NOTED:
Biasakan diri menekan vote sebelum membaca!
SMA Praja. salah satu sekolah berskala internasional di ibukota . rata-rata muridnya berasal dari kalangan menengah atas. beruntung Raya bisa mendapatkan beasiswa di sana berkat nilainya yang tergolong tinggi. walaupun disana Raya hanya penerima beasiswa namun tak ada yang membuly nya.
kehidupannya sebagai pelajar sangat normal seperti remaja kebanyakan, berbincang dikala istirahat bersama sahabatnya seperti saat ini adalah salahsatu kegiatan rutinya.
"Ra kamu yakin mau lanjut kerja di tempat itu?" tanya Ica dengan wajah yang dibuat lebih dekat kearah telinga Raya.
Raya yang tidak tahan akhirnya tertawa akibat rasa geli yang di timbulkan hembusan napas Ica di telinganya.
"ihh kamu ditanya serius jugak.. malah ketawa"
Raya mencoba menahan tawanya untuk menjawab pertanyaan Ica. "Habis rasanya geli banget, kamu kan tau aku gak suka kalo telingaku di tiup".
"Habis ini kan rahasia Ra.. kalo ketauan orang bisa gawat" jelas Ica. alisnya dinaik turunkan jenaka.
Raya merangkul bahu sahabtnya itu ."oke, masih Ca habis gimana ya kalo gak kerja aku mau dapet uang dari mana buat makan".
pandangan Ica seperti saat ini yang paling dihindari Raya, pandangan kasihan. Raya bukan orang yang harus dikasihani dia adalah gadis kuat yang memiliki mimpi tinggi.
Ica adalah anak dari mentri pertahanan negara ini, dia dikenal dengan wajah cantiknya dan sifat ramahnya. cenderung main dengan semua kalangan ayahnya sering terlihat di layar tv itu membuat dia harus dikawal kemanapun dan kapanpun.
"kamu berenti ajah deh Ra, aku takut kamu dia apa-apain om om bejat" bisiknya berusaha meyakinkan ku untuk berenti dari tempat itu.
Raya mengembangkan senyumnya, merasa terharu saat memiliki teman sebaik Ica. "kamu tenang ajah Ca. aku baik-baik ajah kok".
"susah deh kalo bilangin kamu. yaudah terserah" selalu seperti ini kepedulian seseorang justru terasa mempersulit jalan yang sudah sulit. kelemahan.
########
sekembalinya mereka berdua kedalam kelas terlihat di salah satu kursi di kelas mereka ramai oleh anak-anak yang terlihat mengerubungi sesuatu. merasa penasaran Ica menarik lengan Raya untuk mendekat. "Ada apaan si? kok rame banget" tanya Ica pada seorang gadis dengan rambut yang di kepang dua.
"amm itu .. ada anak baru" jelasnya dengan takut-takut.
alis Raya dan Ica bersamaan berkerut pensaran "ayok kita liat Ra" jaka Ica yang dibalas anggukan mantap dari Raya.
mereka berdua menerobos kumpulan orang-orang yang sedang mengerubungi objek yang mereka tuju. setelah berdesakan tiba lah mereka di hadapan seorang laki-laki yang baru mereka lihat di sekolah ini. wajah yang diyakini Raya bukan asli orang indonesia karena terlihat jalas darah campuran negara timur yang kental. mata amber dengan kelopak mata yang tajam menimbulkan kesan misterius yang kuat. dan bibis sensual dengan warna alam.
'siapa orang ini? kenapa dia menatapku seperti itu? apa dia salah satu dari orang yang menguntitku selama ini?' Raya membatin.
Diam bukan berarti Raya selama ini tidak mengetahui bahwa dirinya selalu diikuti oleh beberapa orang, tepatnya setelah kasus sang ayah mulai tidak di tindak lanjuti.
Namun tidak semua orang selalu bisa di kelabui. Aren tersenyum ke arah kedua gadis itu, memberi salam kenal yang membuat Raya mundur selangkah dari posisi sebelumnya.
'dia sudah tau'. Ujar Aren saat pandangan nya bertemu dengan retina Raya. Semirk tipis terukir di bibir Aren.
Akhirnya kedatangan seorang guru membubarkan kerumunan itu. Raya pun segera memutuskan pandangan mereka dan kembali ke tempat duduknya dengan terburu-buru. Air liur nya terasa berubah menjadi kerikil yang sulit untuk di telan.
Berbeda dengan Aren yang terlihat santai di antara teman-teman barunya. Sambil terus memperhatikan pergerakan tergetnya dia terus berbincang.
Kedatangan Aren membuat Raya tidak bisa tenang barang sedikit. Kejadian yang menimpa sang ayah masih terekam di kepalanya, bagai mana sang ayah menghembuskan napas terakhir di depan matanya.
######
"Raya. Bawa buku-buku ini ke kelas mu". Raya mengguk dan mengambil tumpukan buku yang ditunjuk seorang guru di sekolahnya itu.
"Baik bu".
Raya sadar bagai manapun ia harus tetap bersekolah di sini. Oleh karena itu tak jarang Raya melakukan hal seperti saat ini membantu guru-guru di sekolah ini agar memiliki relasi. Anggap saja Raya orang yang naif, tapi mau bagai mana lagi cara bertahan orang berbeda-beda buka?.
Raya tergopoh-gopoh membawa tumpukan buku yang jumlahnya lumayan banyak dan harus menaiki tangga. Saat di lorong sekolah tak sengaja matanya menangkap sebuah bayangan di sudut lorong. Dengan segera Raya melangkah lebih cepat, berusaha agar wajah nya terlihat natural tanpa rasa panik. Namun entah kenapa bayangan kali ini lebih berani mendekat dan terus mendekat.
"Raya". Sebuah sentuhan di bahunya membuat Raya menjengit terkejut.
Disana Aren siswa baru dikelasnya menatapnya dengan alis berkerut.
"Ini ada buku yang jatuh. Kau seperti babu" Ujarnya dingin.
Raya yang mendengar kata-kata kasar yang dilontarkan Aren membulatkan matanya. Mencengkeram buku yang sedang dipegangnya dengan sangat kuat, menahan rasa marah dihatinya.
"Jaga ucapan kamu ya. Kita bahkan tidak saling kenal" seru Raya dengan tatapan mata lurus menatap manik amber milik Aren.
Bagai angin lalu Aren hanya membalas ucapan Raya dengan dengusan dan berlalu, seolah dimatanya Raya hanya seekor lalat kecil.
Jangan lupa vote cerita aku sebagai tanda apresiasi kalian terhadap cerita yang kalian baca
Salam secret.