suasana pagi itu sangat dingin, suhu mencapai -3 derajat celcius, tapi tidak mengurungkan niat arial untuk pergi ke rumah grietta hari ini,
baru saja darius,ibu anita dan rena sudah kembali ke kediaman sang ayah, sebenarnya ibunya masih ingin bersama dengan arial, tetapi mereka hanya membawa sehelai baju yang menempel di badan jadi apaboleh buat mereka harus pulang pagi itu
arial menyesap wedang jahenya di temani suara musik yang dia putar melalui ponsel dan di sambungkan pada speaker bluetoothnya, matanya terpejam menikmati setiap alunan musik yang terdengar, sesekali dia pun bersenandung,
suasana hatinya sangat baik saat ini, bukan karena dia ingin menemui grietta saja, karena hari-harinya diisi dengan begitu banyak senyuman yang tergambar pada paras tampannya,
sudah di siapkannya rencana liburan berdua dengan grietta ke las vegas, mulai dari tiket pesawat hingga hotel yang akan mereka tempati selama disana,
arial juga menimbang beberapa hal dalam melilih hotel yang akan ditinggalinya, mulai dari fasilitas hingga jarak ke rumah sakit terdekat, ya walau waktu mereka hanya 3 hari tapi arial perlu memikirkan secara matang,
dikarenakan kondisi grietta yang saat ini tidak sedang dalam kondisi sehat, ia hanya memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi nantinya, ia berharap rencananya di setujui oleh orang tua grietta,
setelah dihabiskannya wedang jahe kesukannya dia pun mengganti pakaiiannya, dan langsung turun ke basement tempat ia memakirkan mobilnya, dilihatnya kembali deretan mobil mewah yang ia beli hasilnya mengambil nyawa orang lain, ia hanya menghela nafasnya, lalu ia pun beralih kemobil kesayangannya, volvo silver miliknya, walau ini tergolong murah dibanding deretan mobil-mobilnya yang lain tapi ini adalah pemberian sang ibu, saat ulang tahunnya yang ke 20, walau sebenarnya di usia segitu dia sudah mempunyai mobil mewah seperti porsche atau lamborgini, tapi dia lebih memilih memakai volvo silver pemberian ibunya
kini dia pun melesat membelah jalanan san francisco yang masih tertutup salju tipis, pemandangan berwana putih begitu melekat di hari itu, ingin rasanya musim segera berganti, jujur saja arial begitu merindukan musim semi yang sedikit hangat dan tentu saja berwarna
dan berharap sang ayah bisa berhenti membuatnya menjadi seorang monster yang bisa mengamuk kapan saja, karena semakin hari ia semakin menikmati saat dia menghabisi nyawa orang lain,
beruntung sekarang ada grietta yang menjadi sandarannya, sekali pun dia belum tau tentang pekerjaan asli arial, tapi setidaknya wajah menenangkan grietta bisa membuatnya mengeluarkan sisi baiknya
lalu untuk mengenalkan grietta pada ibu dan adiknya, dia masih perlu berfikir panjang, karena saat dia mengenalkan grietta maka,dia harus siap mengambil resiko bahwa ayahnya juga akan tau mengenai grietta dan sudah di pastikan nyawa gadisnya akan terancam
arial kini sudah memasuki komplek perumahan dimana grietta tinggal, mobilnya perlahan berhenti ketika dia sampai di rumah sang pujaan hati, lalu ia menekan bel pintu dan beruntung grietta yang membuka pintu lalu menyambutnya dengan pelukan hangat "aku merindukanmu" bisiknya
arial mengeratkan pelukannya "aku juga"
merka pun masuk ke dalam, ternyata semua sedang berkumpul di ruang keluarga, menikmati secangkir coklat panas dan cookies buatan nana, arial disambut dengan hangat oleh keluarga grietta membuat hati arial meghangat,
arial duduk disamping grietta, lalu ia menuangkan coklat panas ke dalam cangkir lalu ia memberikannya pada arial,
ia menyesap perlahan coklat panas tersebut "gimana? enak?" tanya grietta
arial mengangguk "ini enak, kamu yang buat?"
