Chereads / Lady's Choice / Chapter 10 - Chapter 10.

Chapter 10 - Chapter 10.

"Lady, Duke Caldwell ingin bertemu dengan Anda." lapor Jovan.

"Suruh dia masuk." perintah Lily.

Jovan mempersilakan Duke Caldwell masuk untuk menemui Lily.

"Salam kepada Yang Mulia Penasihat Kerajaan, semoga kebahagiaan bersama Anda." salam Duke Caldwell.

"Terima kasih Duke. Jadi apa yang ingin Duke sampaikan kepadaku?" tanya Lily yang langsung ke intinya.

"Semua perintah Lady sudah aku selesaikan."

Seperti yang diharapakan oleh Lily, Duke Caldwell sangat bisa di andalkan "Terima kasih atas kerja kerasmu, Duke."

"Dengan senang hati Lady." balas Duke Caldwell.

Duke Ferddy Caldwell sekarang bekerja sebagai tangan kanan Lily untuk mengurus hal-hal penting di luar kerajaan.

Seminggu setelah Lily bertemu dengan Duke Ferddy Caldwell di penjara, ia menerima tawaran Lily dan mengabdikan hidupnya sebagai tangan kanan Lily.

Sebagai gantinya Lily mengeluarkan Duke Caldwell dari penjara dan mengamankan keluarganya di desa terpencil yang jarang orang ketahui, sejak saat itu Duke Caldwell bekerja sebagai mata-mata untuk mendapatkan informasi yang di butuhkan Lily.

"Bagaimana kabar keluargamu Duke?" tanya Lily.

"Kabar mereka sangat baik, lalu berkat Lady mereka bisa hidup dengan aman dan bahagia. Terima kasih Lady." jawab Duke Caldwell.

"Aku hanya melakukan tugasku, bagaimanapun juga mereka sudah menjadi rakyat dikerajaan ini dan sudah menjadi tanggung jawabku untuk melindungi mereka."

Sejak Lily menjabat menjadi Penasihat Kerajaan dia berhasil menurunkan angka tingkat kemiskinan di kerajaan ini dan juga hampir seluruh rakyat di kerajaan ini memiliki hidup yang damai.

Lily sangat bekerja keras menjalani tugasnya, terkadang dia hingga lupa untuk makan dan sering bekerja hingga larut malam.

Beruntungnya Jovan dan Marie selalu berada disisinya, sehingga Marie akan selalu mengingatkan nonanya untuk istirahat dan makan, sedangkan Jovan akan membantu menyelesaikan pekerjaan Lily yang banyak.

"Jovan tolong persiapkan berkas-berkas untuk besok di bawa ke kediaman Grand Duke Arcana." perintah Lily.

"Baik Lady."

Lalu Jovan mulai mengumpulkan berkas-berkas untuk di bawa Lily besok. Suara ketukan pintu terdengar kembali.

"Masuk." kata Lily.

Ketika pintu terbuka, terlihat Pangeran Radolf datang sambil memasang wajah tersenyum hingga menampilkam lesung pipinya yang indah.

"Salam kepada Pangeran Radolf, semoga kebahagiaan selalu bersama Anda." salam Lily dan Jovan.

"Apa sekarang kau sedang sibuk?" tanya Radolf.

"Tidak Pangeran. apa ada yang bisa aku bantu?"

"Sesuai janjiku waktu itu. Aku hari ini akan membawamu pergi ke Ibukota." jawab Radolf.

"Ternyata Pangeran masih mengingat janji waktu itu." kata Lily yang merasa senang.

"Tentu saja aku ingat hanya saja aku memilih waktu yang tepat untuk mengajakmu keluar. Jadi bagaimana?" tanya Radolf yang masing memasang wajah tersenyumnya.

Lily merasa Pangeran didepannya ini sedang memiliki suasana hati yang baik. "baiklah aku akan ikut bersama Pangeran." kata Lily.

"Keputusan yang bagus. Aku akan menunggumu jadi segeralah berganti pakaian yang santai." kata Radolf sambil meninggalkan ruangan Lily.

