Chereads / Black Jasmine / Chapter 8 - Bagian 7 : Secangkir Kopi Perkenalan...

Chapter 8 - Bagian 7 : Secangkir Kopi Perkenalan...

satu gelas hot americano dan hot latte pun tersaji di atas meja, suasana masih saja terlihat canggung, grietta yang mencoba untuk mengalihkan pandangannya ke tempat lain, sedangkan arial coba untuk mencuri pandang ke arah grietta, tidak habis pujian arial lontarkan dalam hatinya melihat wajah grietta yang tak bosan dilihatnya

"kau ini benar-benar hanya mengajaku minum kopi ya" suara grietta memecah keheningan diantara mereka

arial pun langsung tersentak mendengar suara grietta yang memecah keheningan malam itu "maaf, aku tidak tau harus mulai dari mana untuk bicara, sejujurnya ini kali pertama aku berkenalan dengan seorang gadis" ujarnya

"hah??? bohong itu gak dilarang sih tapi jangan kebangetan gitu dong, masa iya udah belom pernah deket sama cewek sih" kata grietta sembari menyesap perlahan hot lattenya

arial menggelengkan kepalanya, lalu mengangkat tangannya membuat tanda 2 pada jarinya "sumpah deh, kalau bohong bakalan ketabrak mobil habis nganterin kamu balik pulang ntar"

grietta pun terkekeh lalu melirik kearah jalanan "sana kamu berdiri di tengah jalan kalau ketabrak berarti kamu bohong"ucap grietta santai

"ya kali di tengah, udah pasti ketabrak itu" balas arial yang membuat grietta mendengus lalu tertawa dengan lepasnya, arial yang melihat itu pun hanya memandang wajah grietta dan senyuman tercetak jelas pada wajah tampan arial

"ngomong-ngomong kamu kerja atau liburan di sini?" tanya grietta

pertanyaan grietta pun sontak membuat senyuman arial hilang perlahan "aku? liburan sambil kerja, ya tapi gak full time, kalau ada job aja baru kerja" ucapnya setengah gugup dan berharap grietta tidak bisa membaca kegugupannya saat ini

grietta pun mengerti lalu dia memanyunkan bibirnya "apapun kerjaanya pasti itu menarik, bisa liburan sambil kerja, pengen deh kayak gitu, lagi cari lowongan gak kantor kamu, siapa tau aku bisa kerja disitu?"

arial pun tersenyum tipis menanggapi ucapan grietta "sayangnya gak ada, lagi penuh semua, lah memangnya kamu gak kerja?" tanya arial mencoba mengalihkan pembicaraan

grietta memandang latte yang kini mulai mendingin lalu menggeleng perlahan, tersenyum paksa seakan meremehkan takdir yang saat ini sedang bermain dengannya " aku kerja kok, bolak balik rumah sakit terus kerjaan ku" ucapnya sarkas

"ah, kamu dokter?" tanya arial lagi dan kembali grietta menggeleng

"oh perawat kan??" grietta masih saja menggeleng

"hmm, apoteker?" jawaban grietta tetap sama

"receptionis?og?tukang antar makanan di rumah sakit?" grietta pun tertawa perlahan mendengar pertanyaan arial

"bukan" jawab grietta

arial mengerutkan kedua alisnya "lah terus apa, kayaknya semua profesi udah aku sebutin deh, memang ada lagi?" tanyanya bingung

"pasien, yang itu yang belum kamu sebutin" kata grietta sambil meneguk lattenya

"pasien? kamu sakit griet?" tanya arial khawatir

grietta memandang arial dengan senyuman terbaiknya malam itu lalu dia menganggukan kepalanya perlahan "memangnya muka ku gak kayak orang sakit ya?" lanjutnya

"enggak, sama sekali, terus itu alasan kamu mau bunuh diri tadi?"

