Chereads / Lady's Choice / Chapter 9 - Chapter 9.

Chapter 9 - Chapter 9.

"Nona, tidak terasa sebentar lagi akan berulang tahun." kata Marie yang sedang menyiapkan teh untuk Lily.

Lily berhenti membaca. "Ah iya, sekarang sudah masuk bulan yang keenam."

Lily melihat ke arah jendela, dia merasa waktu berjalan sangat cepat dan banyak yang telah terjadi.

Sudah enam bulan dia berada di dunia ini, mungkin tuhan telah memberikan dia kesempatan kedua untuk hidup kembali dan Lily merasa bersyukur akan hal itu.

"Apakah Nona akan mengadakan pesta ulang tahun?" tanya Marie yang bersemangat.

"Hm? Sepertinya tidak, mengingat pekerjaanku yang banyak." jawab Lily.

"Nona sebenarnya..." Marie menggantungkan kata-katanya dia bingung harus berbicara atau tidak.

"Ada apa?" tanya Lily penasaran.

"Sebenarnya Tuan dan Nyonya Chester sudah menyebarkan undangan pesta ulang tahun untuk Nona."

Lily memegang kepalanya sambil menghela nafas panjang. "Hahh... aku tahu hal ini akan terjadi seperti ini."

Setelah Lily tinggal di istana, Tuan dan Nyonya Chester selalu mengirimkan surat kepada Lily, mereka selalu khawatir dengan keadaan putri semata wayang mereka.

Hubungan mereka juga semakin dekat karena Lily selalu sempat membalas surat-surat dari mereka, dan juga tidak jarang bagi Nyonya Chester untuk berkunjung menemui putrinya di istana.

Sebaliknya jika ada kesempatan Lily akan pulang ke rumahnya.

Lily berencana untuk membantu dalam mempersiapkan pesta ulang tahunnya dan dia harus cepat menyelesaikan tugas-tugasnya, lalu Jovan tiba-tiba datang dengan membawa satu buku di tangannya.

"Lady ini adalah buku kuno yang saya temukan dari perpustakaan kerajaan." kata Jovan sambil menaruh buku itu dimeja Lily.

"Kerja bagus Jovan." puji Lily.

Jovan tersenyum senang. "Terima kasih Lady."

Lily membaca buku yang ditulis dengan bahasa kuno itu dan ia langsung mengerti isi dari buku itu.

Ternyata buku itu di tulis oleh seorang Penyihir Agung yang mengabdi kepada Kerajaan Grissham.

Dia menceritakan bagaimana keadaan Kerajaan Grissham pada saat itu dan juga menceritakan persahabatan antara Kerajaan Delton dan Kerajaan Grissham.

Ternyata kedua kerajaan ini dulunya sangat dekat, tetapi untuk saat ini keberadaan Penyihir Agung tidak ada yang tahu karena tiba-tiba dia menghilang dan tidak pernah menunjukkan wajahnya lagi hingga sekarang.

"Buku seperti ini seharusnya dilindungi oleh kerajaan dan hanya Raja yang boleh membacanya, lalu disimpan ditempat yang orang-orang tidak ketahui, bagaimana caranya kamu mendapatnya?" tanya Lily.

"Lady mungkin tidak akan percaya kalau buku ini saya menemukannya di sela-sela rak buku yang sudah berdebu." jawab Jovan.

Lily merasa curiga bisa saja buku itu palsu, tapi tidak menutup kemungkinan kalau buku itu asli karena isi dari buku itu sangat rinci dan menggunakan tulisan kuno yang hanya bisa di baca oleh orang-orang tertentu.

Mungkin saja penyihir itu sengaja menyimpan buku ini di tempat yang tidak terpikirkan oleh orang-orang.

Buku itu sangat berguna bagi Lily karena banyak sekali informasi, bukan hanya Kerajaan Delton tapi beberapa kerajaan yang pernah di kunjungi oleh Penyihir Agung.

"Lady sudah waktu nya untuk bertemu para Pangeran." kata Jovan yang mengingatkan Lily.

Lily menutup buku kuno itu dan memberikannya ke Marie, "Marie aku percayakan buku ini kepadamu. Simpan buku ini di tempat yang semua orang tidak ketahui."

"Baik Nona serahkan kepada saya." balas Marie yang menerima tugas dari Lily.

