Seorang wanita paruh baya sedang duduk di taman belakang rumahnya, menikmati segelas teh dengan angin semilir yang menyentuh kulit halusnya, matanya memandang lurus ke area taman bunga yang berada disana, sebuah taman yang dia buat untuk mengisi kebosanan saat berada di rumah,
dia hanya tinggal berdua dengan putrinya dan beberapa maid yang bekerja di rumahnya, suaminya sering bekerja di luar kota dan jarang sekali pulang, terkadang sekertaris sang suami suka datang untuk menanyai keadaannya,
"ibu" seorang gadis datang memeluknya dari belakang, wanita yang disebut ibu itu pun tersenyum, memegang lengan yang menggantung di pudaknya
"sudah pulang?" tanyanya
"hmm, hari ini cukup melelahkan" gadis itu pun melepaskan pelukannya dan duduk di kursi bersebrangan dengan ibunya
"jangan terlalu keras nanti kau bisa sakit" ucap ibunya dan gadis itu hanya mengangguk mengerti
"ibu, sudah ada kabar tentang dia?"
sang ibu hanya menggeleng lalu kembali mengambil cangkir tehnya dan menyesapnya "ayahmu belum memberitahu ibu tentangnya, tapi ibu berharap dia baik-baik saja"
"hmm, rena juga harap begitu" dan mereka pun tenggelam dalam pikiran masing-masing
Flashback
arial kecil kini tengah bermain di halaman belakang rumahnya, menendang bola kesana kemari, cuaca sudah semakin mendung gerimis mulai menguyur bumi, tapi arial kecil masih saja bermain hingga bajunya mulai basah, dan dia sama sekali tak mengindahkan panggilan para maid untuk berteduh hingga satu suara membuatnya langsung berhenti "Arial sudah mainnya" suara wanita yang lembut bernada tegas langsung membuat arial berlari kearah wanita itu
"arial, apa kau lupa tentang peraturan pada saat bermain" tanya wanita itu
arial menggeleng dengan menundukan kepalanya mengisyaratkan rasa bersalah
"kalau ibu sedang bicara tatap ibu, jangan buang atau tundukan tatapanmu" ucap tegasnya
arial kecil memandang sang ibu dengan mata yang berkaca "maafkan arial ibu" kata arial bergetar menahan tangisnya
ibunya yang sedari tadi menatap tegas sang anak kini tersenyum geli melihat tingkah anak lelakinya itu lalu dia mencubit pipi gembulnya, "jangan menangis hmm, ibu tidak marah, hanya saja ibu takut kau sakit kalau terus bermain hujan seperti tadi" katanya
"arial tidak akan sakit hanya karena terkena hujan" suara seorang pria kini membuat ibu dan anak itu menoleh secara bersamaan
"ayah..." teriak arial yang langsung berlari menghampiri sang ayah
pria itu pun menyambut anaknya dengan tangan yang direntangkan lalu memeluk dan mengangkat arial "ugh jangan berlari nanti kau bisa jatuh" ucap sang ayah
"arial tidak akan jatuh hanya karena dia berlari seperti itu" ledek sang ibu yang kini menatap kesal kepada arial dan suaminya itu
"oh ho ho lihat arial ada yang sedang ngambek" sang ayah mengarahkan pandangannya pada istrinya itu
sang istri masih diam dengan tangan bersindekap di depan dadanya sesekali masih melirik kesal,lalu suami pun menghampiri istrinya, lalu dia memeluk istrinya dengan arial yang masih di gendongannya, lalu sang istri tersenyum, dan memberikan kecupan di pipi suaminya itu "selamat datang ke rumah sayang" kata sang istri
sang suami membalas kecupan istrinya, "terimakasih" katanya, dan arial yang merasa di acuhkan kini gantian menatap kesal ayah dan ibunya, tapi dengan cepat sang ayah dan ibu pun memeluk arial bersamaan dan mereka tawa memenuhi rumah besar itu
Flashback end
arial kini tengah menatap kosong kearah luar balkonnya, membayangkan begitu bahagianya masa kecilnya, seakan keluarga mereka adalah yang paling sempurna, tapi ternyata tidak,
semua berubah saat pertama kali dia melihat ayahnya membunuh seseorang tepat di depan mata arial, dia masih ingat betul bagaimana itu terjadi, sorot mata sang ayah yang tidak lagi sama seperti sebelumnya, saat dia menyadari dunianya seperti runtuh,
bagaimana ayahnya menjadi seperti itu padahal dia sangat menyayangi arial dan rena adiknya?!
bagaimana begitu pintarnya dia menutupi semuanya dengan rapih tanpa boco sedikit pun?!
