Chereads / Mr. Mafia (Moved to a New Link) / Chapter 7 - MM • VII

Chapter 7 - MM • VII

Satu minggu sejak kejadian itu telah berlalu, sekarang kondisi Agnes sudah lebih baik daripada hari-hari sebelumnya. Dan seperti yang telah dibicarakan Jovin semalam bahwa hari ini sekitar jam 7.15 malam dia akan menjemput Agnes untuk menghadiri Party Wedding Anniversary *kolega bisnisnya yang ke-25 tahun.

Gaun berkain sutra dengan warna Horse green atau hijau tua itu melekat pas ditubuh Agnes, dress bergaya mermaid tail yang cukup terbuka dibagian punggungnya itu hanya terdapat tali tipis menyilang yang tidak mampu menyembunyikan keindahan punggungnya, ditambah belahan yang cukup panjang memperlihatkan kakinya yang jenjang. Perfect, apalagi ditambah aksesoris seperti sepasang high heels berwarna cream dan sepasang anting emas putih yang menggelantung indah di telinganya.

Agnes terus tersenyum melihat penampilannya yang terlihat dewasa bukan seperti remaja 17 tahun apalagi bocah berusia 14 tahun.

Gadis cantik itu merapikan rambut coklat indahnya yang bervolume dibiarkan tergerai oleh sang penata rias, demi Tuhan Agnes sangat takjub dengan penampilannya sekarang. Ia juga sangat bersyukur karena memiliki tinggi hampir 165 cm serta kaki jenjang yang putih mulus seperti seorang model. Setidaknya dengan gaun ini dia terlihat cantik dan dewasa tidak seperti saat ia memakai seragam sekolah. Ck, teman-temannya akan mengejeknya karena tampilan gadis itu seperti seorang bocah berusia 14 tahun dibandingkan seorang remaja berusia 17 thn. Bukankah itu sangat menjengkelkan?

*Back to topic*

"Apa kau tidak bosan terus saja melihat penampilanmu didepan cermin nona?" tanya Nori dari arah belakang Agnes membuat gadis itu sedikit malu.

"Maaf Nori, aku terlalu bahagia memakai gaun cantik ini," jawab Agnes malu-malu, ini pertama kalinya ia memakai gaun secantik ini maka dari itu dia tidak bisa berhenti untuk bercermin dan mengaguminya.

"Baiklah sayang, tapi kau tidak kasihan melihat Jovin yang menunggumu dibawah?" Ucapan Nori sukses membuat Agnes membalikkan tubuhnya menghadap wanita paruh baya itu.

"A-apa? Jo sudah datang?" tanya gadis itu sedikit terkejut.

Nori mengangguk. "Ya, dia sudah menunggumu lebih dari 5 menit yg lalu."

Lagi, ucapan Nori kembali membuat Agnes terkejut.

"Astagah Nori! Kenapa kau tidak bilang dari tadi," gerutu Agnes lalu dengan gerakan cepat ia langsung mengangkat sedikit gaunnya lalu berlari kecil mencari keberadaan Jovin.

Sedangkan Nori hanya menggelengkan kepalanya menatap tingkah Agnes yang menurutnya menggemaskan untuk ukuran seorang remaja 17 tahun.

* * *

• Turkey, Istanbul | Hotel Çırağan Palace Kempinski, outdoor

Sudah setengah jam Agnes duduk menunggu Jovin yang meminta ijin untuk menemui kolega bisnisnya. Dan itu membuat Agnes bosan sendiri. Sebenarnya Jovin sudah mengajaknya, tapi Agnes tidak mau karena alasan lapar. Untungnya tadi dia melihat banyak sekali stand makanan seperti cake dan makanan manis lainnya sehingga gadis itu tidak khawatir akan mati kebosanan menunggu Jovin yang entah kapan akan kembali.

Agnes mengambil beberapa cake yang menggugah seleranya, memakannya dengan anggun namun sangat lahap seakan baru pertama kali ia mencobanya. Dan memang benar, cake orang dengan kasta atas sangat berbeda dengan cake mereka, Agnes dan kasta rendahnya. Cake ini jauh lebih enak, gadis itu suka sekali. Buktinya ia memakan cake itu sampai habis tidak tersisa.

Agnes merapatkan jas hitam milik Jovin yang ia kenakan karena angin pantai begitu menusuk untuknya, tatapan gadis itu terus saja mengawasi Jovin yang kini hanya menggunakan kameja putih dengan celana kain hitam yang melekat dikakinya serta sepasang pantofel mengkilap menjadi alas kakinya. Tidak lupa juga sebuah arloji branded yang selalu menghiasi pergelangan tangan kirinya serta sebuah anting hitam kecil yang selalu terpasang disalah satu telinga pria itu.

Keindahan dari Istana *Çırağan yang telah menjadi salah satu hotel mewah di Turki ini sama sekali tidak mampu merebut perhatian Agnes, padahal pemandangan hotel yang menghadap langsung ke selat ini sungguh indah. Tapi gadis itu justru terus mengawasi setiap gerak-gerik Jovin hingga sebuah suara menginterupsinya membuat gadis itu menoleh.

