pagi datang begitu cepatnya, sekan baru bebeapa jam setelah arial kembali ke apatmentnya untuk memejamkan mata, di renggangkannya sendi-sendi ototnya sampai berbunyi 'krek,kreek' mulai dari tangan, tengkuk leher hingga pinggangnya
badannya terasa sedikit sakit karena bekas pukulan semalam, arial pun segera melangkahkan kaki menuju kamar mandi, dilihatnya memar biru di ssekitar pelipis mata dan ujung bibirnya, "wajah tampanku yang malang" gumamnya,
lalu dia mengambil sikat gigi dan menyikatnya dengan menahan sedikit perih di ujung bibirnya, selanjutnya dia mencuci wajahnya, setelah selesai dia beranjak masuk kedalam shower dengan celana yang sudah tanggal sejak dia menyikat giginya,
shower dinyalakan, perlahan air mengalir membasuh rambut tembus ke kaki, di gosoknya badan kekar itu perlahan sembari mendesis nyeri karena bekas pukulan balok kayu semalam. setelah dikiranya cukup arial keluar dari kamar mandi dengan handuk yang menutupi area pinggang sampai kakinya, menampilkan perutnya yang kotak-kotak seperti roti sobek, tapi satu fakta tentang arial bahwa benar tidak ada satu wanita pun yang pernah menyentuh roti sobeknya bahkan wajah tampannya belum tersentuh oleh wanita manapun kecuali semalam,
wajah grietta masih membayang pada pikiran arial, wanita yang takdir pertemukan dengan cara yang aneh, dan dalam semalam bisa menhipnotis seorang arial.
masih diingatnya senyuman manis grietta, matanya yang cantik, dan tatapannya, dan kali ini arial harus percaya bahwa cinta pandangan pertama itu ada dan memang yang namanya cinta dari mata turun ke hati itu ternyata kenyataan, bukan sekedar kata para pujangga yang mengemis cinta entah pada siapa
lamunan tentang grietta membuat arial lupa bahwa dia sedang memasak air untuk menyeduh secangkir wedang jahe, walau tinggal di san fransisco tapi arial tetap cinta tanah air, dia selalu meminta sahabatnya reno untuk mengirimkan ramuan-ramuan herbal asal indonesia untuk dikonsumsinya
badannya kini sudah terasa lebih hangat, menyesap wedang jahe dengan setelan handuk yang masih menutupi area pinggang keebawah sambil menikmati pemandangan dari luar jendela dapurnya
kini arial pun sudah bersiap menuju rumah sakit untuk memeriksakan beberapa memar yang ada di tubuhnya, baginya kesehatan itu penting, dia tidak mau ada gangguan saat dia melakukan perkerjaannya,
volvo silvernya melaju dengan kecepatan normal, dia ingin menikmati suasana menjelang natal di sepanjang jalan, banyak orang yang memakai kostum santa claus, atau pun para pemusik jalanan yang menyanyikan nyanyian natal dan tidak lupa cuaca yang dingin seakan sudah melekat pada setiap natal disini, sederhana, tapi membuat arial bahagia, seperti terapi ketika melihat setiap orang bahagia saat menyambut natal
sesampainya di rumah sakit dia langsung menemui dokter marry,dokter berkebangsaan indonesia yang bekerja di san fransisco
arial mengetuk pintu ruangan dokter marry, lalu masuk dan langsung di sambut senyuman hangat dari sang dokter
"hai arial" sapa dokter marry
"hai juga dok" balas arial dan dokter marry menyuruh arial untuk duduk
"baiklah tuan tampan ada apa dengan wajahmu?" tanya dokter marry tanpa basa-basi
arial tersenyum "biasa dok berkelahi karena menyelamatkan seorang putri dari penculikan" ucapnya
dokter 35 tahun itu tertawa kecil mendengar ucapan arial "khayalanmu seperti bocah berusia 5 tahun ya sama seperti nicholas yang selalu saja berandai kalau dia seorang pangeran karena terlalu banyak menonton The Game Of Thrones"
"itu karena dokter yang menyetelkannya bukan, jadi nicholas tidak salah menurut saya"