"Jovan bisakah tolong kau urus sisanya?" tanya Lily yang segara bangkit dari kursinya.

Jovan menganggukan kepala, "Tentu saja Lady. Selamat bersenang-senang."

"Terima kasih."

Setelah mengucapkan terima kasih, Lily langsung pergi ke kamarnya untuk berganti pakaian.

"Maaf Pangeran, apa aku membuatmu menunggu?" tanya Lily yang melihat Radolf sudah berganti pakaian.

Radolf menoleh dan melihat Lily yang begitu cantik dengan baju yang dikenakannya. "Tidak aku juga baru selesai berganti pakaian. Baju itu sangat cocok denganmu."

Pujian Radolf membuat Lily tersenyum senang. "Terima kasih Pangeran."

"Baiklah ayo kita berangkat." ajak Radolf dan dia menggemgam tangan Lily.

Sesampai disana Lily terpana dengan suasana Ibukota yang sangat indah dan juga di penuhi oleh orang-orang.

"Apakah Ibukota selalu seramai ini? " gumam Lily.

Radolf mendengar ucapan Lily. "Tentu saja dan mereka bisa tersenyum bahagia berkat kerja kerasmu."

"Tidak Pangeran, bukan hanya karena aku tapi juga hasil dari kerja keras para Pangeran dan Raja Damarion membuat mereka bahagia." kata Lily sambil memperhatikan orang-orang yang lewat didepannya.

"Kau benar, kita telah bekerja keras untuk membuat mereka bahagia."

Radolf membawa Lily keliling Ibukota dan juga mereka mencicipi makanan yang ada disana.

Tempat terakhir yang mereka kunjungi adalah sebuah toko buku yang dari bangunannya terlihat sudah sangat tua.

"Kenapa diam saja? Ayo masuk" ajak Radolf.

Ketika masuk, terlihat buku-buku tua yang sudah berdebu tapi disusun rapih di rak buku oleh sang pemilik.

"Selamat datang Pangeran." salam ramah sang pemilik.

Tapi sang pemilik terkejut ketika Radolf tidak sendirian tapi membawa seorang wanita yang cantik.

"Wah... Jarang sekali Pangeran membawa seseorang kesini." kata sang pemilik.

"Aku membawanya kesini karena dia suka membaca." kata Radolf dan mulai melihat-melihat buku.

"Silakan lihat buku-buku disini Lady. Mungkin sedikit berdebu tapi buku-buku ini sangatlah langka." kata sang pemilik.

"Terima kasih." kata Lily sambil tersenyum.

Lily merasa lebih tenang karena dia bisa beristirahat dengan membaca buku-buku ini, wawasannya juga bertambah karena beberapa buku yang Lily temukan di toko ini adalah buku yang langka.

Radolf melihat ke arah Lily dan dia tersenyum. Alasan dia membawa Lily ke Ibukota adalah untuk membuat dia beristirahat dari pekerjaannya.

Radolf hanya ingin membuat pikiran Lily sedikit tenang karena itu dia mengajak Lily ke Ibukota, tapi melihat senyuman Lily ketika membaca buku bukanlah hal buruk dan ia berharap senyuman manis itu selalu berada di wajah cantik Lily.

"Pangeran terima kasih telah membawaku ke Ibukota. Aku merasa lebih baik dan pikiranku kembali jernih, ini semua berkat Pangeran Radolf."

Radolf mengelus kepala Lily. "Aku senang bisa membantumu, jika kita sedang sibuk lain waktu kita akan pergi ke Ibukota lagi. Aku janji."

Lily tersenyum. "Baik Pangeran."

"Satu lagi jangan panggil aku dengan sebutan Pangeran tapi dengan namaku." pinta Radolf.

"Baiklah Radolf."

Mendengar namanya dipanggil Radolf tersenyum. Ini pertama kalinya bagi Lily melihat Radolf tersenyum bahagia seperti itu.

***

Di sebuah rumah yang berada di hutan terlarang terlihat seorang pria yang sedang melihat kearah bola kristal yang ada di mejanya.

"Hebat sekali dia bisa meluluhkan hati dingin para Pangeran itu." kata pria itu sambil tersenyum kecil.