dan dalam sekejap semua juga terjawab bahkan sejak itu arial tidak pernah lepas dari pandangan ayahnya, semua gerak-gerik arial diawasi dan saat arial sudah cukup siap ayahnya menyuruhnya membunuh untuk pertama kalinya dan membuatnya seperti sekarang dengan ancaman bahwa dia akan menyakiti ibunya dan rena
dan demi kebaikan bersama terpaksa arial harus berbohong bahwa dia bekerja sebagai tentara elit amerika dan ditugaskan diarea konflik, dan hanya memberi kabar seadanya tapi aria tau ayahnya akan melakukan tugasnya dengan baik
jujur saja dia sangat merindukan keluarganya yang harmonis tapi semua itu tidak akan pernah terjadi, dan itu mimpi yang harus arial kubur dalam-dalam dan kini dia hanya mencoba menikmati hidupnya di bawah bayang-bayang nyawa orang-orang yang dia ambil
taklama kemudian dering ponsel arial berbunyi dan menampakan nama grietta, senyumnya mengembang, membayangkan suara grietta memenuhi gendang telinganya sudah membuatnya senang,
digesernya layar ponsel pintarnya "halo"
"hai.. apa aku menggangu?" ucap grietta dari sebrang sana
"ya, karena sejak pertama kali aku mengenalmu, kau sudah sangat menggangguku dengan berputar-putar dalam pikiranku" balas arial
"perayu ulung, sudah ah! oh ya malam natal bisakah kau datang kerumah untuk makan malam keluarga? mama dan papa ku akan dari indonesia dan akan merayakan natal disini"
arial terdiam kembali diingatnya pekerjaan yang harus dia lakukan pada malam natal nanti, tapi kalau dia menolak ajakan grietta dia takut gadisnya kecewa
"arial.. halo iyal?"
suara grietta menyadarkan arial dari pikirannya "hmm ya? malam natal ya, baiklah aku akan datang ke sana, lalu apa yang harus aku bawa untuk memikat calon mertua ku?" ucap arial dengan sedikit bercanda
"hahahah calon mertua? yang pasti bawakan hadiah, karena nanti kita akan bertukar kado okey sayang"
"baiklah,,, oh ya griett aku akan pergi ke okland sekitar 2 hari, ada temanku yang ingin meminta bantuanku untuk memotret liputannya,jadi jangan merindukanku"
"benarkah? kenapa sangat mendadak? dan dua hari lagi itu malam natal iyal, berarti kamu gak bisa datang dong" tanya grietta
"maaf, aku juga baru tau tadi pagi tapi aku janji akan menyelesaikannya dengan cepat oke, sebagai gantinya bagaimana kalau aku jemput dan berjalan-jalan sebentar untuk menebus kesalahanku?"
"baiklah, jemput aku jam 6 okey, karena aku tidak mau membuang waktu, tapi benar ya janji tanggal 24 malam kita makan malam bersama" ucap grietta
"iya griett aku janji, dan sampai bertemu jam 6 sayang" dan mereka pun mengakhiri percakapan mereka
arial pun melihat jam, dan ini sudah menunjukan pukul 3 ,masih ada 3 jam lagi untuk bersiap, selagi menunggu arial mengeluarkan sesuatu dari bawah lantai apartmentnya, dan ternyata sebuah brankas, lalu dia menekan beberapa angka untuk membuka brankas teebut,
setelah terbuka dia pun mengambil sebuah ponsel model lama, dan menyalakannya,
hanya ada 1 buah kontak di dalam ponsel tersebut, lalu dia menkan tombol hijau dan terang saja langsung tersabung "i need your help" ucap arial
hanya sebuah suara tawa yang terdengar dari sebrang sana, arial pun menghela nafasnya "4am at Jack London Square" arial menutup telfonya dan lansung memasukannya kembali ke tempatnya
tepat jam 6 arial sudah sampai di rumah om gading, dengan setelan celana hitam,baju hangat, coat berbahan woll yang hangat tentu saja dia tidak lupa dengan sarung tangan karena semakin dekat dengan natal maka cuaca di malam hari akan semakin dingin,
arial melangkahkan kakinya menuju bel pintu rumah om gading tapi sebelum dia menekannya pintu rumah sudah terbuka dan menampilkan kak guntur yang menatapnya dari ujung kepala hingga ujung kaki
"selamat sore kak" ucap arial sopan
guntur hanya mengangguk, memasang wajah seakan sedang mengamati "hmm kau mau ikut london fashion week atau mau berjalan-jalan dengan adikku?" tanyanya
"hah??"