"iya, dan cookies ini buatan nana, cobain deh" grietta mengangkat piring berisi cookies dan memberikannya pada arial,
arial mengambil cookies itu lalu memakan sebagian dari cookies itu "enak, gak terlalu manis tapi renyah di luar lembut banget di dalamnya" puji arial, lalu ia mengambil coklat panas miliknya lalu mencelupkan cookies tersebut ke dalam coklat panas
grietta yang melihat itu langsung terkekeh melihat kelakuan kekasihnya itu, cara dia memakan cookies persis seperti anak kecil,
"nah, begini lebih enak, naa boleh aku minta cookiesnya buat di bawa pulang" nana pun sedikit kaget dengan reaksi arial dengan cookies buatannya
"seenak itu kah cookiesnya? hmm di belakang masih ada nanti biar grietta yang bungkuskan oke" kata nana
grietta pun mengangguk, lalu ia menatap arial dengan pandangan rindu, baru satu hari ia tidak bertemu dengan kekasihnya itu, rasanya sudah seperti 1 tahun tidak berjumpa, ia tidak bisa membayangkan kalau ia akan kembali ke indonesia, lalu bagaimana hubungan ini nanti akan berjalan, bisakah dirinya dan arial bertahan di tengah jarak yang akan memisahkannya
begitu banyak pertanyaan dalam benak grietta, tapi ia berusaha untuk tetap tenang dan mencoba menjalani saja hubungan ini,
mereka semua masih menikmati kehangatan coklat panas, dan arial tengah menyusun kata-kata untuk meminta izin pada orang tua grietta terkait rencananya dan sang kekasih
mata arial melirik sana sini mencoba membaca suasana hati masing-masing anggota keluarga, setelah dirasa ia yakin maka ia menarik nafasnya perlahan, lalu menghembuskannya untuk menghilangkan rasa gugupnya "ekhem..." suara deheman arial membuat semua menoleh kearahnya
"kenapa yal?" ucap grietta yang menatap kekasihnya itu dengan pandangan bertanya
kembali arial menghembuskan nafasnya lalu mengeluarkannya lagi "hmm sehubungan dengan om, tante serta keluarga yang akan kembali ke indonesia, saya ingin menghabiskan waktu bersama anak om dan tante dengan cara liburan singkat ke Las Vegas, sekitar 3 hari"
semua orang menatap arial dengan mengerutkan alis mereka, "maksudnya kamu mau bawa grietta ke Las Vegas gitu?" kata gilang
arial mengangguk ragu karena tatapan sang kakak sulung sudah dalam mode protektifnya
sedangkan grietta tersenyum senang saat mendengar rencanya kekasihnya itu lalu memandang keluarganya dengan penuh harap
"gak!!" sahut gilang dan guntur serentak, "gak boleh!! kalau grietta kenapa-kenapa kamu mau tanggung jawab! pokoknya gak boleh!" lanjut guntur dan ditanggapi anggukan oleh gilang
"hissh!! diem kak!! arial kan tanya sama mama papa bukan kakak!" kata grietta
"dia minta izin sama mama papa ya berarti juga sama kami berdua dong?!" protes guntur
grietta pun langsung membuang wajahnya kearah lain, dia sudah jengah melihat ke over protektifan kakaknya itu sedangkan ibu rienne hanya menggeleng heran karena terkadang memang gilang dan guntur keterlaluan tapi ia tau maksud kedua putranya itu hanya ingin melindungi grietta saja
sedangkan pak bagus masih diam,tapi di dalam kepalanya sudah banyak yang ia pikirkan, terlebih darius belum memberikan kabar mengenai kebenaran black jasmine alias arial abimanyu, ibu rienne yang sedari tadi juga memperhatikan suaminya itu pun menyenggol sang suami dengan sikutnya, seakan mengerti maksud istrinya akhirnya pak bagus pun membuka suaranya
"hmm begini ya nak arial, sebenarnya om sedikit keberatan dengan rencana kamu, bukan hanya tentang kesehatan grietta yang om pertimbangkan, tetapi juga grietta adalah anak perempuan yang harus om jaga, seandainya grietta itu lelaki om akan izinkan, tapi ini cukup berat untuk om" mendengar penuturan sang ayah grietta pun kecewa dan perasaan yang sama juga dirasakan arial,
