Chereads / Secret 18+ / Chapter 5 - Racun Dunia

Chapter 5 - Racun Dunia

SEBELUM BACA WAJIB VOTE DULU!

Napas memburu terdengar saat bibir mereka telah terpisah. Aren dibuat pening dengan rasa manis yang baru ia rasakan, matanya menatap Raya yang masih menunduk.

"Em tad." Ucapan Aren terhenti saat ia melihat mata bening Raya menatap nya.

Raya menghembuskan nafasnya saat dia tidak mendengar lagi kelanjutan kalimat yang ingin diucapkan Aren.

"Lupakan_lupakan yang barusan" ujar Raya seraya berlari meninggalkan Aren yang masih bingung dengan kerja otak dan badannya yang tidak sinkron.

"Sial! Kenapa semua jadi gak bener gini" seru Aren sambil meremas rambutnya frustasi.

Disisi lain Raya masih terus berlari dan memasuki bilik kamar mandi. Raya memegang bibirnya yang masih terasa kebas akibat ciumannya dan Aren, tidak dapat tertahan jantungnya berdegup kencang mengingat semua kejadian yang barusan terjadi. Kakinya terasa seperti tidak bertulang ia merutuki kebodohannya yang mau saja saat Aren mencium nya. Malu itu yang tengah Raya rasakan.

"Lo tau gak. Gue di ajak jalan loh sama Aren" terdengar suara seorang gadis dari balik pintu bilik kamar mandi yang ditempati Raya.

"Aren anak baru yang hott itu? Gila!" Seru gadis lain tidak percaya.

Entah kenapa tiba-tiba muncul rasa tidak nyaman di dalam hati Raya. Rasa yang mati-matian dia sangkal rasa yang membuat nya takut.

Dengan sedikit ragu akhirnya Raya keluar dari bilik kamar mandi, sempat membuat kedua gadis yang sedang berbicara didepan cermin tadi terkejut namun Raya tidak peduli dan memilih berlalu begitu saja.

Sekembalinya Raya ke kelasnya. Ia disuguhi pemandangan yang sangat membuat nya tidak nyaman. Di bangkunya Aren terlihat sedang meladeni rengekan Shila gadis populer di sekolah nya ini.

Melihat itu Raya menghembuskan nafas keras dan berjalan kembali ke tempat duduk nya. Tanpa sengaja tatapan mereka berdua bertemu, Raya segera berpaling menghindari nya.

Melihat itu Aren merasa tindakan nya tadi benar-benar membuat masalah besar. Ia memejamkan matanya untuk meredam guratan emosi yang sedang menderanya akibat kebodohan nya sendiri.

"Aren kamu kenapa? Pusing?" Tanya Shila sambil memeriksa dahi Aren dengan punggung tangannya.

Dengan pelan Aren menyingkirkan tangan Shila dari dahinya. "Gak kok saya baik-baik ajah, kamu gak pergi ke kantin?" Ujar Aren berniat mengusir Shila secara halus.

"Nggak. Aku kan mau ajak kamu tadi tapi karena kamu nya lagi gak mau jadi aku gak jadi deh" mendengar itu Aren harus menahan geramnya. Aren menatap punggung Raya yang duduk di depan nya dengan tajam, mencoba mencari cara agar dia bisa berinteraksi dengan normal seperti biasa nya dengan Raya.

Getaran di handphone nya bertanda ada pesan masuk membuat Aren sedikit menjauh dari Shila yang masih terus bergelayut manja di lengannya.

+62..

VVIP di pesan oleh salah satu pejabat

Pukul 21.00 .

Sudut bibir Aren perlahan tertarik dengan santai ia membawa tangan kirinya ke atas bahu Shila yang terlihat senang dengan sikap Aren yang dia rasa mulai luluh. Sebalik nya Aren justru tersenyum karena telah menemukan cara untuk bisa kembali dekat dengan Raya.

"Ren.. nanti malem mau gak jalan sama aku? Nanti aku kasih kamu sesuatu yang spesial" bisik Shila yang masih bisa terdengar sampai ke telinga Raya.

Raya memutar bola matanya jengah,bayangkan barusan dia dengar Aren mengajak gadis toilet tadi dan saat ini dia mengajak Shila juga. Laki-laki memang tidak bisa cukup satu saja.

"Raya. Boleh duduk di sini?" Ujar seorang siswa laki-laki yang terkenal dengan sikap ramah nya ia adalah Raja.

"Apa si Raja segala pake ijin, duduk ajah sih modus nih" seru salah satu teman mereka yang terkenal sangat comel dikelas.

Raja hanya tersenyum menanggapi ucapan temannya itu.

"Bengong ajah, tadi kenapa bisa gak ngerjain tugas Ray?" Tanya raja sambil duduk di sebelah Raya.

"Bukan gak ngerjain, tapi aku lupa naro bukunya di mana" jawab Raya dengan lesuh. Raja dengan santai merangkul bahu Raya, semua terlihat biasa saja namun entah kenapa itu sangat menggangu pengelihatan Aren.

"Kamu saya jemput malam ini" ujar Aren dengan cukup kencang membuat sebagian siswi dikelas mereka menghembuskan nafas lesu. Gagal sudah untuk bisa dekat Aren.

#####

Malam ini Aren benar-benar menjemput Shila untuk pergi bersama nya. Shila berdandan sangat sexy malam ini dengan dress ketat tanpa lengan yang masih dibalut blazer, namun sayang itu belum cukup untuk mengambil fokus Aren terhadap jalan ibu kota yang terlihat sepi.

