Pagi itu semua bersiap untuk pergi ke gereja, begitu juga arial dan grietta yang kini juga tengah bersiap, dengan pakaian yang di pinjamkan oleh gilang arial pun terlihat sangat menawan, walau pun pada dasarnya arial memanglah tampan,
grietta mengetuk pintu kamar yang ditempati arial, setelah di buka arial pun terdiam, wajahnya terlihat mengekspresikan kekaguman, dia memang menyadari bahwa kekasihnya itu adalah seorang yang menawan tapi penampilan grietta dengan dress brukat putih lengan panjang membuat arial jatuh cinta untuk kesekian kalinya
grietta yang melihat ekspresi terkejut arial sontak mencubit pipi arial, "jangan menatapku seperti itu nanti kamu jatuh cinta lagi lohh..." kata grietta arial pun memegang tangan grietta lalu mengecup punggung tangannya "ini adalah sekian kalinya kau membuatku terpesona" perkataan arial membuat wajah grietta memerah
"dasar perayu ulung, ayo kita turun sarapan, oh ya merry christmas aria abimanyu"
"merry christmas grietta sayang" mereka pun turun kebawah dan seperti biasa tangan arial menggenggam tangan grietta, mereka menuruni tangga, sampai di bawah disana sudah ada pak bagus dan ibu rienne yang tengah menikmati secangkir kopi
"merry christmas tante, om" sapa arial,
"merry christmas juga arial" jawab ibu rienne sembari tersenyum kearah arial dan grietta
"duduk sini yal, sambil menunggu yang lain turun" ucap pak bagus, dan tak lupa grietta juga memberikan pelukan untuk kedua orang tuanya, lalu duduk di sebelah arial
"oh ya mama sudah mengurus semuanya, setelah tahun baru kita semua kembali ke jakarta, mengingat guntur dan gilang harus kembali kekantor, ya walaupun perusahaan memang papa yang punya tapi kita juga harus memberikan contoh yang baik" kata pak bagus,
pernyataan papanya membuat hatinya terasa sakit karena dia harus berpisah dari arial, jujur ini sangatlah berat, pergi menjauh dari arial sama saja sebuah mimpi buruk, tidak mendengar suara arial sehari saja membuatnya menggila, apa lagi harus berpisah dengannya, seperti mimpi buruk yang tidak akan berakhir
"jangan terlalu memikirkan tentang arial, percaya dengan papa bahwa arial akan menjaga hatinya untukmu sampai kapan pun, lagi pula tidak mungkin arial tidak mengunjungimu, mengingat pekerjaan arial yang pasti akan pergi kemana pun" pak bagus pun menoleh kearah arial mencoba mencari jawaban dari pertanyaannya itu
arial memegang tangan grietta "pulanglah, nanti aku akan menyusulmu kesana kalau pekerjaanku disini sudah beres" kata arial
"janji" kata grietta mengacungkan kelingkingnya dan di balas juga oleh arial
"janji" arial mengecup janji kelingking mereka
pak bagus dan bu rienne hanya tersenyum melihat kelakuan arial dan grietta, "kalau kalian mau menghabiskan waktu berdua juga tidak apa-apa,masih ada waktu hingga tujuh hari kedepan, iya kan pa?" sahut bu rienne
"hmm boleh saja asal arial berjanji akan menjaga grietta dan membawanya pulang tanpa membuatnya menangis" pak bagus pun menimpali perkataan bu rienne
grietta pun tersenyum senang saat tau lampu hijau yang di berikan oleh kedua orang tuanya "makasih ya papa mama,kalian memang terbaik" girietta pun mengacungkan jempolnya kepada kedua orang tuanya
tak lama kemudian semua orang sudah siap dan mereka pun pergi ke gereja, ibadah di mulai jam setengah sembilan pagi, grietta dan arial satu mobil sedangkan yang lain pergi menggunakan mobil yang lain,
mereka pun menjalani ibadah bersama, di luar sudut gereja sudah banyak petugas keamanan, biasanya tidak seketat ini, karena berhubung malam natal ada ada penembakan seorang pendeta di salah satu gereja di pinggiran kota,
arial yang mengetahui itu pun hanya menunjukan smirk yang tipis hingga siapapun tak menyadari itu, ibadah pun di mulai semua berjalan dengan khidmat satu persatu tata ibadah di lakukan, dan saat berdoa arial menggengam tangan grietta, dan tentu saja grietta membalas genggaman tangan arial tak kalah eratnya,
hanya satu permohonan mereka, agar tak pernah dipisahkan, bagi grietta dan arial saling memiliki satu sama lain saat ini adalah sebuah anugerah yang paling indah yang pernah Tuhan berikan untuk mereka,
setelah selesai mereka pun beranjak pulang untuk makan siang bersama, arial yang merasa sangat di sambut hangat oleh keluarga grietta menjadi semakin merasa bersalah karena kebohongan yang dia lakukan,
kini mereka bersantai di ruang tengah di temani coklat panas buatan grietta, mereka mengobrol mulai dari hal kecil hingga hal yang serius, seperti politik dan sebagainya,
hari semakin sore dan arial pamit untuk pulang, sebenarnya grietta tidak ingin arial pulang tapi dengan berat hati dia harus merelakan kekasihnya itu pergi.