Lalu dia melihat ke arah jendela dan menatap langit yang dipenuhi oleh kabut yang tebal.

"Sepertinya sudah waktunya untuk kembali." gumamnya.

***

Hari untuk pergi ke kediaman Grand Duke Arcana pun telah tiba, Lily dan para Pangeran telah mempersiapkan segala rencana yang di butuhkan.

Agar tidak terlalu menarik perhatian Pangeran yang ikut hanya Jimmy dan Hobert saja. Sebenarnya Jhon ingin ikut tapi dia diperintahkan oleh Jeron untuk mengamati keamanan beberapa daerah dan dia harus tetap melatih para prajurit.

Akhirnya pengawal yang ikut adalah Ben, Hugo, dan Marie yang ikut untuk membantu Lily.

Jovan tidak ikut, karena dia membantu Lily untuk membereskan tugas-tugas kerajaan selama ia pergi.

Sampai di wilayah Grand Duke Arcana harus memakan waktu hingga dua hari. Tidak jarang Lily, Hobert dan Jimmy membahas beberapa masalah di dalam kereta kuda.

"Jadi Duke Caldwell sudah berhasil menjual batu berlian kita secara legal di daerah itu." kata Jimmy yang membaca kertas di tangannya.

"Dia juga berhasil membuat berlian kerajaan kita mengalahkan mutiara Grand Duke Arcana. Hm...Hebat juga." puji Hobert yang juga membaca kertas yang di berikan Lily.

Jimmy terkejut ketika membaca ulang kertas yang dia pegang, ternyata Duke Caldwell berhasil menjual berlian Kerajaan Grissham di tiga kerajaan yang terbilang cukup sulit untuk mendapat akses perdagangan disana.

"Bagaimana mungkin dia bisa mendapat akses perdagangan di tiga kerajaan itu?" tanya Jimmy ke Lily.

"Kemampuan Duke Caldwell dalam bernegosiasi sangatlah bagus dan dia juga memiliki teman yang menjabat sebagai orang penting di kerajaan itu." jawab Lily.

Sebenarnya Lily juga ikut andil dalam bernegosiasi kepada tiga kerajaan itu. Tapi yang lebih banyak bernegosiasi secara langsung adalah Duke Caldwell.

"Kas kerjaan bertambah hingga 15% karena hasil perdagangan itu lalu pangangguran berkurang hingga 50% karena sebagian dari mereka di pekerjakan sebagai pegawai toko batu berlian, menjadi kurir dan lain-lain." jelas Lily.

"Pencapaian yang luar biasa." puji Jimmy.

"Terima kasih Pangeran."

Lily melihat ke arah Hobert yang begitu serius melihat kertas yang dia pegang. "Pangeran apa ada masalah?" tanya Lily khawatir.

"Tidak, hanya saja aku masih tidak menyangka dampak dari penjualan batu berlian kita sangat bagus hingga, beberapa batu berlian langsung terjual habis di beberapa daerah bahkan beberapa dari mereka memesan secara langsung ke Kerajaan Grissham." jawab Hobert yang masih terkesan dengan pencapaian rencana Lily.

"Ketika melihat secara langsung batu berlian kerajaan kita memang sangat indah."

Lily masih mengingat betapa indahnya kalung berlian berwarna biru yang pernah di tunjukkan oleh Duke Caldwell sebagai contoh barang yang akan di jual.

Tidak terasa mereka sampai di kediaman Grand Duke Arcana, Lily bisa melihat kediaman Grand Duke Arcana yang luas dan terlihat indah.

"Selamat datang di kediaman Grand Duke Arcana Yang Mulia Pangeran Jimmy, Yang Mulia Pangeran Hobert, dan Yang Mulia Penasihat Kerajaan. Saya adalah Sea kepala pelayan disini."

Ketika sampai mereka disambut oleh ketua pelayan yang ramah bernama Sea, ekpresi wajahnya terlihat sangat tenang seperti air yang mengalir di laut.

"Saya akan mengantarkan Yang Mulia Pangeran dan Lady kamar yang telah disiapkan oleh Tuan Arcana untuk beristirahat." kata Sea.

