Chereads / Black Jasmine / Chapter 4 - Bagian 3 : Wejangan...

Chapter 4 - Bagian 3 : Wejangan...

Sudah sekitar 1 minggu semenjak rapat keluarga berlangsung dan selama itu pula ibu rienne mempersiapkan segalanya dengan sangat sempurna, mulai dari pemeriksaan hingga persediaan obat-obatan yang akan di bawa, beliau tidak sendiri mempersiapkan itu semua, tentu saja sang suster yang akan ikut pun membantu ibu rienne untuk mempersiapkan semuanya,

dokter dino yang menangani grietta pun berpesan pada temannya yang kebetulan bekerja di rumah sakit St. Mary's Medical Center untuk melakukan pemeriksaan ulang saat grietta sampai di sana

begitu banyak persiapan yang dilakukan demi lancarnya acara liburan grietta, semua berharap liburan ini bisa membuat grietta sedikit melupakan semua yang dia alami selama ini,

dan kini grietta sedang berada di kamarnya, mulai membereskan beberapa baju yang akan di pakainya selama disana, hingga suara ketukan pintu mengalihkan atensinya,

"ta, papa boleh masuk?" ucap pak bagus dari luar kamar grietta

"masuk aja pa, gak di kunci" jawab grietta

pak bagus melangkah perlahan sembari menatap anaknya yang terlihat bersemangat memasukan pakaiannya ke dalam koper, lalu mendudukan dirinya di pinggir ranjang grietta dan kembali menatap putrinya itu, ada senyuman yang tergambar pada wajah pak bagus dan membuat grietta mengerutkan alisnya, "papa kenapa liat grietta senyum-senyum gitu?"

"gak papa, memangnya papa gak boleh liat anak papa hmm?"

"ya boleh sih, cuma ya gak sampe segitunya, grietta jadi ngeri liatnya"

pak bagus terkekeh mendengar ucapan grietta, dia mengambil tangan grietta lalu mencium punggung tangannya "papa gak pernah liat kamu sebahagia ini, dan jujur saja, papa sempat berfikir kalau ini salah, kamu pergi liburan dengan kondisi yang sangat tidak sehat, tapi setelah papa pikir lagi, mungkin saja ini benar, kamu terlalu suntuk dengan suasana yang begitu-begitu aja dan ternyata benar, raut bahagia yang papa harapkan dari kamu mulai terlihat"

mendengar ucapan pak bagus, grietta pun mendudukan dirinya di samping ayahnya, lalu menyandarkan kepanya di bahu ayahnya, "papa jangan khawatirin grietta, percaya deh setelah ini grietta masih baik-baik saja, dan makasih udah mau ngizinin grietta buat liburan"

"gak usah terimakasih ta, lagian itu kewajiban papa sama mama bikin kamu senang, dan semoga aja tahun ini kamu bisa dapetin pendonor, supaya kamu bisa bebas ngelakuin apa yang kamu mau"

"iya pa, semoga aja" ucap grietta dengan raut wajah yang tak terbaca

waktu makan malam pn tiba, semua berkumpul di meja makan, dan satu lagi kebiasaan keluarga Raharjo adalah makan dengan tidak bersuara, hanya sedikit suara dentingan sendok yang beradu diatas piring mereka, itulah mengapa, bapak bagus membiasakan berkumpul di ruang keluarga setelah makan malam, karena pada saat makan semua tidak boleh mengobrol, dan ini sudah turun temurun dari buyut-buyut pak bagus

setelah makan malam, semua pun berkumpul di ruang keluarga sembari memakan buah-buahan yang tersedia, ya bagi ibu rienne tidak ada camilan yang lebih menyehatkan ketimbang buah-buahan, sambil mengupas jeruk ibu rienne pun membuka suaranya "ta, kamu sudah packing semuanya?"

"sudah ma, grietta bawa 2 koper buat baju nanti tas yang buat obat-obatan kan mama yang siapin" jawabnya

"iya, itu semua sudah mama siapin sama suster diana, nanti dia yang bawa tas obat-obatan kamu, oh ya jangan lupa sesampainya di sana kamu langsung ke Rumah Sakit buat kontrol keadaan kamu, dokter dino sudah bilang, bahwa temannya akan menangani mu saat di sana nanti"

grietta pun mengangguk, dalam hatinya sedikit mengeluh, "penyakit sialan, kalau gak sakit pasti gak bakalan seribet ini" batinnya

"guntur, kamu jagain adik kamu baik-baik selama di sana, awas aja, nanti mama juga kasih tau om gading, buat ngawasin kalian, inget ya gak usah capek-capek!" kata ibu rienne

"ma,ma lagian pergi masih 2 hari lagi, cerewetinnya besok kan masih bisa, kok malah di kasih wejangan sekarang, mama ini aneh" sahut gilang yang geli dengan tingkah over protektif ibunya itu

"ini wejangan hari ini, besok ada lagi, pokoknya mama gak mau tau, grietta pulang dari sana dalam keadaan utuh" titahnya

guntur,gilang, dan pak bagus pun hanya tertawa geli melihat tingkah kanjeng ratu mereka

"ma, mama tenang aja deh pokoknya grietta bakalan balik tanpa kekurangan apapun, bahkan bulu kaki grietta bakalan tetep utuh kok ma, jadi jangan mikir yang berlebihan okey" grietta pun memeluk ibunya dengan sayang dan di balas dengan kecupan di pucuk kepala grietta

2000 Bryant St, San Fransisco

'Kring....Kring....Kring....' suara ponsel yang berdering seakan menjadi pertanda bahwa dia harus bangun saat ini, dalam hatinya mengumpat 'siapa yang berani mengganggunya di hari libur yang sangat dia idam-idamkan kini'

ponselnya kini berhenti berdering, merasa lega suara berisik yang mengganggunya sudah hilang, akan tetapi kembali dering ponselnya membuatnya ingin mengumpati orang yang menelfonnya saat ini "Holly Shit!!!!" umpatnya, dia mengambil ponsel pintarnya secara kasar, lalu melihat siapa yang berani mengganggunya,

hidungnya berkedut melihat nama yang ada di ponselnya saat ini, "kampret!" ucapnya

"KALAU GAK PENTING, AKU PITTING KEPALAMU SAMPE PUTUS" teriaknya, lalu dia menyimak apa yang orang itu katakan, dia menghela nafasnya lalu memutar bola matanya bosan

"eh kampret! kamu bangunin aku pagi-pagi buta gini cuma mau bilang itu aja? whatsapp aja bisa kan? lagian kamu tau kuncinya dimana, dan aku gak mau tau pas aku balik lagi ntar semua harus bersih! gak mau ada bekas yang aneh-aneh di tempat tidur ku!"

'TUT!' dia menutup sambungan telfonnya dengan kasar, lalu menaruh kembali ponselnya di atas meja, matanya melirik kearah jam dinding yang menunjukan pukul 8 pagi "sial! maksud hati mau bangun siang, malah dapat telfon yang gak penting kayak tadi, astaga!!!" racaunya, kini dia pun menuju dapurnya membuat secangkir americano yang memang cocok diminum pada pagi hari, lalu meminumnya perlahan sembari melangkahkan kakinya menuju ruang tengah untuk menikmati kartun kesukaannya, ya walau usianya kini 28 tahun tapi tontonan favoritnya adalah kartun

"kalau saja setiap hari bisa kayak gini, yakin deh kamu bakalan panjang umur arial" batinnya, dan kini dia pun menikmati paginya dengan indah