Raharjo familly dan arial kini sudah berada di bandara internasional San Francisco, kini grietta tengah memeluk anggota keluarganya satu per satu, sebenarnya pada saat arial menjemput grietta ke rumah tadi pagi ia sudah menjelaskan pada keluarganya supaya tidak usah mengantar mereka akan tetapi ibu beserta kakak-kakaknya ngotot ingin tetap mengantar grietta, dan ia pun hanya menghela nafasnya karena kalau ibunya sudah berkata 'iya' maka semua harus sesuai dengan perintahnya
"grietta dan arial pergi dulu ya ma" ucapnya sambil memeluk ibunya
"hati-hati, jangan lupa beri kabar saat sudah sampai" sang ibu kini melepaskan pelukannya lalu mencium kedua pipi grietta
sedangkan arial kini tengah berjabat tangan dengan pak bagus "saya dan grietta pamit om, dan saya akan jaga anak om, saya pastikan akan membawanya kembali dalam keadaan utuh tanpa goresan apapun" katanya
pak bagus tersenyum sembari menatap lekat arial, "om harap kamu bisa pegang perkataan mu"
setelah berpamitan, grietta dan arial memasuki area ruang tunggu, cuaca pagi itu masih bersalju tapi bisa dibilang cerah, matahari mengintip dari balik awan, dan harapan arial hanya ingin musim dinginnya berakhir
arial mengeratkan pengangan tangannya pada grietta, sesekali ia menciumi punggung tangan kekasihnya itu, grietta yang mendapat perlakuan itu hanya bisa menahan degup jantung yang seakan meronta ingin keluar dari tubuhnya, pipinya merona, anehnya sudah sering ia mendapatkan perlakuan seperti itu dari arial tapi ia masih saja deg-degan,
"kamu tau, ini kali pertama ku mengajak seorang gadis untuk pergi bersamaku" kata arial disela kecupan pada punggung tangan grietta
"benarkah? jangan jadi pembohong, mana mungkin pria setampan dirimu tidak pernah mengajak pergi seorang gadis"
arial menatap grietta, menyelami indahnya mata indah sang kekasih "apa aku pernah berbohong padamu? dan kau baru saja mengakui kalau aku ini memang tampan" ucapnya dengan nada yang sedikit menggoda
"entahlah, kalau soal berbohong bukankah hanya kamu yang mengetahuinya? dan soal tampan tadi itu memang kenyataannya, sampai rasanya ingin ku cabut mata gadis-gadis yang sedari tadi mencuri pandang padamu!" grietta pun melepaskan tangannya dari arial lalu ia melipat tangannya kedapan dadanya sembari membuang pandangan kearah lain
arial terkekeh mendengar ucapan grietta, baru kali ini ia melihat kekasihnya itu terang-terangan menunjukan kecemburuannya, sebenarnya ia sadar beberapa gadis memang mencuri pandangan terhadapnya, itulah mengapa dia mengeratkan pegangan tangannya bahkan sampai menciumnya berkali-kali
"hey pacarku ternyata bisa cemburu juga ya.." bisik arial di telinga grietta
grietta berbalik memandang arial sebal "kamu senang ya di pandangin sama gadis-gadis itu, wajar sih, mereka kan lebih cantik dan seksi ketimbang aku"
arial tanpa pikir panjang mengecup bibir grietta dengan cepat, "sekali lagi bicara kayak gitu, aku cium lagi nih"
"iyal!!! malu ah, jangan di depan umum, dasar nyebelin, tapi aku sayang jadi gimana dong" grietta pun memeluk pinggang arial
arial pun tersenyum senang dengan perkataan grietta, dan ia pun mengecup pucuk kepala grietta
panggilan peswat mereka pun sudah terdengar, lalu arial dan grietta berjalan menuju gate tempat mereka menaiki pesawat, mereka menyusuri garbarata tanpa melepaskan tautan tangan mereka,
sesampainya di pintu pesawat grietta dan arial di sambut oleh pramugari dan ia menunjukan tempat duduk arial dan grietta,
setelah duduk, grietta menatap arial dengan bingung "bukankah kemarin kita memesan ekonomi class ya? kenapa sekarang jadi bisnis?"
