Semuanya terjadi. Ya Aren mengabulkan permintaan Raya, bahkan tubuhnya juga ikut mendamba. Tidak mempedulikan apapun Aren mendekatkan wajahnya pada lekukan leher Raya yang terlihat memerah dan mengecupnya. Perlahan tangan Aren mulai bergerak menuju payudara gadis itu dengan terampil meremas dan menekan puncaknya dengan ibu jari.
"Aahh..ahh yehm" desah Raya bagaikan sebuah permohonan.
Aren semakin dibutakan akan nafsu, dengan tidak sabar ia merobek pakaian ketat yang di pakai Raya dengan menggila. Saat melihat dada sintal gadis itu, matanya berbinar mendamba.
"Sangat indah, sayang" ujarnya dan mendekatkan lidahnya pada puncak payudara Raya yang berwarna coklat muda. Dan sedikit memainkannya dengan ujung lidahnya. Membuat gadis di bawah nya mengerang dan menggeliat meminta Aren untuk menghisap segera di bagian itu.
"Boleh aku mencicipinya" tanyanya saat melihat wajah berkabut gairah milik Raya.
Gadis itu mengangguk pasrah, membuat Aren tersenyum lalu dengan cepat melahap payudara Raya seperti bayi kelaparan.
"Ahh Aren... Oh.. nikmat ahh" racau nya tidak terkendali.
Dengan capat Aren bangkit dan melepas semua pakaiannya.
"69 sayang, biar ku ajarkan" ujar Aren yang mengarahkan kejantanan nya kearah mulut Raya. "Anggap ini ice kream kesuakan mu cepat!" Perintahnya tidak terkendali.
Raya mulai mengoral kejantanan pria itu dengan pelan membuat Aren terengah. Dengan cepat Aren melebarkan kaki Raya dan melihat celah mengkilat milik gadis itu. Dengan ujung lidahnya ia menjilat celah itu membuat hisapan di kemaluannya semakin kencang.
"Ohh shit man! Kau!" Aren tidak bisa berbicara karena nya. Dan membalik posisi menjadi berada di antara kaki Raya dan mengarahkan kejantanan nya yang menegang kearah lubang milik Shila.
Dengan perlahan ia memasuki kejantanan nya yang besar, hingga ia menemukan dinding penghalang yang membuatnya mengerutkan dahi.
"Kau masih mau lanjut? Aku bertanya yang terakhir setelah ini aku tidak akan berhenti" ujarnya dingin.
"Ya.. yaa aku mau kau di dalam ku"
"Bangsat!" Dengan teriakan itu Aren memasukkan seluruh kejantanan nya kedalam vagina Raya yang sempit. Pekikan Raya menjadi rem untuknya diam beberapa saat untuk penetrasi.
Dan malam itu terjadi tanpa mereka sadari, keduanya bergerak dengan liar dan panas. Melupakan keadaan yang sebenarnya terjadi.
^^^°°°
Keesokan harinya..
Raya menggeliat saat alarem di handphone nya berbunyi. Dengan malas ia mengambil handphone nya di dalam tas kecil. Dan menghembuskan nafas cepat, merebahkan lagi badannya yang terasa sangat sakit dimana-mana.
Ia mengambil guling yang ada di sampingnya dan merasa aneh saat gulingnya seperti tertindih sesuatu.
"Apa ini berat banget" ujarnya sambil terus menarik namun tidak bisa.
Gadis itu terlihat kearah sampingnya dan terdiam bingung.
"Kok ada dia? Apa ini mimpi ya" ujarnya sendiri.
Perlahan mata orang di samping nya terbuka dan dahinya terlihat mengerut.
"Kamu? Apa yang kamu lakuin di sini?" Tanyanya datar.
Mata keduanya membulat setelah sadar, keduanya terduduk dengan cepat melupakan keadaan mereka yang tanpa busana. Lelaki itu melihat kearah benda kenyal yang dihiasi banyak bercak merah milik gadis itu.
"Aaaaaaaa" keduanya teriak dengan keras.