"tidak, bukan saya tapi daddynya, jadi saya tidak ambil andil dalam khayalan nicholas" ujar dokter marry sembari membuat gestur telunjuk yang di goyangkan kekiri dan kanan seakan tidak setuju dengan opini arial
arial pun hanya tertawa mendengar ucapan dokter marry, "nah arial sekarang kita lihat apa lagi yang terluka, silahkan duduk di sana" kata dokter marry menyuruh arial mendudukan dirinya di ranjang pasien,
arial pun langsung menuruti perintah dokter marry, lalu dia membuka bajunya menunjukan memar di bagian pinggang serta bagian belakang bahunya
"apa sakit saat digerakkan?" tanya dokter marry sambil mengamati memar pada tubuh arial
"tidak juga, hanya sakit saat dipegang"
"dimana-mana luka atau memar itu sakit pada saat di pegang arial"
arial menaikan bahunya dengan tatapan tengil
dokter marry mengamati dengan lekat luka memar yang ada di tubuh arial, sesekali dia mengangguk dan menyentuhnya pelan "kita x-ray ya, saya hanya ingin memastikan bahwa tidak ada yang retak atau patah bahkan lepas di dalam sana" ucap dokter marry dengan nada sedikit bercanda
arial kembali memakai bajunya dan duduk di tempatnya, dokter marry pun menulis sebuah kertas yang tidak lain tidak bukan itu adalah surat rujukan untuk melakukan foto rontgen
"ini suratnya, kamu langsung saja kesana dan kalau hasilnya sudah keluar langsung berikan pada saya ya" arial mengambil surat yang di berikan oleh doter marry dan bergegas menuju ruang x-ray
tak butuh mengantri karena kebetulan sudah kosong arial pun masuk dan melakukan x-ray setelah itu dia pun harus menunggu sekitar 1 sampai 2 jam untuk mendapatkan hasilnya
arial pun pergi menuju kafentaria rumah sakit dan memesan latte hangat dan waffle untuk menemaninya, dia mengambil pesanannya dan duduk di dekat jedela, sembari melihat pemandangan suster,dokter dan pasien lalu lalang di sekitar rumah sakit, dia juga tidak lupa membawa novel kesukaannya 'The Hunger Games : Catching Fire' walau itu buku yang terbilang cukup lama dan filmnya sudah di tayangkan bahkan berulang kali tapi baginya membacanya berulang juga tidak membosankann
halaman, demi halaman di baca arial dengan detail, mungkin kalau ada kuis tentang novel tersebut mungkin arial bisa menjawab dengan 1 paragraph lengkap tanpa ada yang tertinggal karena dia membaca novel tersebut bahkan lebih dari 5 kali
saat dia ingin mengambil suapan wafflenya matanya tertuju pada siluet seorang wanita yang baru saja di kenalnya berjalan menuju kearah tempat memesan makanan,
paduan turtle neck berwarna putih dengan coat berwana krem serta rambut yang tergerai bergelombang membuat grietta tampak cantik membuat arial tersenyum tipis, sampai dia tidak sadar bahwa grietta sudah berbalik dan tengah menatapnya dengan tatapan kaget lalu mencoba melambaikan tangannya, tapi arial masih sibuk dengan pikirannya, sehingga grietta berjalan kearah arial lalu berdiri di sebrang tempat duduk arial lalu menaruh nampan dengan sedikit keras hingga berbunyi
'TAK!' arial kembali mendapat kesadaran dan sudah mendapati grietta berdiri di depannya dengan pandangan yang aneh,
"ku kira aku sedang mimpi melihat mu duduk menyesap kopi di rumah sakit mengingat semalam kau bercerita sangat mencintai kopi hingga rela pergi kemana pun demi secangkir kopi, tapi ternyata tidak, ini benar kamu... arial" grietta tersenyum manis membuat jantung arial seakan mau copot 'sepertinya aku akan ke klinik jantung setelah ini' ucapnya dalam hati
arial berdiri lalu mengulurkan tangannya "kita bertemu lagi... grietta"