"Aren, kita mau kemana?" Ujar Shila bertanya dengan tangan yang terus mengusap paha Aren dengan seduktif.

Aren menatap kearah Shila dengan senyum miring. "Saya lagi mau minum, gak apa-apa kan?"

"Gak masalah" seru Shila sambil merebahkan kepalanya di bahu Aren.

Mobil mewah Aren tiba di sebuah club malam yang terkenal mewah di ibu kota, Shila yang melihat tempat yang ia tau terkenal dengan kemewahan dan tempat para pengusaha bersenang-senang mengembangkan senyum penuh percaya diri.

Berbeda dengan Aren yang justru lebih mengamati sekeliling nya. Mencari keberadaan seseorang yang sudah ia tugaskan mencari letak ruang VVIP di dalam club malam ini.

Aren memilih tempat duduk yang berada di lantai dua, agar lebih memudahkan nya untuk melihat kearah target nya.

Dan yak! Disana_di tengah-tengah kerumunan manusia yang sibuk mencari kesenangan mereka dengan menari seperti orang gila. Raya terlihat sangat tidak nyaman dengan baju yang terlalu sempit dan pendek.

Aren tersenyum paksa merasa lucu dengan rasa sesak yang ia rasakan di pusat tubuhnya.

"Oh shit!" Makinya pada diri sendiri yang berulah seperti perjaka saat melihat penampilan Raya malam ini.

Shila menatap nya bingung "kenapa Ren?" Tanyanya sambil duduk semakin mendekat ke arah Aren.

"Seperti nya saya butuh toilet" ujar Aren lalu beranjak, menyingkirkan tangan Shila yang mulai meraba paha nya mengganggu.

Shila menatap punggung Aren dengan mendengus, dengan lihai ia mengeluarkan sebuah botol kecil dari dompetnya dan menuangkan isi nya ke dalam minuman Aren.

Dilain sisi Aren menemui orang suruhan nya.

"Bagai mana? Apa sudah datang?" Tanya Aren sambil memesan segelas minuman.

"Dia sudah datang, tidak bisa terlalu lama. Dia terkenal sering bermalam dengan banyak wanita" jelas orang itu yang membuat Aren mengangguk mengerti.

Saat minuman pesanannya tiba Aren menghabiskan nya dengan sekali teguk. Ia berjalan kembali ke arah Shila yang masih sibuk dengan dandanan nya.

Dengan santai Aren meminum minuman yang ada di hadapannya, tanpa rasa curiga sedikitpun.

Shila merasa puas dengan tindakannya,

"Aren aku ingin ke toilet sebentar" ujarnya dengan manja.

"Emm" gumam Aren sebagai jawaban.

Sudah tidak ada waktu lagi ia harus melakukan tugasnya. Dengan santai Aren meninggalkan tempat duduknya dan berderap ke lantai atas dimana berjejer banyak kamar. Langkahnya terhenti di depan pintu bertuliskan VVIP.

Bertepatan dengan itu seorang service room melintas membawa berbagai botol minuman.

"Maaf" seru aren dan menghantam belakang kepala si pelayan dengan sikunya yang mengakibatkan pelayanan itu pingsan.

Setelah nya ia mengambil sebuah kartu akses untuk membuka pintu kamar VVIP di hadapannya.

Melihat pemandangan di dalam yang redup membuat dahi Aren berkerut. Bukan ini terlalu tenang untuk melakukan tindak pemerkosaan? Aren berderap lebih kedalam dan samar ia mendengar sebuah desahan seorang gadis yang sangat ia kenal.

"Bangsat!" Serunya saat melihat tubuh Raya sedang ditindih oleh lelaki paruh baya.

Dengan cepat Aren menarik kerah baju laki-laki itu dengan kasar yang membuat nya terlempar ke arah meja yang penuh dengan botol minuman keras.

Buuuk!

Satu pukulan keras Aren layangkan kearah kepala laki-laki cabul itu membuat targetnya langsung tergeletak tidak sadarkan diri.

Melihat keadaan orang itu Aren cukup puas dan segera menghampiri Raya yang masih berbaring dengan nafas memburu dan keadaan nyaris berpakaian.

"Jangan berhenti tolong!" Ujar Raya terputus- putus.

Aren yang merasa janggal memilih menarik Raya mendekat untuk di selimuti, jujur Aren merasa sangat frustasi dengan keadaan seperti ini dimana ia masih sempat-sempatnya bergairah bahkan nafasnya juga ikut memburu dan terasa gerah serta panas ditubuhnya.

Aren kehilangan fokusnya saat Raya dengan tiba-tiba memeluknya dan menciumi rahangnya.

"Oh shit man!" Makinya sambil berusaha mengontrol gairah nya yang entah kenapa bisa sebesar ini.

"Tolong.. jangan berhenti" seru Raya dengan nada memohon.

"Gak! Ini gak boleh" ujar aren memperingati dirinya sendiri.

Namun Raya seperti orang kesetanan terus merangkak dan duduk di atas pangkuan Aren. Melihat situasi yang tidak menguntungkan karena di kamar itu mereka tidak cuma berdua Aren memilih membawa Raya kedalam gendongannya.

"Kamu yang mau ini Raya. Jadi jangan salahkan saya".

Lajut gak nih???

Mohon vote nya ya ....