"Lady, memangnya kenapa buku itu harus di rahasiakan?" tanya Jovan yang menjadi penasaran dengan isi buku itu.

"Isi buku itu sangat penting, jika ada orang yang mengetahui keberadaan buku itu bisa saja di salah gunakan dan menyebabkan bencana yang kita tidak inginkan." jawab Lily.

"Maaf Lady jika saya lancang." kata Jovan yang merasa bersalah karena sudah bertanya.

Lily tertawa kecil melihat tingkah Jovan yang menurutnya lucu, "Wajar bagimu jika penasaran. Aku harap ini menjadi rahasia kita saja."

"Baik Lady." Jovan tersenyum senang mendengar ucapan Nonanya.

Lily dan Jovan langsung pergi ke ruangan yang biasa digunakan jika ada hal penting untuk dibicarakan dengan para Pangeran atau Raja. Yang boleh memasuki ruangan itu selain Raja, para Pangeran dan Lily adalah kelima tangan kanan Pangeran dan Jovan.

Ketika sampai Lily langsung di bukakan pintu dan terlihat para Pangeran telah menunggu kedatangannya. Ruangan itu memiliki nuansa gelap dan terdapat perapian didekat tempat duduk Jeron.

"Salam kepada ketujuh Pangeran Kerajaan Grissham, semoga kebahagiaan selalu bersama kalian." salam Lily.

"Terima kasih Lady, silakan duduk." balas Jeron.

Lily duduk di kursi dekat perapian yang berhadapan dengan Jeron.

"Langsung dimulai saja, pekerjaanku banyak." kata Tedh yang sudah lelah menunggu.

Jeron mulai membuka suara dan pembicaraan mereka dimulai.

"Aku sudah menyelidiki perdagangan mutiara di wilayah Grand Duke Arcana dan ternyata beberapa dari mereka menjual mutiara palsu lalu dikirim ke berbagai daerah." kata Jeron sambil membaca kertas yang ada di tangannya.

"Lalu menurut laporan yang diberikan Sabastian, mutiara yang asli mereka jual di pasar gelap dengan harga yang sangat tinggi." lanjutnya.

Lalu Sabastian menyerahkan sebuah mutiara ke Jeron. "Dan muiara ini berhasil Sabastian dapatkan di pelelangan."

Seperti biasa Lily harus menanggapi laporan yang berikan para Pangeran dan memberikan saran atau solusi.

"Tidak bisa dipungkiri lagi kalau mutiara yang mereka hasilkan memiliki kualitas yang bagus, tapi jika kita berhasil bekerja sama dengan Grand Duke Arcana kemungkinan dia akan memberikan mutiara yang palsu kepada kita dan kita harus sangat waspada dengan Grand Duke Arcana." kata Lily.

"Licik sekali." gumam Tedh.

Lily mulai berpikir. "Hm... bagaimana kalau kita melakukan persaingan?"

"Persaingan?" tanya Jhon.

"Iya, kita tidak bisa menjual batu berlian di wilayah Grand Duke Arcana tapi kita masih bisa menjual batu berlian di beberapa daerah yang juga menjual mutiara dan kita harus menarik perhatian masyarakat daerah itu untuk lebih memilih batu berlian kerajaan kita dari pada mutiara Grand Duke Arcana." jelas Lily.

"Jika hal itu terjadi maka harga pasaran mutiara di beberapa daerah akan menurun dan akan membuat Grand Duke Arcana mengalami kerugian lalu dia akan mencari tahu penyebab kerugian itu. Ketika dia mengetahui kalau batu berlian kerajaan kita lebih unggul kemungkinan dia mau untuk bekerja sama dengan kita." lanjut Lily.

Semua Pangeran tersenyum mendengar penjelasan Lily. Mereka selalu saja di buat kagum oleh kecerdasan Lily.

"Dan jika dia bekerja sama dengan kita maka rencana yang telah kita buat bisa berjalan dengan lancar. Bukan begitu Lady? " kata Jimmy yang mengerti jalan pikir Lily.

"Pangeran Jimmy benar dan kita harus mendapat mutiara palsu itu sebagai bukti kalau kerajaan kita tidak menerima barang palsu dan tentu saja itu akan menurunkan harga diri Grand Duke Arcana lalu dia akan menjual mutiara yang asli ke kita." jelas Lily lagi.