"setelanmu seperti orang yang mau fashion show, wahh berapa harga setelan itu arial, kau mencoba membuat adikku jatuh lebih dalam dengan pesonamu?" kata guntur
arial terdiam, dia tidak habis pikir dengan pemikiran kak guntur tentangnya, saat arial ingin menjawab, grietta sudah berdiri di belakang kak guntur,
"ekhem, bisakah kakak tidak mengganggu pacarku?" sahut grietta tepat di telinga kakaknya itu
"astaga!! bisa tidak mengagetkanku dan waw ada apa dengan kalian, kenapa berpakaian seperti akan pergi ke fashion show?" kak guntur kembali di buat kaget dengan style yang di pakai oleh grietta,
overcoat dengan celana panjang dan sepatu boats dengan warna senada membuat grietta tampak menawan
"ada apa memangnya, menurutku ini biasa saja, kakak saja yang berlebihan, terbiasa hanya memakai kutang di rumah sih makanya mikirnya terlalu berlebihan"
guntur menatap adiknya tak percaya, dia hanya menggeleng kan kepalanya "terserah apa katamu, sudah pergilah dan kau grietta, kau sudah meminum obatmu?" tanya guntur
grietta mengangguk dan tidak lupa dia menunjukan satu kotak kecil berisi obat yang di taruh di dalam sling bagnya, dan dengan cepat grietta menggandeng arial dan pergi meninggalkan kakaknya yang kini hanya tersenyum penuh arti kepada sejoli itu,dia hanya berharap senyum grietta tetap seperti itu dan tidak berubah
arial dan grietta tengah menikmati perjalanan mereka, tujuannya ialah Union Square, saat menjelang natal disana banyak sekali pertunjukan, mereka bisa melihat pohon natal terbesar di kota itu,
grietta sudah membayangkan betapa indahnya disana nanti, dan sepanjang perjalanan arial tidak melepaskan genggaman tangannya pada grietta, sesekali arial menatap grietta yang sedang asik dengan pikirannya saat melihat pendangan di luar jendela mobilnya
hampir setengah jam mereka menyusuri jalan kota, dan sampailah di Union Square, arial memakirkan mobilnya, lalu membukakan pintu untuk grietta, tidak lupa menggengam tangannya saat menyusuri jalanan
"apa tidak susah berjalan dengan model boats seperti itu?" tanya arial
grietta menggeleng "lihat haknya yang tidak lancip, jadi aku masih bisa bebas bergerak" jawab grietta yang kini mengeratkan genggaman tanganya
perhatian-perhatian kecil yang diberikan arial adalah hal yang paling grietta sukai, dari situ grietta bisa menilai bahwa arial adalah pria yang baik
kini mereka pun sampai di pohon natal tersebut, mata grietta tidak hentinya memandang kagum "waahh bagusnya, fotokan aku arial" grietta pun mengeluarkan ponsel dari tasnya dan meminta arial memotretnya
arial menjauh beberapa langkah menyetel posisinya untuk mengambil gambar grietta
"satu,dua,tiga" suara jepretan kamera pun terdengar
"lagi sayang" kata grietta yang mengubah gayanya dengan sabarnya arial memotret gadisnya itu dan setelah itu dia mengambil ponsel miliknya lalu menyuruh grietta untuk berpose sekali lagi dan dia memotret gadinsnya dengan ponsel miliknya
"sudah sayang, sini kita selfie" ajak grietta, arial pun berlari kecil menuju arah grietta, lalu mereka pun mengambil beberapa foto selfie secara bergantian, kadang menggunakan ponsel grietta, terkadang memakai ponsel arial
setelah selesai, mereka kembali berjalan-jalan menikmati beberapa pertunjukan musik, dan melihat orang-orang bermain ice skating, melihat itu arial melirik kearah grietta "kita coba" ucap arial
tapi grietta menggelengkan kepalanya, "aku gak bisa main ice skating iyal"
"kan ada aku, percaya sama aku ya" kata arial, lalu arial mengajak grietta memasuki area ice skating, tapi sebelum itu mereka menyewa sepatu ice skating
"pegang aku yang erat ya" arial memegang tangan grietta, lalu perlahan kaki arial mulai berseluncur pelan di area ice skating grietta pun hanya bisa pasrah dan percaya terhadap kekasihnya itu
"pelan-pelan arial, aku takut jatoh" grietta pun semakin erat menggenggam tangan arial
"aku jamin kamu gak akan jatoh griet, ayo kita cepet ya seluncurnya" arial mempercepat langkah sepatu ice skatingnya,membuat grietta sedikit berteriak, tapi satu sisi grietta juga senang, ini pertama kalinya ia bermain ice skating
hampir setengah jam mereka berputar-putar area ice skating, dan akhirnya berhenti karena grietta mengeluh lelah pada arial, lalu mereka ke pinggir dan keluar dari area ice skating,
arial dan grietta pun pergi ke St.Francis Hotel untuk makan malam, arial sudah melakukan reservasi untuk mereka berdua,