"aku udah nunggu donor hati hampir 4 tahun tapi gak pernah ada yang cocok, aku udah muak sama kondisiku sekarang, hmm aku rasa badan ini bukan semakin sehat tapi semakin rapuh" jelas grietta

arial memandang grietta "oke" ucap arial tegas

grietta memandang bingung dengan jawaban arial "oke? maksudnya? kamu gak nasehatin aku gitu atau apa?" ujar grietta dengan nada yang sedikit menuntut

arial mendengus pelan "aku gak suka ngedengrin penderitaan orang lain, kalau soal nasehat tadi di jembatan aku udah kasih kamu nasehat, lagian juga gak usah terlalu dipikirin, jalanin aja yang ada sekarang, coba buat nikmatin hidup, gak usah mikirin yang aneh-aneh yang bikin kamu jadi stres, singkatnya coba untuk bahagia aja" ucap arial sembari menempelkan punggungnya pada sandaran kursi

"kali ini kamu yang aneh, bukan aku" kata grietta

"bisa jadi"balas arial.

arial pun menengok jam yang ada di tangannya, waktu sudah menunjukan pukul 1, dia pun menghabiskan americanonya lalu menoleh pada grietta "sudah jam satu, kata orang anak perawan gak boleh pulang larut, ayo aku antar pulang" lanjut arial

ucapan arial ditanggapi anggukan perlahan dari grietta, mereka pun berjalan menyusuri jalan setapak kearah tempat mereka memakirkan mobil, seperti tadi arial membukakan pintu untuk grietta dan setelah itu arial mengantarkan grietta kembali pulang

hampir setengah jam perjalanan mereka tempuh, dan sepanjang perjalanan grietta sudah tertidur, arial sesekali menoleh kearah grietta, dan tanpa sadar dia tersenyum melihat kedamaian dalam wajah grietta saat dia tertidur

mobil mereka pun memasuki komplek perumahan, ya bisa dibilang cukup elit, karena semua rumah yang ada di sini kalau tidak luas ya pasti bertingkat, sesampainya di rumah yang di maksud, arial membangunkan grietta dengan perlahan, grietta pun mengerjapkan matanya beberapa kali, lalu menoleh kearah luar jendela

"sudah sampai ya?" tanyanya

"sudah, ayo bangun, aku harus bertanggung jawab pada keluargamu karena membawamu selarut ini" ujar arial

mereka pun keluar dari mobil, baru beberapa langkah mereka memasuki halaman, pintu depan rumah sudah terbuka menampakan kak guntur dan nana dengan wajah yang sulit diartikan.

grietta sudah pasti mengerti kalau kakaknya itu jelas marah dan khawatir, tapi lain cerita kali ini, grietta tidak sendiri, dia bersama seorang pria yang baru saja dikenalnya, grietta menatap kakaknya itu dengan senyuman tanpa dosa,

"kak maa..."

BRUKKK

"KAK GUNTUR!!!" teriak grietta saat satu pukulan mendarat di pipi mulus arial hingga membuat sang empunya pipi tersungkur

"siapa kamu berani-berani bawa adik saya?!!" tanya guntur yang sudah mengambil ancang-ancang untuk memukul arial lagi

"Kak jangan pukul dia, dia gak salah, dia yang nyelametin aku dari kebodohan aku sendiri" jelas grietta yang langsung menahan tangan guntur

sontak guntur langsung menoleh kearah grietta dengan tatapan bertanya "maksudnya?" tanya guntur

"iya, apa maksudnya ta? jangan bilang kamu coba buat bunuh diri lagi" timpa nana

"hmm gimana kalau kita masuk dulu, diluar dingin kak, lagian pipi arial mesti dikompres karena akan jadi bengkak karena kakak pukul tadi" grietta pun membantu arial untuk berdiri sedangkan guntur masuk di susul grietta arial lalu nana,

dan kini mereka sedang duduk di sofa ruang tengah, semua sudah berkumpul begitu juga om gading dan suster diana yang baru saja kembali dari kantor polisi

grietta yang kembali membawa kacang polong beku untuk di kompreskan ke pipi aria pun langsung mendudukan dirinya di samping pria itu, arial mengambil alih kacang polong tersebut dari tangan grietta saat gadis itu ingin mengompreskannya pada pipi arial