"Baiklah jika masalah itu bisa kita serahkan ke Sabastian. Lalu ada lagi yang ingin disampaikan?" tanya Jeron.

"Aku kira sudah cukup." jawab Jhon.

"Baiklah kita akan ke pembahasan selanjutnya." kata Jeron.

"Aku mendapatkan informasi tentang keluarga Grand Duke Arcana. Dia memiliki istri seorang 'Duchess' dari Kerajaan Aland dan mereka tidak dikaruniai seorang anak hingga saat ini, itulah salah satu penyebab yang membuat Grand Duke Arcana sangat berambisi ingin menjadi seorang Raja." jelas Maxen.

"Lalu istrinya adalah orang yang sangat menutup diri dan jarang datang ke acara sosial yang biasa di adakan para bangsawan." lanjut Maxen.

Lily langsung merasa curiga kepada istri dari Grand duke Arcana.

"Apa pangeran mengetahui penyebabnya?" tanya Lily.

Maxen menggelengkan kepalanya. "Sangat sulit mencari tahu masalah internal mereka."

Lily teringat sesuatu, dulu ketika dia membaca novel 'Lady's Choice' ia sangat penasaran dengan Kerajaan Aland.

Kerajaan itu cukup jauh dari Kerajaan Grissham dan Raja mereka sangat membatasi orang-orang asing yang boleh memasuki wilayah kerajaannya.

Yang jadi pertanyaan Lily adalah bagaimana cara Grand Duke Arcana bisa memasuki wilayah Kerajaan Aland untuk menikahi istrinya.

"Ada apa? " tanya Jeron yang melihat Lily melamun.

"Tidak ada Pangeran." jawab Lily sambil tersenyum.

"Aku sempat bertemu dengan mantan pelayan dari kediaman Grand Duke Arcana, dia berkata bahwa Nyonya Arcana jarang berbicara dan memiliki sifat dingin." ujar Hobert.

"Hm... begitu, baiklah untuk informasi internal mereka aku kira cukup sampai sini saja. Jika kita terus mencari tahu akan sangat berbahaya." kata Jeron yang di setujui oleh semuanya.

"Bagaimana dengan persiapanmu untuk bulan depan? " tanya Jhon ke Lily.

"Semuanya sudah selesai Pangeran dan mungkin untuk bulan depan saat pergi ke kediaman Grand Duke Arcana, aku akan berangkat bersama Jovan." jawab Lily.

Para Pangeran langsung menatap Lily. "Kau yakin?" tanya Maxen.

"Aku yakin, lagi pula para Pangeran tidak mungkin bisa ikut karena kalian sibuk." jawab Lily.

"Tidak ku izinkan. Kau harus membawa salah satu dari mereka, seandainya aku bisa keluar dari istana mungkin aku ikut, tapi pekerjaanku sangat banyak." kata Jeron yang melarang Lily untuk pergi sendirian.

"Tapi mungkin hanya satu atau dua orang Pangeran saja yang bisa ikut, karena aku tidak ingin membuat Grand Duke Arcana curiga dengan hal yang tidak-tidak jika langsung membawa keenam Pangeran." kata Lily.

Keenam pangeran menatap Lily dengan serius seakan mereka ingin dipilih untuk ikut bersamanya ke kediaman Grand Duke Arcana.

"Jadi kau akan membawa siapa?" tanya Jeron.

"Aku akan pikirkan lagi Pangeran, karena akan ada banyak pertimbangan."

Jeron menganggukan kepalanya mendengar jawaban Lily.

Setelah itu rapat selesai dan mereka mulai melakukan pekerjaan mereka masing-masing.

***

Hari yang Lily tunggu akhirnya tiba.

Terlihat Lily tersenyum bahagia ketika beberapa bangsawan memberi ucapan selamat ulang tahun kepadanya.

"Lily selamat ulang tahun."

Mendengar ucapan selamat dari ketiga sahabatnya membuat Lily senang.

"Terima kasih, aku sangat senang kalian bisa menghadiri acara ini."

"Selamat ulang tahun Lily, semoga kamu bahagia dan jangan lupa selalu tersenyum." kata Jennie yang ikut tersenyum bahagia.