Lalu kita diantarkan oleh Sea menuju lantai kedua di bangunan utama rumah Grand Duke Arcana.

"Ini adalah kamar yang disiapkan untuk Lady."

Sea menunjukan Lily kamar yang akan dia gunakan, lalu Lily masuk ke kamar bersama Marie.

"Tuan Arcana akan mengadakan makan malam bersama, jika sudah waktunya salah satu pelayan akan menjemput Anda. Selamat istirahat." jelas Sea.

"Terima kasih Sea dan sampai nanti Pangeran." kata Lily dan Marie menutup pintu kamar Lily.

"Ben." panggil Hobert.

Ben yang mengerti maksud Hobert langsung berjaga di depan pintu Lily, setelah itu Sea menunjukkan kamar untuk Hobert dan Jimmy.

"Nona ada apa?" tanya Marie yang melihat Lily melamun.

"Aku merasa aneh dengan rumah ini yang terlihat begitu sepi." jawab Lily.

"Nona benar. Aku tidak melihat banyak pelayan yang bekerja disini."

Lily merasa seperti ada sesuatu yang di sembunyikan oleh Grand Duke Arcana.

Lalu tidak terasa jam makan malam datang. Marie sudah membantu Lily bersiap-siap untuk menghadiri makan malam dan perkataan Sea benar, salah seorang pelayan datang untuk mengantarkan Lily ke ruang makan. Sesampai di ruang makan terlihat Jimmy dan Hobert sudah duduk.

"Selamat datang di rumah kami Yang Mulia Penasihat Kerajaan Grissham, semoga masakan ini sesuai dengan selera Anda." salam Grand Duke Arcana.

"Terima kasih atas undangan Anda, Grand Duke Arcana." balas Lily dan dia langsung duduk di samping Nyonya Arcana.

Seperti yang di rumorkan nyonya Arcana sangat dingin dan pendiam. Acara makan malam pun di mulai dalam keadaan sunyi dan hanya dentingan sendok, garpu yang terdengar.

"Apa makanan ini sesuai dengan selera Pangeran? " tanya Grand duke Arcana setelah semuanya selesai makan.

"Tidak buruk." jawab Jimmy dingin.

Sedangkan Hobert hanya diam saja, entah kenapa Lily melihat meraka seperti tidak memiliki nafsu untuk makan.

"Grand Duke Arcana maaf jika saya lancang, tapi bisakah kita langsung berbicara ke intinya?" tanya Lily.

Ketika Lily bertanya seperti itu Nyonya Arcana langsung melirik sinis kearah Lily.

Grand Duke Arcana tersenyum kecil. "Maafkan saya Lady jika terlalu banyak basa basi, tapi saya takut jika Yang Mulia masih merasa lelah jadi saya berpikir untuk membahasnya besok."

"Kita akan membicarakan masalah itu besok." sela Hobert.

Lily menatap bingung Hobert. "Kita masih lelah dan harus beristirahat." lanjut Hobert.

"Baiklah Yang Mulia Pangeran, silakan istirahat dan jika butuh sesuatu Yang Mulia bisa memanggil Sea." kata Grand Duke Arcana.

"Terima kasih atas pengertianmu, Grand Duke Arcana." balas Hobert.

Ketika dijalan menuju ke kamar. "Jangan paksakan dirimu jika lelah." saran Jimmy ke Lily.

"Kita tahu kondisi tubuhmu lemah, jadi jangan paksakan dirimu dan juga masih ada hari esok." sahut Hobert.

"Terima kasih atas perhatian kalian." balas Lily sambil tersenyum.

"Ben, dimana Hugo? Aku sejak tadi tidak melihatnya." tanya Lily yang baru menyadari sejak tadi Hugo tidak bersama mereka.

"Dia sedang ada urusan Lady." jawab Ben.

"Aku yang menyuruh Hugo melakukan sesuatu, jadi biarkan Ben mengawalmu." kata Jimmy.

"Hm...Begitu, baiklah Pangeran aku akan langsung ke kamar. Selamat malam." pamit Lily lalu dia pergi diikuti oleh Ben.