kini ibu rienne dan pak bagus berada di kamar mereka ibu rienne melepaskan satu persatu perhiasan yang di pakainya "pa, apa menurut papa arial orang yang tepat untuk grietta"
"mama tidak usah terlalu memikirkannya, mereka baru saja menjalani hubungan jadi jangan terlalu berharap banyak" ucap pak bagus
"oh ya mama, papa keluar sebentar ya, ada teman lama papa ingin jumpa dengan papa" lanjut pak bagus yang tengah bersiap
"oh ya sudah, papa hati-hati ya, nanti pulang mama titip krispy kreme ya pa, gak tau mama pengen makan itu, siapa tau rasanya beda kalau kita beli di luar' kata ibu rienne,
pak bagus membelai pipi sang istri, lalu mengecup keningnya "nanti papa belikan" katanya, lalu pak bagus pun mengambil mobil dan mulai berkendara dengan perlahan, karena jalanan masih dipenuhi salju,
pak bagus menatap lurus kedepan, sesekali dia menoleh ke kiri atau ke kanan hanya untuk menikmati pemandangan yang di sajikan alam untuknya, lalu ponselnya bergetar menampilkan sebuah pesan singkat
-Unknown-
[Islais Creek]
pak bagus pun langsung menghidupkan gpsnya, mobilnya masih melaju dalam kecepatan pelan hingga dia membutuhkan waktu sekitar 45 menit untuk sampai tujuannya,
dan sesampainya dia di islais creek pak bagus langsung turun dan mendatangi seorang pria yang sedang duduk di salah satu bangku yang ada disana, lalu dia mendudukan dirinya di samping pria tersebut,
dan pria yang di sebelahnya memberikan sebuah kotak berisi cerutu, pak bagus mengambilnya lalu pria itu menyalakan korek dan memberikannya pada pak bagus,
"terlalu lama, apa kau sudah terlalu tua untuk menyetir sendiri" sahut pria itu
pak bagus mendengus, "jalanan penuh salju, kau ingin aku mengalami kecelakaan. bukankah konyol seorang Bagus Raharjo mengalami kecelakaan karena jalanan yang licin"
"terserah padamu, oh ya selamat natal gus, tidak kah kau mengajaku untuk makan bersama?" tanya pria itu
"selamat natal juga untukmu, dan soal makan bersama kita lakukan lain kali, ini bukan saat yang tepat, bukankah kita sepakat untuk bertemu sebelum natal, tapi kenapa pada saat natal kau baru mengabariku"
pria itu menghisap cerutunya "kau yang pergi tiba-tiba, aku sudah pergi bersama ajudanmu tapi ternyata tidak kau tiba-tiba sudah terbang kesini dengan keluargamu, jadi siapa yang salah kali ini?"
"dasar kau tua bangka tidak mau mengalah" umpat pak bagus
"lalu sekarang apa yang kau inginkan dariku?"
kini giliran pak bagus menghisap cerutunya, menyadarkan punggungnya ke kursi itu "Black Jasmine, siapa dia sebenarnya?" tanyanya
"kenapa kau bertanya tentangnya? apa dia menggangumu atau keluargamu?"
"hanya ingin tau, dan sepertinya aku baru saja menemuinya"
pria itu pun mengerutkan alisnya "maksudmu?"
"grietta, dia membawanya ke rumah kemarin malam, untuk makan malam bersama, mata ku tidak mungkin salah darius" kata pak bagus yakin
pria yang diketahui bernama darius itu pun sedikit terkejut "apa benar BJ datang ketempatmu?"
"aku yakin, kau sudah sangat mengenalku, aku tidak mungkin salah mengenali seseorang" ucapnya tegas
"lalu sekarang bagaimana?" tanya darius
"bisakah kau mencari tau siapa dia? sebenarnya aku sama sekali tidak mengingingkan grietta dekat dengannya, tapi aku melihat putriku sangat bahagia saat ada dia"
"arial abimanyu, dia menggunakan nama itu, cari tau tentangnya, ini kali pertama aku tidak bisa tegas terhadap diriku sendiri, aku tidak bisa mengorbankan kebahagiaan grietta hanya karena dia berhubungan dengan seorang pembunuh bayaran" lanjut pak bagus
darius sedari tadi diam mendengarkan permasalahan teman karibnya itu "jadi itu yang mengalihkan perhatiannya saat ini" batinnya
pak bagus yang sedari tadi merasa berbicara sendiri pun menepuk pundak darius pelan "kau mendengarkanku atau tidak?" ucapnya
"hmm akan aku coba untuk cari tau, tapi bisa kau kabari lagi apabila dia datang menemui grietta"
"akan ku kabari, tapi sepertinya mereka akan pergi kesuatu tempat, ibunya sudah memberikan lampu hijau untuk hubungan mereka" ujar pak bagus
darius mendengus kasar "kau sampai sekarang sangat takut pada istrimu, terkadang aku masih tidak percaya kau seorang mafia yang kejam saat kau sedang berinteraksi dengan keluargamu''
"bukankah kau juga begitu?" jawab pak bagus dengan sedikit meledek
"kau tau aku melakukannya karena sebuah perjanjian"
"hmm,baiklah akuu harus pergi, rienne menyuruhku membeli sekotak donat krispy kreme" pak bagus pun beranjak dari tempat duduknya
"sampai jumpa teman lama"
darius pun hanya tersenyum tipis, setelah mendengar suara mobil pak bagus menjauh, darius pun langsung mengambil ponsel pintarnya, lalu dia menekan beberapa angka
"malam ini kita bertemu ditempat biasa" katanya dan ia pun menutup sepihak sambungan teleponnya, kemudian darius pun pergi meninggalkan islais creek
"Jangan pernah membawanya pulang dengan air mata yang mengalir, tapi bawalah dia pulang dengan senyuman yang tergambar diwajahnya"
-Bagus Raharjo-