arial dan grietta menaruh coat mereka, di pinggiran kursi dan dengan cepat pelayan datang memberikan menu dan tidak lupa dia juga memberikan rekomendasi menu yang pas untuk di nikmati, dan tidak lupa wine yang pas diminum untuk menemani makan malam, tapi grietta tentu saja hanya meminum air putih karena sudah tugas arial untuk menjaga gadisnya tetap aman baik tubuh atau pun hatinya
tak lama kemudian rangkaiaan menu dari appetizer,main course hingga dessert datang secara bergantian, tidak ada yang bisa membayangkan bahwa arial bisa seromantis ini, makan malam di restoran berkelas, dengan ditemani musik klasik yang membuat siapa saja terlena karena mendengarnya
"arial, apa tidak berlebihan kita makan disini?" tanya grietta
"sayang, seharusnya kau bertanya pada saat kita sampai, bukan setelah semua makanan habis kau lahap dengan nikmatnya" arial mencubit pipi grietta gemas
"kebetulan aja aku lapar jadi ya habis deh, tapi makasih ya makan malamnya, aku seneng banget"
arial tersenyum puas dengan perkataan grietta "aku sudah janji sama kamu bakalan ngajakin kamu ke tempat yang bagus, dan gak cuma ini aja, nanti kalau ada waktu, aku akan ngajakin kamu ketempat bagus lainnya"
"oke tuan perayu ulung, sebagai gantinya apa yang kau minta dariku, karena sejauh ini kau selalu memberi dan aku tidak pernah memberi apapun" kata grietta yang kini tengah menggengam erat tangan arial
arial mengecup punggung tangan grietta "aku cuma minta kamu bertahan dan tetap percaya padaku ya" ucapan tulus meluncur begitu saja dari bibir arial
grietta menatap arial, mencoba menyelami apa yang dimaksud pria itu setelahnya, dia tersenyum dan berkata "akan kulakukan seperti permintaanmu"
arial sedikit lega dengan apa yang dikatakan grietta, tapi di dalam hati ada sedikit rasa mengganjal karena telah berbohong tentang kehidupannya, namun arial berjanji pada dirinya sendiri bahwa suatu saat nanti kalau waktunya tiba arial akan menceritakan semuanya
malam semakin larut, cuaca semakin dingin, arial dan grietta baru saja keluar dari The Geary Theather setelah menonton pertunjukan A Christmas Carol, dan kini mereka melangkah menuju mobil untuk kembali pulang
sepanjang perjalanan grietta tertidur, arial tau dia cukup kelelahan hari ini, tapi melihat wajah bahagia grietta membuatnya merasa bahagia, dan dia cukup puas karena semua yang direncanakan arial berjalan dengan sempurna
kini mobil arial menepi di depan rumah om gading, lalu arial menatap grietta yang sudah tertidur pulas, dia tidak tega membangunkan grietta, dan dengan perlahan arial menggendong grietta ala bridal style, arial melangkah dengan perlahan lalu menekan bel dan om gading yang membukakan pintu
saat om gading ingin menyambut arial dan grietta, arial sudah duluan mengisyaratkan untuk tetap tenang karena grietta sedang tertidur, om gading mengangguk mengerti lalu mereka berdua mengantar grietta ke kamarnya, dengan perlahan arial menidurkan grietta di tempat tidurnya, melepas sepatunya dan tidak lupa menaruh sling bag di sofa kamarnya,
ingin arial mengecup singkat grietta, tapi dia masih tau diri bahwa ada om gading yang masih menunggunya, setelah itu arial pamit untuk pulang,
arial kembali ke apartmentnya, dia berganti pakaian yang lebih santai, tidak lupa dia mengambil ponsel lama yang dia gunakan untuk menelfon temannya tersebut, dan dia meninggalkan apartmentnya menuju Oakland
mobilnya melaju dengan kecepatan sedang, butuh kurang lebih sekitar 30 menit untuk sampai di Jack London Square, arial memakirkan mobilnya dan berjalan ke tempat dimana biasa dia bertemu dengan temannya itu
lalu arial mendudukan dirinya di sebuah kursi di dekat pesisir teluk san fransisco, tak lama kemudian ada seorang pria yang duduk di sebelah arial "long time no see" ucap pria itu
"hai ruben.. You bring what I wanted?" ucap arial tanpa basa basi, dan di tanggapi dengusan oleh ruben "you haven't changed at all" kata ruben
lalu ruben memberikan sebuah tas "be careful arial" ucap ruben lalu dia pergi meninggalkan arial
sedangkan arial kini menghela nafasnya kasar lalu dia mengambil tas itu dan pergi dari sana. sebelum kembali ke San Fransico arial terlebih dahulu membuka tas tersebut, di dalamnya ada sebuah kunci beserta sebuah alamat, dibacanya alamat tersebut lalu dia membakar kertas yang digunakan untuk menulis alamat lalu dia pun melajukan mobilnya dan kembali ke San Fransisco
"aku mempertahankan nyawa mereka dengan mengambil nyawa-nyawa yang lain"
Arial Abimanyu