"ada apa kau datang kemari" arial pun langsung bertanya pada ayahnya saat grietta memutuskan untuk beristirahat di kamar
darius menghisap cerutunya, "tidak apa-apa hanya memastikan kau benar ada di sini"
arial mendengus kesal "apa ada sesuatu yang penting sampai kau datang kemari?"
"tidak juga, aku hanya ingin melihat siapa wanita yang mengambil perhatianmu, dan ternyata kau pintar juga mencari kekasih" senyum tipis tergambar pada wajah darius sedangkan arial jengah dengan perkataan ayahnya itu
"jangan pernah kau libatkan grietta dalam segala apapun yang kita lakukan, aku sama sekali tidak ingin dia tau bahkan terlibat dan kalau sampai dia tergores sedikit karena ulahmu maka aku benar-benar akan membunuhmu"
darius hanya diam sembari menghisap cerutunya seakan tidak perduli dengan ancaman anaknya itu, dia sudah sangat kebal dengan hal yang dilakukan arial
"kenapa tidak menceritakan tentang keluargamu pada grietta? bukan kah kau malah menumpuk kebohongan yang akan membuatnya terluka, bahkan ketika aku mengatakan semua kebenaran tentang keluargamu dia sudah sangat kecewa, seakan matanya berkata, aku tidak mengenal pria yang ku kencani"
arial seketika terdiam, memang yang dikatakan ayahnya itu benar, dia hanya menumpuk kebohongan dengan kebohongan lainnya, arial tau bahwa ia hanya akan menyakiti grietta pada akhirnya
"urusan itu biar jadi urusanku, lagi pula aku sudah siap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi, dan kau apa benar kau kesini hanya untuk itu, kalau tidak aku tidak akan melakukan apapun selama disini, aku hanya ingin bersamanya tanpa gangguan apapun, bahkan kau, jadi pergilah dari sini" usir arial
darius mendengus saat arial mengusirnya "aku hanya ingin agar gadis itu tau kebenaranmu walau hanya sedikit, wajahnya yang cantik sayang sekali kalau sampai mengeluarkan air mata, ku harap kau tidak menyakitinya, kalau kau menyakitinya maka seorang akan menghabisimu" darius pun meninggalkan arial
arial masih terdiam dia mengingat foto-foto grietta yang dikirimkan ke apartmentnya, sampai sekarang ia belum tau siapa yang mengirimkan itu, ia tau darius tidak mungkin berbohong, kalau ia sudah mengatakan ia tidak melakukannya maka sampai mati pun ia disuruh mengaku maka tidak akan membuka mulutnya,
ia pun menghela nafasnya dan menyusul grietta untuk menenangkan gadis itu, ia tau bahwa semua yang dikatakan darius pasti membuatnya berfikir arial tidak akan mengatakannya, di kepalanya ini penuh dengan cara menenangkan kembali grietta,
arial pun mengetuk pintu dan grietta membukanya, lalu grietta mendudukan dirinya di sofa ruangan itu sembari menonton sebuah film demi mengalihkan pikirannya
"maafkan aku, seharusnya aku memberitahumu lebih awal tentang keluargaku, tapi aku malah tetap menundanya hingga waktu yang tidak tau sampai kapan" arial pun langsung mengutarakan hal yang ada dalam pikirannya saat ini
gadis itu masih diam, hingga setetes air mata lolos begitu saja melewati pipi pucatnya
"maafkan aku griet, jangan menangis please, ini membuatku menjadi semakin merasa bersalah" l
grietta pun menoleh kearah arial, menampilkan senyuman yang begitu dipaksakan, "gak papa, mungkin memang butuh waktu, aku tau ini memang semua berjalan terlalu cepat, bahkan hubungan ini seperti dipaksakan" ujarnya
arial menggeleng "tidak, tidak, aku yang salah, terlalu rumit sayang untuk di ceritakan, keluargaku tidak sesempurna keluargamu, terlalu banyak kenangan pahit hingga aku bingung untuk memilah hal yang pantas untuk di ceritakan padamu"
"bukankah aku sudah bilang jangan ada kebohongan diantara kita, aku sudah jujur dengan semua hal yang tentang aku, bahkan yang terburuk sekali pun, tapi kenapa tidak denganmu, apa menurutmu aku ini orang yang jahat sehingga tidak ingin menerima masa lalumu yang buruk sekali pun" kini grietta benar-benar tidak bisa menahan air matanya lagi, ia benar-benar terisak dadanya begitu sesak,