Sebenarnya Lily sedikit penasaran dengan apa yang di lakukan oleh Hugo, tapi sepertinya Jimmy ataupun Hobert tidak akan menjawabnya jika Lily bertanya lebih lanjut.

"Apa Hugo akan berhasil menangkap orang itu?" tanya Hobert tiba-tiba.

"Jangan remehkan dia," jawab Jimmy sambil tersenyum kecil.

Keesokan harinya mereka langsung berkumpul di ruangan yang biasa digunakan Grand Duke Arcana jika sedang bernegosiasi.

"Saya sudah membaca surat-surat yang berikan oleh Lady dan para Pangeran." kata Grand Duke Arcana yang memulai pembicaraan.

"Awalnya saya merasa tidak tertarik untuk bekerja sama dengan Kerajaan Grissham yang merupakan musuh dari Kerajaan Delton, tetapi ketika saya membaca surat-surat yang diberikan Lady, saya mulai sedikit tertarik." lanjut Grand Duke Arcana.

"Sebenarnya apa yang ingin Anda ucapkan? " tanya Jimmy yang terlihat sedikit kesal.

"Bisa di bilang saya tertarik dengan rencana yang dibuat oleh Lady dan saya setuju dengan kerja sama ini." jawab Grand Duke Arcana.

Lily tidak langsung percaya dengan perkataan Grand Duke Arcana, karena tidak mungkin hanya karena hal itu dia langsung setuju.

"Apa Grand Duke Arcana hanya setuju karena hal itu?" tanya Lily.

"Tentu saja tidak. Melihat pergerakan Kerajaan Grissham yang berhasil menjual batu berlian di tiga kerajaan dan membuat penghasilan mutiara kami menurun itu juga termasuk alasan saya setuju." jawabnya.

"Dan saya berencana akan membuka jalur perdagangan Kerajaan Grissham diwilayah ini, sehingga mutiara kami bisa terjual di Kerajaan Grissham dan berlian kalian bisa dijual disini. Bukankah itu termasuk tujuan anda Lady?" tanya Grand Duke Arcana yang mengerti maksud dan tujuan Lily.

"Apa yang di katakan Anda benar. Saya ingin bekerja sama dengan Grand Duke Arcana dan saya tahu kalau Anda juga mempunyai rencana untuk merebut kekuasaan dari Barren Cristopher." jawab Lily.

"Ternyata Lady tahu banyak tentang rencana saya. Memang benar saya ingin merebut kekuasaan Kerajaan Delton, tapi itu keinginan saya yang dulu." kata Grand Duke Arcana.

"Maksudmu? " tanya Hobert.

"Sekarang saya berubah pikiran dan tidak ingin merebut kekuasaan Barren Cristopher. Saya ingin melancarkan bisnis yang telah saya buat sesuai rencana Lady." jelasnya.

Lily sudah menebak kalau dia akan berbicara seperti itu, tetapi berbeda dengan kedua Pangeran itu yang terkejut dengan jawaban Grand Duke Arcana.

Sebenarnya Lily mendapat informasi dari Jovan, bahwa rencana yang diberikan oleh Lily menarik perhatian Grand Duke Arcana karena dengan rencana itu bisa membuat dia kaya tanpa pertumpahan darah.

Jika dia ingin merebut kekuasaan Barren Cristopher dia harus melakukan pertumpahan darah dan dia juga pasti akan mengalami kerugian yang besar.

Tentu saja dia akan lebih memilih bekerja sama dengan Kerajaan Grissham dibandingkan harus merebut kekuasaan Barren Cristopher.

"Silakan tanda tangani perjanjian ini." kata Lily yang menyerahkan beberapa kertas kepada Grand Duke Arcana.

Lily ikut menanda tangani kertas-kertas itu dan mereka juga menstempel kertas-kertas itu, karena ia yang bertanggung jawab atas kerja sama ini.

Lily menggunakan stempel Kerajaan Grissham sedangakan Grand Duke Arcana menggunakan stempel lambang keluarganya.

"Dengan ini perjanjian kita selesai." kata Grand Duke Arcana, lalu kedua Pangeran dan Lily berjabat tangan dengan Grand Duke Arcana.

Tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka dengan kencang.

"Pangeran saya berhasil menangkap orang ini." kata Hugo yang membawa Nyonya Arcana.

Grand duke Arcana terlihat bingung. "Apa yang sebenarnya terjadi?"

"Suamiku, mereka menuduhku telah menjual mutiara secara ilegal." jawab Nyonya Arcana yang terlihat panik dan tubuhnya bergetar sedangkan Hugo menahan kedua tangan Nyonya Arcana.

Sebelum Grand Duke Arcana membuka suara, Jimmy langsung berbicara. "Pembohong. Kita tidak akan menangkapmu jika tidak ada bukti, kau telah memalsukan beberapa mutiara lalu menjualnya dengan harga yang tinggi lalu kau juga telah memecat beberapa pelayan dirumah ini karena mereka mengetahui rencana busukmu itu." jelas Jimmy yang membuat tubuh nyonya Arcana semakin bergetar.

"Apa itu benar?" tanya Grand duke Arcana kepada istrinya.

"T-tidak itu bohong dia menuduhku!! " teriak Nyonya Arcana.

"Ben! Berikan berkas itu kepada Grand Duke Arcana" perintah Hobert.

Lalu Ben langsung memberikan berkas itu kepada Grand Duke Arcana dan langsung dibaca oleh dia.

"Aku tidak percaya, jadi selama ini uang yang aku dapatkan adalah dari cara kotormu itu! Dan kau telah memanipulasi pikiranku untuk merebut takhta Barren Cristopher?! Licik sekali pikiranmu!! " marah Grand Duke Arcana.

"T-tidak i-ini b-bukan s-salahku, ini bukan salahku. Ini semua salah wanita itu yang telah membuat semua rencanaku gagal!!" teriak Nyonya Arcana yang menunjuk Lily.

Tiba-tiba sebuah aura berwarna hitam keluar dari tubuh Nyonya Arcana dan tangannya bisa langsung lepes dari genggaman Hugo.

"Sihir hitam?!"

Grand duke Arcana terkejut ketika melihat aura hitam yang keluar dari tubuh istrinya.

Dia langsung berlari ke arah Lily untuk menyerangnya. "Kau harus mati gadis sialan!" geramnya.

Jimmy langsung memeluk tubuh Lily untuk melindunginya dan Hobert langsung menusukkan pedangnya ke perut Nyonya Arcana.

Dan cahaya dari pedang Hobert membuat aura hitam itu keluar dari tubuh Nyonya Arcana.

"Apa sebenarnya itu?" gumam Lily yang masih takut melihat wujud Nyonya Arcana yang tiba-tiba berubah menjadi menyeramkan.

"Itu adalah sihir terlarang dan kau tidak perlu takut karena aku akan melindungimu." kata Jimmy yang berusaha menenangkan Lily.

"Ck! jadi benar dia telah menggukan sihir terlarang." decak Hobert.

Jika dia manusia biasa pasti akan terluka jika tertusuk pedang, tapi karena Nyonya Arcana menggunakan sihir terlarang maka tubuhnya tidak akan terluka, tapi sihir yang didalam tubuhnya akan hilang akibat cahaya yang dimiliki oleh pedang Hobert.

Lalu Grand Duke Arcana meminta maaf atas kejadian aneh yang telah menimpa istrinya dan dia akan menyelediki lagi setelah istrinya siuman.

Setelah itu Hobert memutuskan mereka untuk langsung pulang karena melihat Lily yang masih terkejut dengan kejadian ketika dia diserang.

Di perjalanan pulang Lily tidak banyak berbicara, dia hanya melamun melihat ke luar jendela kereta kuda.

Lily baru ingat jika di dalam novel 'Lady's choice' memang sering disebutkan beberapa orang yang menggunakan sihir tapi anehnya kenapa Lily tidak bisa mengingat nama orang-orang itu.

Seperti ada sesuatu yang melarangnya untuk mengingat nama-nama mereka.

"Aku harus mencari tahu tentang ini." gumam Lily yang tidak di dengar siapapun.

To be continue....