"Hey nona manis?" sapa seorang pria tampan—tapi tidak setampan Jovin—yang sekarang sudah duduk menghadap Agnes tepat disebelah kursi bar yang gadis itu duduki.

Agnes menatap pria itu sambil mengangkat sebelah alisnya.

"Suatu kehormatan untukku jika kita bisa berkenalan," ucap pria itu lagi. Agnes hanya mengangguk singkat lalu kembali mengalihkan tatapannya sambil meneguk minumannya, Orange juice yang dibuatkan sang *bartender atas titah Jovin.

"Namaku Duncan Edwards." Pria itu memperkenalkan diri sambil menjulurkan tangannya membuat Agnes melirik sekilas tangan itu.

"Agnes Alexandra," jawabnya cuek tanpa menjabat tangan pria itu—Duncan.

Melihat respon gadis didepannya ini membuat pria bernama Duncan itu menjadi kikuk sendiri. Sungguh, ini pertama kalinya dia diabaikan seperti ini, apalagi yang mengabaikannya adalah seorang gadis.

Karena merasa diabaikan Duncan berniat melempar sedikit pertanyaan basa-basi kepada Agnes, akan tetapi sebuah suara berhasil membuat pria itu mengulurkan niatnya.

"Menjauh darinya Tuan Edwards." Sebuah suara yang terdengar berat itu membuat Agnes juga Duncan mengalihkan pandangan mereka kesumber suara.

"Jazzton?" gumam Duncan sambil menatap Jovin dan Agnes secara bergantian.

Jovin berjalan mendekat sambil membuka tiga kancing teratas kamejanya hingga memperlihatkan sedikit dada bidang yang dihiasi tatto serigala yang sedikit mengintip dibalik kameja putih itu. Sedangkan Agnes yang melihat Jovin langsung tersenyum kecil lalu berdiri menghampiri dan menggandeng mesra lengan pria itu.

Duncan semakin dibuat penasaran, pria itu ikut berdiri dan menatap dua pasangan itu bingung. "Kalian?"

"Dia milikku!" tekan Jovin lalu semakin merapatkan tubuh mereka membuat Agnes mengerjap-ngerjapkan matanya menatap rahang kokoh milik pria yang merangkul pinggangnya itu.

Untungnya tadi salah satu anak buahnya melaporkan tindakan lancang dari Duncan Edwards, jikalau tidak mungkin Jovin akan kecolongan oleh lady killer itu.

"Aku sedikit tidak percaya jika orang sepertimu bisa tergila-gila dengan seorang gadis?" Duncan tersenyum miring sambil mengangkat sebelah alisnya.

"Ya, awalnya kupikir aku tidak memiliki hati. Ternyata aku memilikinya," balas Jovin lalu terkekeh kecil.

"Jika pria tahu lalu merebutnya, apa yang akan kau lakukan?" Duncan kembali bertanya lalu meneguk segelas wine yang baru disajikan bartender untuknya.

Jovin menyeringai. "Kau tahu jawabannya Edwards," balasnya membuat Duncan tertawa dengan keras. Untungnya suara musik yang mengalun disini mampu meredam tawa keras Duncan.

Sedangkan Agnes bergidik ngeri memandang Duncan tidak terkecuali Jovin yang menunduk sambil terkekeh kecil. Entah apa yang mereka maksud, Agnes tidak ada niatan untuk mengetahuinya.

Gadis itu mendekatkan bibirnya ke telinga Jovin. "Jo, bisakah kita pulang sekarang?" bisiknya bertanya membuat Jovin menghentikan kekehan kecilnya lalu berdeheman cukup keras.

"kita pulang sekarang," balas Jovin lalu sedikit melonggarkan pelukannya dipinggang Agnes. Setelah itu, mereka berdua langsung berbalik dan melenggang pergi tanpa berpamitan.

"Lagi-lagi aku ditinggal," gumam Duncan menggelengkan kepalanya sambil menatap kedua punggung Jovin dan Agnes yang semakin menjauh.

Bersambung...

______________________________________

Note

*Kolega, adalah teman sejawat, kawan seprofesi, dan kawan sekerja. Kolega dapat berasal dari perusahaan maupun dari luar perusahaan.

*Hotel Çırağan Palace Kempinski Istanbul, Turki. Bangunan dari abad ke-17 yang terletak di semenanjung Bosphorus di Istanbul, hotel ini dulunya merupakan tempat tinggal sultan-sultan kekaisaran Ottoman. Lalu diubah menjadi hotel pada tahun 1991. Interior bangunan merefleksikan gaya Baroque, gaya kekaisaran lama yang megah memukau. Sementara itu di bagian luar, terdapat kolam raksasa dengan area taman menghadap ke laut lepas.

*Bartender adalah seseorang yang ahli dalam membuat minuman di bar dan menciptakan resep-resep minuman baru. Di beberapa negara tertentu, bartender juga bertugas mengidentifikasi pelanggan di bawah umur saat menyediakan minuman yang mengandung alkohol.

*Lady killer, dalam Kamus Bahasa Inggris – Indonesia artinya adalah hidung belang. Julukan ini disematkan untuk pria yang berhasil membuat para wanita klepek-klepek.