"bukan begitu griet, tapi cukup sulit untuku griet mengertilah, kali ini saja ku mohon maafkan aku, aku janji akan memberitahumu semuanya saat aku sudah benar-benar siap"
grietta menatap pria itu, lalu dengan cepat ia mengambil tasnya dan beranjak dari hadapan arial, tapi dengan cepat pria itu menahan tangannya "mau kemana, pembicaraan kita belum selesai" ucap arial
"lepas! aku hanya ingin mencari udara segar, terlalu sesak di sini" grietta berusaha melepaskan genggaman tangan arial
"aku ikut, kau disini tanggung jawabku, tidak akan ku biarkan kamu sendirian melalang buana gak jelas di luar sana" arial pun berdiri lalu grietta menatap pria itu dengan tajam, dia menghela nafasnya lelah lalu berjalan keluar kamar di susul arial di belakangnya
mereka pun berjalan keluar dari hotel, langkah kaki grietta berjalan lurus mengikuti arah trotoar, matanya menatap langit yang begitu indah saat itu, tapi ia tak bisa menahan sesak di dadanya, arial yang berjalan dibelakang grietta menatap punggung kecil gadisnya itu, ingin sekali ia merangkul grietta, tapi ia tau ketika ia merangkul gadis itu maka ia akan menolak dan malah meninggalkan arial sendirian
grietta masih saja berjalan tanpa tau tujuannya kemana dan arial masih saja mengikutinya, sampai langkahnya terhenti di depan air mancur belagio, grietta mendudukan dirinya di jalan yang menghadap ke air mancur tersebut, matanya menatap lurus kearah air mancur tersebut,
arial pun mengikuti apa yang di lakukan grietta, tapi kali ini ia mendudukan dirinya di sebelah gadis itu, ia tak menatap ke arah air mancur, tapi matanya tetap tertuju pada wajah pucat sang kekasih, walau ia yakin grietta sudah memoles wajahnya dengan make up tapi tetap saja tidaklah bisa menutupi betapa pucatnya wajahnya
lalu pandangan arial beralih kearah tukang ice cream keliling dan ia pun segera berlari membuat grietta mengerutkan alisnya tapi ia tak mengikuti kemana perginya arial, lalu kembali ia melihat air mancur tersebut
dan tiba-tiba saja arial kembali dengan membawa 2 corn ice cream lalu arial memberikan satu corn untuk grietta, dan gadis itu menerimanya,
"kata orang kalau suasana hati sedang buruk ice cream bisa sedikit membantu meringankannya" sahut arial tapi tak ada tanggapan dari gadis itu, grietta sibuk melahap ice cream yang ada di tangannya
arial tersenyum senang saat melihat grietta, ia tau secara tidak sadar grietta menampilkan ekspresi yang menggemaskan saat ia melahap ice creamnya, lalu ia melihat sudut bibir grietta terdapat ice cream yang menempel sontak arial menggunakan ibu jarinya untuk mengusap sudut bibir grietta yang membuat gadis itu kaget, lalu menatap kekasihnya itu,
"kamu makan celemotan jadi aku bersihin" ucap arial
"maaf" grietta pun akhirnya bicara "maaf kalau perkataanku tadi seperti orang yang egois, aku hanya kecewa karena mendengar cerita tentang keluargamu bukan dari mulutmu sendiri melainkan ayahmu yang aku bahkan tidak tau kalau itu ayahmu" grietta menundukan kepalanya, lalu arial pun mendekati gadis itu untuk mengangkat kepalanya kembali
"tidak apa-apa, aku juga minta maaf kalau aku tidak menceritakan apapun padamu, tapi memanglah aku mencari saat yang tepat untuk menceritakan semuanya"
grietta mengangguk lalu ia memeluk kekasihnya itu, arial pun tidak tahan juga untuk mendekap erat tubuh mungil grietta "ternyata benar ya ice cream bisa membuat suasana hati yang buruk menjadi baik" lalu ia mengecup pucuk kepala gadisnya dan kembali menatap air mancur yang ada di depan mereka..
"jujur saja aku kecewa, tapi kecewaku tidaklah lebih besar dari rasa sayangku padamu"
-Grietta Edelweis Raharjo