"Selamat ya kamu sudah berumur tujuh belas tahun, aku harap kamu selalu bahagia." kata Jisoo membuat Lily merasa terharu.

Roseline langsung memeluk Lily. "Selamat ulang tahun sahabat terbaikku, kita selalu menyayangimu."

Lily membalas pelukan Roseline. "Terima kasih, aku juga menyayangi kalian."

Setelah itu mereka mengobrol bersama hingga sebuah suara mengalihkan mereka.

"Selamat ulang tahun Yang Mulia Penasihat Kerajaan, semoga kebahagian selalu bersama Lady."

Lily langsung terkejut ketika melihat wajah orang itu, "Barren Cristopher" gumam Lily yang terdengar oleh orang didepannya.

"Aku merasa terhormat Lady bisa mengetahui namaku. Izinkan aku memperkenalkan diri. Namaku Barren Cristopher, Putra Mahkota dari Kerajaan Delton, senang bertemu dengan Anda, Lady Calesta." Barren menatap Lily sambil tersenyum.

"Sebuah kehormatan bisa bertemu dengan Yang Mulia Putra Mahkota. Terima kasih sudah datang dalam pesta ini, saya merasa terhormat." kata Lily yang berusaha tersenyum.

Ternyata alur cerita dari novel tidak hilang, Barren Cristopher benar-benar datang dalam pesta ulang tahunnya dan ini adalah kesempatan Lily untuk merubah takdirnya agar tidak dibunuh oleh ketujuh Pangeran kerajaan ini.

Lalu Lily memberi kode kepada tiga sahabatnya untuk meninggalkan dia bersama Barren.

"Seperti yang di rumorkan Lady sangat paras yang rupawan." puji Barren yang mendekat ke arah Lily.

"Terima kasih atas pujian Anda, Pangeran."

"Aku sangat terkesan dengan kecerdasan Lady, diumur yang sangat muda bisa mendapat gelar sebagai Penasihat Kerajaan." puji Barren lagi.

Entah kenapa Lily sangat malas menanggapi pujian Pangeran didepannya ini.

"Tapi aku harap Lady tidak mengambil langkah yang begitu jauh karena itu akan membuatmu dalam bahaya." bisik Barren tepat di telinga Lily.

Seperti dugaan Lily, Pangeran ini ternyata memperhatikan gerak geriknya.

"Aku selalu memantaumu Lady, jadi berhati-hatilah."

Barren langsung menjauhkan wajahnya dan ia berpikir kalau wanita di depannya ini sangat berani.

"Kalau begitu aku permisi Lady." pamit Barren dan ia mencium punggung tangan Lily, setelah itu dia pergi meninggalkan Lily yang menatap tajam ke arahnya.

"Lady apa Anda baik-baik saja?" tanya Jovan yang langsung menghampiri Lily.

"Aku baik-baik saja Jovan." jawab Lily.

Lily merasa dia harus lebih barhati-hati lagi dengan Barren Cristopher, jika dia salah dalam melangkah bisa-bisa semua rencananya akan hancur.

***

"Berani sekali dia menyentuh milikku" desis Jhon.

"Ternyata Tuan Chester sangat berani mengundang musuh kita ke sini." kata Jimmy sambil meminum winenya.

"Tuan Chester tidak akan mengundang dia tanpa alasan." kata Radolf.

"Alasan?" tanya Jimmy yang melihat ke arah Radolf yang menatap Barren dengan pandangan tidak suka.

"Kita tidak ada yang tahu apa yang dipikirkan oleh Tuan Chester." jawab Hobert.

Jhon yang ingin menghampiri Lily langsung di tahan oleh Tedh. "Kendalikan amarahmu, jangan sampai rencana wanita itu hancur hanya karena keegoisanmu."

Jhon menatap Tedh sinis. "Jika sampai rencana wanita itu hancur, aku tidak akan memaafkanmu." kata Tedh yang penuh penekanan.

Akhirnya Jhon tetap diam dan hanya menatap lurus ke arah Lily yang sedang berbicara dengan para bangsawan yang datang.

"Sebenarnya apa tujuan dia menyuruh kita untuk menjaga jarak darinya?" tanya Tedh.

"Entahlah, terkadang dia sulit ditebak." jawab Maxen.

"Aku merasakan firasat yang buruk tentang hal ini." kata Radolf.