Dengan cepat Aren menutup mulut Raya dengan telapak tangan nya.
Ia menahan keterkejutan nya, bisa di pecat atau mati dia jika ketahuan meniduri targetnya sendiri.
"Tenangkan dirimu, kita sama sama tidak sadar semalam"
Gadis itu menggeleng dan mengangguk bersamaan. Mereka terdiam cukup lama dalam posisi yang sama, sampai terdengar suara tangis di dalam keheningan yang mereka ciptakan. Raya menangis ia sangat terkejut dengan nasib sial yang menimpanya.
Aren yang melihat itu semakin frustasi, dengan terpaksa ia mendekap gadis itu dengan ragu.
Raya yang merasa sangat malu menenggelamkan wajahnya di dada bidang Aren.
"Apa yang terjadi? Kenapa kita bisa seperti ini?" Gumam Aren.
Dengan perlahan ia merebahkan gadis yang baru saja tertidur karena kelelahan menangis. Tanpa sengaja selimut yang dipakai untuk menutupi tubuh Raya tersingkap, memperlihatkan gundukan kenyal yang sintal milik gadis itu yang membuat Aren harus melingkarkan wajah nya.
"Kenapa jadi sesulit ini," ujar nya.
Pria itu beranjak turun dari tempat tidur yang sangat berantakan akibat aktivitas mereka semalam. Aren meremas rambutnya begitu ia melihat sebuah g-string berwarna merah milik gadis yang sedang tidur di atas ranjang.
Ia mengambil nya dan membuangnya ke sembarang arah lalu melenggang ke arah kamar mandi.
Sepuluh menit berlalu saat Aren keluar dari kamar mandi dan berpapasan dengan Raya yang sedang berusaha berdiri dengan wajah menahan sakit.
"Kau, perlu bantuan" ujarnya menawarkan.
Raya hanya diam menunduk, bingung apa yang harus dilakukan dalam keadaan seperti ini.
Dengan perlahan Aren mendekatkan dirinya dan membawa Raya kedalam kamar mandi dengan menggendong nya. Setibanya di kamar mandi Aren menurunkan Raya tepat di bawah shower. melihat tubuh gadis itu yang bergetar Aren tanpa diduga menyalahkan shower. Raya yang terkejut menatap bingung pada Aren yang terlihat acuh. Pria itu dengan tangannya menarik selimut yang menutupi tubuh polos Raya, membuat gadis itu spontan menutup tubuh nya dengan kedua tangan nya.
Aren menghembuskan nafas tajam, merasa gila saat tubuh nya bereaksi sangat cepat saat melihat benda kenyal dan nikmat milik gadis di depannya.
"Mandilah aku akan membantu memegangimu agar kau tidak jatuh" ujarnya dengan suara parau.
Gadis itu memegang lengan Aren dengan lembut membuat Aren memejamkan matanya. Dan mulai menyabuni tubuh nya dengan perlahan. Aren seperti tersiram barah saat ini.
"Handukmu basah" ujar Raya pelan.
"Biarkan saja" balas Aren singkat.
"Mau_ membantu menyabuni punggung ku"
Aren menatap wajah Raya dengan berkabut. "Berbalik" perintahnya.
Gadis itu berbalik dengan berpegangan pada dinding kaca di depannya. Sedangkan Aren mulai menuangkan sabun cair di punggung gadis itu. Saat sentuhan pertama Aren memaki.
"Apa kau mabuk semalam?" Tanya Raya.
"Tidak tapi aku tidak sadar" jawab Aren singkat.
"Bagaimana bisa?" Tanya Raya berbalik.
Karena Raya berbalik posisi mereka berdua begitu dekat. Air shower membuat keduanya terdiam memandang wajah satu sama lain.
Perlahan Aren mendekatkan wajahnya mengecup bibir Raya dengan pelan, berhenti dan menatap gadis itu tepat di depan wajahnya. Gadis itu terpejam.
Dengan berani Aren mengecup bibir itu sekali lagi dan sedikit memangut nya.