramkan dengan tubuh berlumuran darah, kedua telinga yang putus serta rahangnya terlihat bengkok.

"AAAAAAARGH!!" teriakan Agnes semakin keras saat tangan dingin sosok itu menyentuh pergelangan kakinya membuat gadis itu menendang asal kakinya hingga tubuhnya terangkat keatas dalam gendongan seseorang.

"Diam," desis orang itu membuat Agnes menghentikan teriakannya dan digantikan isak tangis.

Agnes menangis dalam gendongan Jovin dengan tubuh yang masih gemetar ketakutan, masih teringat jelas sosok menyeramkan itu. Gadis itu takut, sungguh takut.

Bersambung...

______________________________________

Note

*Menemen atau bisa dikatakan sebagai scramble egg khas Turki. Terbuat dari telur, garam, bawang, oregano, cabai manis, dan juga merica, orang Turki biasanya akan menambahkan beberapa sayuran, seperti halnya tomat dan paprika.

Namun banyak juga yang menambahkan daging olahan pada menemen untuk menambah rasa dan kalori. Tingkat kematangan menemen yang digemari orang-orang Turki juga berbeda. Kebanyakan dari mereka menyukai menemen setengah matang, sehingga mereka bisa menjadikan menemen sebagai cocolan roti yang telah disobek dalam ukuran sekali gigit. Diketahui menemen berasal dari sebuah kota di wilayah Izmir.

*Çay adalah jiwa dari orang-orang Turki. Dalam satu hari, mereka bisa minum hingga enam atau tujuh gelas perharinya, bahkan lebih. Hitungan tersebut dimulai sejak sarapan tersaji di atas meja makan. Mereka juga lebih menyukai teh mereka dalam keadaan panas, sama halnya dengan di Indonesia, teh Turki ini juga ditanam di lereng gunung.

*Gym merupakan akronim dari Gymnasium. Secara harfiah, gym dapat diartikan sebagai tempat atau lokasi untuk melakukan kegiatan latihan dan olahraga seperti layanan senam, atletik, dan ataupun juga kardio.

*Sherbet dianggap sebagai salah satu minuman dingin, manis, tanpa alkohol terbaik di dunia, yang terbuat dari buah atau kelopak bunga. Ada berbagai rasa unik seperti lemon, mawar, delima, dan raspberry.