Chereads / Black Jasmine / Chapter 11 - Bagian 10 : Mari Memulai...

Chapter 11 - Bagian 10 : Mari Memulai...

grietta tengah duduk di depan arial, pikirnya dia akan bosan menunggu hasil test yang dia lakukan beberapa saat yang lalu tapi ternyata tidak, kembali dia bertemu seseorang yang baru saja mengisi kehidupannya,

arial menyesap latte yang dia pesan lalu menatap grietta yang kini tengah melihat ke luar jendela "sedang apa di sini?" tanya arial

grietta menoleh "hanya pemeriksaan kecil, dan kenapa dengan wajahmu, apa kakakku memukul sekeras itu hingga bekasnya jadi sangat mengerikan?"

arial tersenyum, lalu menggeleng "tadi malam ada sesuatu yang terjadi" ucapnya sembari menatap grietta seolah ingin mengatakan bahwa pria yang ada di depannya ini bukanlah pria yang baik melainkan penjahat kelas kakap, tapi hasrat ingin mengenal grietta lebih jauh membuatnya berfikir kembali mengatakan tentang kebenaran

"apa itu, apa kamu di rampok lalu dipukuli??? lalu ada lagi yang terluka, pasti parah sehingga kamu pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan lukamu" cerewet grietta dengan pandangan mengamati setiap sudut wajah arial tapi satu hal yang grietta akui bahwa arial memang tampan, walah wajahnya terlihat sangat berantakan malah itu membuatnya menjadi tambah berkharisma

dengan nyali yang cukup besar arial mengambil tangan grietta lalu menepuk punggung tangannya perlahan "tenanglah, semua baik-baik saja karena aku dengan suka rela memberikan mereka beberapa lembar uang yang ada didompetku, walau awalnya memang aku tetap mempertahankan diri tapi ternyata di pukul dengan balok kayu itu sakit, jadi ku berikan saja uangku pada mereka" bohongnya

grietta sadar dengan perlakuan arial, dia menatap tangannya dan wajah arial secara bergantian, menyadari itu arial reflek melepaskan tangannya "sorry, kamu gak nyaman ya?" tanya arial

grietta menggeleng sambil tersenyum "tidak, aku hanya bingung kenapa ada perasaan nyaman yang berbeda saat berinteraksi denganmu" ucap grietta dengan polosnya

arial yang mendengar itu langsung menatap grietta dengan pandangan tak percaya 'bisa-bisanya dia mengatakan semua itu dengan santainya, bahkan aku saja belum berani mengatakan itu' batinnya

grietta pun langsung tersadar dengan apa yang dikatakannya lalu mencoba meredam perasaan malu dan mengutuk kepolsannya "sorry , sekarang yang jadi ngerasa gak nyaman sama aku ya?"

"tidak kok, hanya saja kenapa kamu bisa sepolos ini? bahkan aku saja gugup saat kamu melihatku tadi, tapi satu hal yang perlu kamu tau bahwa aku juga merasa hal yang sama, karena ini kali pertamaku merasakan ini, jadi aku agak sedikit gugup" jelas arial yang memandang grietta dengan pandangan lembut

semburat merah muncul di pipi wanita keturunan jawa tulen itu, jujur dia merasa ingin melayang saat arial bicara seperti tadi tapi tiba-tiba dia mengerutkan alisnya "kamu bohong, masa belum pernah deket atau pacaran gitu?" tanyanya menyelidik

"aku gak bohong, aku terlalu serius dengan pekerjaanku,sampai-sampai aku tidak punya waktu untuk melakukan hal yang seperti itu" jawab arial

grietta mengangguk mengerti, lalu di lanjutkan dengan beberapa obrolan ringan sampai mereka tidak sadar bahwa sudah saatnya mengambil hasil test mereka,

arial dan grietta meninggalkan kantin rumah sakit secara bersamaan tapi mereke berpisah dipersimpangan lorong karena klinik mereka memang berjauhan, dan tidak lupa arial meminta nomer ponsel grietta dan begitu sebaliknya,

senyuman masing-masing mengembang di wajah mereka, dan kini grietta sampai pada klinik dokter josh, wajah yang tadi gembira kini berubah muram yang artinya hasil test sama sekali tidak baik, kerusakan pada organ hati grietta kini sudah parah, dan secepatnya mereka harus mendapatkan pendonor yang cocok, dokter josh dan dokter dino sedang mengusahankan hal itu

walau pun begitu harapan untuk grietta sangatlah kecil, grietta keluar dengan perasaan kecewa, dia pun duduk termenung di depan apotek hingga tidak sadar namanya di panggil untuk mengambil obat, setelah itu ia berjalan gontai menuju pintu keluar dan hendak pulang dengan bus, tapi pandangannya beralih pada seorang pria yang dikenalnya yang juga keluar dengan bungkusan obat di tangannya

"hei orang asing" panggilnya,

pria itu menoleh karena dia merasa mengenal suara yang baru saja di dengarnya, dia menatap lekat dengan senyuman tergambar di wajahnya begitu juga grietta, senyuman itu terasa amat dipaksakan, membuat otot wajahnya merasa sedikit pegal

arial mendatangi grietta, "ada apa wanita aneh?" grietta tertawa kecil mendengar julukannya dari arial

"mau jalan-jalan?"

arial berfikir sembari mengerutkan alisnya "ayo kita jalan-jalan, ayo aku ingin memulainya denganmu" tegas grietta

"hah?" tanya arial cengok

"arial abimanyu, ayo kita jalan-jalan, dan mari berteman" jelas grietta

arial pun tersenyum senang, dia mengambil tangan grietta lalu menggandengnya erat, dia tautkan jari-jarinya kesela-sela jari grietta, membawanya masuk mobil yang terparkir rapih di basement rumah sakit,

dia membukakan pintu untuk grietta, memasangkan sabuk pengaman lalu sembari memegang stir dia menarik nafas dan membuangnya "jadi kita kemana?" tanya arial

grietta menoleh "kemana saja, asal perutku terjamin untuk di beri makan" jawab grietta dan senyuman manis grietta dan arial mengembang, langsung saja arial tancap gas dan melajukan mobilnya entah kemana

dan suasana hari itu seperti di taburi bunga-bunga oleh sang cupid yang mengikuti mereka entah kemana, tapi satu sisi sang iblis siap memberikan badai juga pada mereka..