"okey, now eksplain! who is this guy?, dan kenapa dia bisa sama kamu larut malam kayak gini?! tanya om gilang

grietta menghela nafasnya "pertama-tama aku minta maaf, soalnya pergi tanpa ijin tengah malam kayak gini, terus yang kedua, ini arial abimanyu, dia udah nyelametin aku yang hampir loncat dari golden gate bridge, terus sebagai ucapan terimakasih, aku traktir dia minum kopi karena udah buat bisa tetep hidup dan duduk sama kalian sekarang" jelas grietta

arial menatap grietta dan di balas dengan anggukan kepala oleh grietta seakan menjelaskan "udah tenang aja, biar aku yang urus"

kak gilang yang mendengar penjelasan grietta pun memijit pangkal hidungnya "ya ampun grietta, kamu kenapa pikiran itu muncul lagi sih, kalau soal donor hati itu, kami semua sedang mengusahakan untuk mencari lagi, jadi tolong jangan buat usaha kami sia-sia dengan pikiran bunuh diri lagi, dan ini udah kali ke 4 kamu kayak gini, dan jujur kakak kecewa banget sama kamu" ujar guntur yang langsung pergi meninggalkan semua yang ada disana dan masuk ke dalam kamarnya

sementara grietta memandang punggung kakaknya yang perlahan menghilang dari tatapannya dengan menyesal,

"jujur ya griett, aku juga kecewa sama kamu, tapi ya udahlah semua udah terjadi dan kamu masih hidup sekarang, aku selalu berharap ini yang paling terakhir, dan buat kamu arial, makasih udah nyelametin sahabat aku, dan maaf soal kak guntur dia memang sedikit protektif sama grietta" kata nana yang dibalas aggukan

"huh, ya sudah, om capek bolak-balik kantor polisi buat nyariin kamu, dan arial, makasih ya, saya gak akan lupain jasa kamu nyelametin keponakan saya, dan kamu jangan khawatir grietta, om sama yang lain belum telfon mama papa kamu di Indonesia jadi kamu masih aman" om gilang pun meninggalkan ruang tengah,

sedangkan suster diana mengisyaratkan grietta untuk mengecek kondisi tubuhnya dan di balas anggukan setuju oleh grietta,

"jadi kamu yang jelasin, padahal aku bilang aku mau tanggung jawab, sorry" ucap arial

" gak papa, lagian di sini aku tersangkanya, oh ya kamu gimana pulangnya, apa nginep sini aja dulu besok pagi baru pulang?"

"gak usah, aku naik bus aja, st bryant gak jauh kok dari sini, jadi tenang aja, dan pukulan kakak kamu sakit juga" arial memberikan kacang polong pada grietta "makasih ya, ini udah mendingan" lanjutnya

grietta pun tersenyum lalu mengantarkan arial sampai depan pintu, "aku pulang, dan sampai jumpa mungkin" ucap arial dengan senyum menggodanya

"haha, mungkin" grietta pun tak kalah dengan senyuman manisnya yang membuat arial jadi enggan pulang, tapi apa mau dikata lebih baik pulang dari pada mendapat hadiah pukulan maut dari kakaknya grietta

grietta menatap kepergian arial, ada yang aneh di hatinya, tiba-tiba terasa kosong, padahal arial adalah orang asing yang kebetulan singgah dalam hidupnya, grietta menutup pintunya sesaat bayangan arial menghilang di tiup angin

"arial abimanyu" bisik grietta lalu dia kembali kekamarnya tanpa menghilangkan senyuman di wajahnya..

arial kini tengah berjalan keluar dari perumahan itu menuju jalan utama untuk ke pergi ke halte, senyumannya tak pudar sedari dia meninggalkan rumah grietta tadi

dia masih berjalan dengan santai,

BRAAKK!!!

suara pukulan terdengar dari belakang kepala arial yang membuatnya tersungkur di tanah

"holly shit!!! what is your problem dude!!" tanya arial sambil memegang kepalanya yang terkena pukulan tadi.

tanpa babibubebo dua pria tadi menyeret arial ke dalam mobil tapi sebelum itu dia mengikat kedua tangan dan kaki arial dengan kabel thies dan melakban mulut dan mata arial

arial mencoba melawan tapi apa daya dua orang tadi sudah curi strat duluan memukul kepalanya hingga kepalanya pusing dan kini dia mencoba pasrah mengikuti permainan sang penculik.