arial tersenyum "aku upgrade kelasnya, mana mungkin aku biarin kamu duduk empet-empetan di ekonomi sayang"
"kan namanya buang-buang uang sayang, lagian cuma satu jam doank gak papalah"
"kaki aku panjang sayang, capek kalau di tekuk terus" arial mengeluarkan jurus puppy eyesnya, dan grietta pun hanya menghela nafasnya, ia sudah tidak punya argumen untuk itu karena memang kenyataannya kaki arial memang panjang, dan setelah itu tidak ada perdebatan karena selama perjalanan grietta lebih memilih tidur dan arial kini tengah membaca buku kesukaannya
hampir satu jam mereka menempuh perjalanan udara, dan sampailah mereka kini di bandara internasional McCarran Las Vegas, lalu arial sedang mengambil koper mereka berdua sedangkan grietta menunggu arial di luar,
tak lama kemudian arial datang, lalu ia mengambil ponselnya untuk menelfon seseorang, dan tak selang beberapa lama, seorang pria paruh baya datang menghampiri mereka "Mr.abimanyu" ucap pria itu
"oh francis, how are you" arial menjabat tangan pria bernama francis tersebut
"i'm fine sir, thank you, and your car is ready" ucap francis
"okey, let's go" arial menggandeng tangan grietta dengan francis di depannya membawa koper mereka
"siapa yal?" tanya grietta penasaran
"francis, dia yang sering nganterin aku kalau aku lagi motret di sini" bohong arial, sebenarnya francis adalah salah satu pegawai ayahnya dan orang kepercayaan arial, bisa dibilang ia seorang pembersih, dan ia percaya francis tidak membocorkan apapun pada darius
mereka pun meninggalkan bandara untuk menuju ke hotel, mata grietta berbinar saat mengetahui ia pergi salah satu kota terindah di dunia, banyak area casino, hotel-hotel mewah, dan masih banyak lagi, arial yang sedari memperhatikan grietta hanya tersenyum senang saat kekasihnya itu bahagia
ia merasa puas saat bisa membuat grietta tersenyum, "gimana kamu suka kota ini?" tanya arial
"suka banget! yal, makasih ya udah ajakin ke sini" grietta pun langsung mengecup pipi arial
setelah hampir setengah jam mereka berputar-putar mengelilingi kota, sampailah mereka ke hotel yang sudah di pesan oleh arial, The Venetian Resort, salah satu hotel terbaik di Las Vegas, mata grietta masih berbinar saat ia melihat bangunan hotel yang megah ini,
"i take the car, you can go home" ucap arial pada francis
"yes sir, have fun" francis pun meninggalkan arial, lalu ia memberikan kuncinya pada bagian valet parkir
lalu mereka berdua masuk kedalam hotel tersebut, mata grietta semakin berbinar saat memasuki area lobi hotel, arial pun menyuruh grietta untuk duduk di salah satu sofa yang ada disana sedang kan arial pergi untuk mengecek reservasi yang sudah ia buat
tak lama kemudian arial dan grietta pergi menuju kamar mereka, arial memesan kamar dengan 2 ranjang di dalamnya, karena ia harus terus mengawasi grietta karena penyakitnya
setelah sampai, ia tak lupa memberikan beberapa tips untuk bel boy yang membantu ia membawakan barang-barangnya, grietta membuka pintu kamar mereka, dan sekali lagi ia dibuat kagum dengan interior kamar yang modern tapi minimalis,
kamar ini seperti satu unit apartment, yang lengkap dengan ruang tamu,kamar dan juga area meja makan,
grietta pun langsung memeriksa kamar mandi, dan benar saja untuk ukuran kamar mandi ini bisa dibilang sangat luas, dengan bath tub, shower dan kaca yang besar dengan dinding kamar mandi yang bisa di bilang sangat mewah
"gila kamu sayang! ini kamar bagus banget, udah kayak apartment, kayaknya kemarin juga bukan ini kan yang kita reservasi, kenapa jadi kamar ini ya??" tanya grietta
arial mendatangi grietta, "aku mau kasih yang terbaik buat kamu" ucapnya sembari mengambil dagu grietta lalu mendekatkan pada wajahnya, perlahan ia mengecup bibir manis wanita yang dicintainya itu, lalu kecupan kini berubah menjadi lumatan-lumatan yang dalam, hingga grietta perlahan menjauhkan wajahnya untuk sedikit mengambil nafas,
"kamu memang yang paling terbaik sayang!" kata grietta sembari memeluk arial dengan eratnya
"apapun itu akan ku perjuangkan untuk kebahagiaanmu bahkan berlian yang kumiliki tak sebanding dengan kebahagiannmu"
-Arial Abimanyu-