"Jika ada yang berani menyakitinya aku akan langsung memenggal kepalanya." kata Jhon yang menahan amarahnya karena dia sangat tidak suka dengan Barren dari pertama kali mereka bertemu.

Beberapa hari yang lalu Lily berkata ketika diacara pestanya jangan menyapa atau mendekati dia.

Karena dia ingin membuat Barren Cristopher berpikir kalau hubungan Lily dan para Pangeran tidak begitu baik, tetapi ketika di tanya apa alasannya, Lily tidak menjawab dia hamya tersenyum sambil berkata, "aku membutuhkan kerja sama kalian dalam rencana ini, jadi tolong ikuti saja apa yang aku katakan."

Jeron merasa kalau Lily sedang menyembunyikan sesuatu dari mereka. Seakan-akan Lily sedang menyelesaikan masalahnya sendiri.

"Apa yang sebenarnya dia sembunyikan?" gumam Jeron.

Sedangkan Lily berusaha menjaga jarak dengan Barren Cristopher, karena dia tidak ingin kejadian yang ada dinovel terulang.

Akhirnya Lily memutuskan pergi ke taman untuk menjauhkan diri dari keramaian.

"Ternyata Lady menyukai tempat yang sepi."

Dari suaranya Lily sudah tahu kalau itu suara Barren.

"Apa sebenarnya maumu?" tanya Lily.

Dia sudah kesal dengan Pangeran hadapannya hingga tidak lagi menggunakan bahasa yang sopan.

Menurut Lily, untuk apa dia harus bersikap sopan dengan manusia menyebalkan seperti Barren.

"Harusnya itu yang aku tanyakan kepadamu. Sebenarnya apa mau Lady hingga menyelediki tentangku dan masa lalu Kerajaan Delton?" tanya Barren yang langsung merubah ekspresi wajahnya.

Lily sedikit terkejut ternyata Barren sejauh itu menyelidiki tentang dirinya.

"Apa aku harus memberitahumu? Bukankah tidak seru jika kau langsung mengetahui rencanaku sebelum rencana itu berjalan." jawab Lily sambil menyeringai.

Barren menarik sudut bibirnya. "Aku patut memuji keberanian Lady hingga menantang Kerajaan Delton."

"Menantang? Aku tidak menantang apapun, lebih baik Pangeran melihatnya saja dari jauh, jika sudah waktunya Pangeran akan mengerti."

"Aku akan menunggumu di Kerajaan Delton, semoga rencanamu berhasil Lady." kata Barren.

Setalah melihat bayangan tubuh Barren menghilang dari padangan Lily, tiba-tiba tangannya di tarik dengan kencang oleh seseorang.

"Apa yang kau bicarakan dengan orang itu?"

Siapalagi jika bukan suara Jhon. "Pangeran Jhon! sedang apa Pangeran disini? " tanya Lily yang terkejut karena lengannya di tarik.

"Tentu saja untuk menemuimu." jawab Jhon jujur.

"Apa terjadi sesuatu didalam?" tanya Lily lagi.

"Ck! tidak ada. Bisakah kau jawab pertanyaanku dulu?" kesal Jhon.

Lily menghela nafas. Dia selalu saja harus bersabar jika menghadapi Pangeran dihadapannya ini.

"Bukan hal yang serius, jadi Pangeran tidak perlu khawatir." jawab Lily.

Jhon dengan cepat langsung memeluk tubuh Lily, ia kembali terkejut dengan tindakan Jhon yang tiba-tiba, karena tidak biasanya dia seperti ini.

"Ingat kau hanya milikku! Siapapun yang berani menyentumu, nyawa mereka taruhannya." bisik Jhon ke Lily yang mengeratkan pelukkannya.

"P-pangeran apa maksudmu?" tanya Lily yang masih berada di pelukan Jhon.

Jhon tidak menjawab dia hanya diam lalu dengan cepat dia langsung melepaskan pelukannya.

"Cepat kembali ke dalam kita harus segara pulang ke istana."

Akhirnya Lily mengikuti langkah Jhon dari belakang, dia masih memikirkan kata-kata Jhon yang tadi.

Disisi lain ada seseorang yang memperhatikan Lily dari jauh menggunakan bola kristal.

"Roda takdirmu sudah berputar Lilybeth Celesta."

To be continue...