sebenarnya dia sudah menyiapkan hatinya untuk jawaban terburuk yang akan di dengarnya, rasanya kecewa tapi memang benar yang di katakan oleh pak bagus, tidak semudah itu untuk melepas anak perempuannya untuk pergi bersama lelaki lain
"kalau mama boleh saja tapi hanya 2 hari apa cukup" suara ibu rienne membuat semua orang menoleh kearahnya dengan tatapan tak percaya
"yang bener aja ma, kondisi grietta yang mesti kita pertimbangkan" ucap gilang sembari mengusap wajahnya kasar
ibu rienne menggedikan bahunya "mama hanya ingin grietta senang, lagi pula arial akan menjaga grietta kan?" tatapannya menuju pada arial seakan meminta jawaban
"tentu saja tante, saya akan menjaganya, dan bertanggung jawab atas grietta" kata arial yakin, dibalas dengan senyuman lega sang calon ibu mertua
pak bagus yang mendengar pernyataan istrinya itu hanya menghela nafasnya kasar, apa boleh buat sang istri sudah menyampaikan keputusannya, dan ia tau bahwa istrinya yang memegang kekuasaan tertinggi dalam rumah tangganya
"hmm baiklah, mama mu sudah bicara, papa tidak bisa berbuat apa-apa, tapi bisa kau jamin putriku akan tetap aman?" tanya pak bagus dengan nada yang cukup tegas akan tetapi reaksi berbeda di tunjukan oleh kedua kakak grietta yang tak percaya dengan keputusan sang ayah yang cepat sekali berubah
"dia memang bucinnya mama" batin mereka
arial mengangguk yakin "saya bisa jamin om, bahwa grietta akan kembali ke rumah ini tanpa cacat sedikitpun dan saya akan berikan detail tiket dan hotel yang akan kami tempati nantinya"
"hanya untuk berjaga-jaga, bisakah kalian menginap dalam satu kamar yang sama tapi twin bed? dan aria jangan berfikir untuk macam-macam dengan anak tante" kembali pernyataan ibu rienne membuat pak bagus dan kedua kakak grietta cengok tak percaya
"ma yang benar saja!!" sahut guntur
"lebih baik seperti itu, karena kondisi grietta, mama hanya takut kalau grietta tidur sendiri nanti kalau seandainya dia kambuh atau bagaimana bisa terlambat penanganannya, memangnya kamu mau tanggung jawab kalau adikmu kenapa-kenapa?" ujar ibu rienne
gilang dan guntur hanya memutar bola matanya jengah, ia tau sia-sia berdebat dengan sang ibu karena tetap saja ia tidak akan mau mengalah
arial pun tersenyum senang, dia mengambil tangan grietta lalu mengecupnya sayang, "bersiapah besok aku akan menjemputmu" bisiknya, lalu ditanggapi anggukan kepala oleh grietta
pak bagus pun memperhatikan interaksi putrinya dengan arial, dia memang bisa melihat rona bahagia di wajah grietta, hanya saja kekhawatira tetap saja menghantui, kalau-kalau arial harus melakukan hal yang tidak diinginkannya
hari semakin sore, arial sudah meninggalkan rumah grietta, dan tentang tiket pesawat serta hotel mereka mereservasinya bersama dengan sang kekasih tentu saja ada campur tangan ibu rienne
di tengah perjalanan pulang ponselnya berbunyi, menapilkan sebuah pesan, lalu diberhentikannya mobil tersebut dan dibukanya pesan tersebut
-Unknown-
arial melemparkan ponselnya ke jok mobil sebelahnya, dalam hatinya mengumpat, dalam pikirannya hanya ada kemarahan yang tertuju pada satu orang "DARIUS ABIMANYU!!" teriaknya
"disaat aku mulai tersenyum kembali, kenapa kau datang dengan segala tingkah brengsekmu! apa tidak cukup semua derita yang kau berikan padaku! bisakah sekali saja aku hidup tenang dalam duniaku sendiri? atau bisakah kau menghilang dari bumi ini? apa perlu aku yang menghilangkamu!"
-Arial Abimanyu-