Chereads / Aegis The Twins Bloodless - Exitium / Chapter 15 - Langkah awal

Chapter 15 - Langkah awal

Seketika banyak sekali yang aku bayangkan saat ini, dari awal perjalanan sampai aku berhasil ke tempat ini dan berada dikondisi seperti ini. Dalam benakku terus terbayang wajah orang-orang yang pernah kutemui, dari wajah lama hingga wajah baru terus bermunculan... salah satunya Bu Diana. Bahkan aku bisa melihat orang-orang yang baru aku kenal seperti Fay dan Tony.

Setelah itu aku merasa terbangun, dan saat aku membuka mataku, aku melihat langit yang sangat luas dan besar... aku berdiri di atas bukit yang tinggi, aku dapat melihat pohon-pohon dan sungai yang mengalir dari atas ke bawah.

Dan langit yang kulihat saat ini adalah langit malam yang di penuhi dengan bintang-bintang, sangat indah sekali. Akhirnya aku bisa melihat langit yang normal, tanpa dipenuhi awan hitam.

Lalu beberapa saat kemudian aku melihat seseorang disampingku, siapa dia? Wanita? Siapa? Dia tersenyum kepadaku dan menyenderkan kepalanya di bahuku. Dia seperti seorang bidadari dari surga... aku tak tahu siapa dia, yang jelas kami berdua sedang melihat pemandangan yang luar biasa.

Apakah ini benar mimpi?

Atau....

Apakah ini Surga?

Apakah aku benar mati? Tapi aku tak melihat banyak orang-orang di sini.

Kemana mereka?

Tiba-tiba terlintas di pikiranku wajah Fay, Tony, dan Bu Diana... aku mengingat mereka. Mataku sedikit berkaca-kaca, aku merasakan sesuatu yang pedih di hatiku.

Aku benar-benar telah mati...

Apakah di sini aku masih bisa menonton One Piece?

Apakah di sini aku bisa melakukan ini dan itu?

Sial!

Aku belum ingin mati!

Aku ingin hidup!

AAAAAA!!!!

Tiba-tiba mataku terbuka! Aku melihat seorang gadis cantik, berambut sedang tak terlalu panjang dan mata merahnya. Siapa dia? Bidadari surga? Entahlah, ahh... aku benar-benar sudah mati.

"Ohh kau sudah bangun?"

"K- kau ... ... ....?"

"Hmm?"

Fay?? Bidadari itu... adalah FAYY??? Ahh aku sangat kecewa tapi... tak apa... dia juga cantik, manis dan juga... menjengkelkan! Sialan!

Hmm... ada yang aneh dengan tubuhku.

Ada apa ini...? Aku tak bisa bergerak, dan juga badanku sakit sekali! Arghh!! Sial! Badanku penuh dengan perban, bahkan kepalaku juga, siapa yang mengobatiku seperti ini? Perbanya terlalu berlebihan, aku tak bisa bergerak!

"Aku yang mengobatimu, bersyukurlah."

Fay!!!! Sudah kuduga, pantas saja!! Dia memperban lukaku terlalu berlebihan dan membuang-buang perban... dia sama sekali tak tahu bagaimana caranya menghemat. Lama- kelamaan aku merasa sulit untuk bernapas sialan! Fay sialan! Jika begini aku akan benar-benar mati! Apa tidak ada dokter atau perawat lainnya?

"Mereka sudah mati, tidak ada dokter lagi di sini... maaf jika itu mengganggumu tapi aku yang sudah mengobatimu. Meski aku bukan dokter tapi aku cukup paham dengan sesuatu seperti ini, dan dia memaksa untuk membantu."

Ucap salah satu TNI yang berada disisi lainnya, aku benar-benar tak menyadarinya.

"Terimakasih banyak."

"Tolong jangan berterimakasih, aku yang seharusnya berterimakasih, aku bahkan tak bisa menyelamatkan satupun warga bahkan rekan-rekanku."

"Ah... ya..."

Aku tak tahu harus bilang apa, lagi pula aku hanya beruntung bisa mengalahkannya.

Setelah kulihat-lihat lagi anggota TNI yang berada di sampingku ini juga memiliki banyak perban di tubuhnya, begitu rupanya... mereka juga sudah berjuang keras.

Aneh sekali kemana yang lainnya? Tony di mana dia? Apa dia baik-baik saja?

"Woi kau sudah bangun rupanya, apa kau baik-baik saja?"

Orang yang baru saja aku pikirkan datang juga.

"Aku baik-baik saja, kemana yang lainnya?"

Dia terdiam dan melihat anggota TNI yang berada di depanku, dan dia hanya mengangguk. Ada apa ini? Peraasaanku tidak enak sekali.

"Tunggu di sini."

Ada apa sebenarnya? Kenapa Tony menyuruhku untuk menunggu, dan juga kenapa harus bilang 'tunggu di sini??' untuk bergerak saja aku tak bisa!

Beberapa saat kemudian Tony masuk kembali bersama seorang wanita yang menggendong bayi dan 3 orang lainnya, satu dari mereka menunggu di luar.

"Kau ingat dia?"

Siapa? Aku tak ta—

Tunggu bukankah dia gadis yang hampir mati oleh makhluk itu??

"Aku –"

Tunggu! Setelah dilihat-lihat lagi, aku bukan sekedar tahu! Aku tahu lebih dari siapapun di sini... mungkin. Tidak salah lagi, dia adalah perempuan satu sekolah dan bahkan satu angkatan bersamaku! Dan dia adalah gadis tercantik disekolah, dia seorang bintang... Alice.

Aku yakin sekali dia adalah Alice, meski dia tak mengenaliku, semua orang yang melihatnya pasti langsung kenal.

"Ba-bayimu, bayimu apakah selamat? Diamana dia?"

"Bayi? Ohh... adiku, terimakasih karena telah menolongku sebelumnya."

"Ahh... y-a ya… sama-sama, tak apa."

Adiknya? Entah kenapa aku merasa lega setelah mendengarnya. Lalu seseorang yang lebih tua pun maju mendekatiku dan berterimakasih juga kepadaku.

"Dengarkan aku baik-baik, hanya mereka satu keluarga yang selamat dari kekacauan semalam, tak ada lagi yang tersisa selain kami yang berada di sini."

"Hah...?"

Apa yang dia ucapkan serius? Apa dia hanya bercanda? Tapi dari tatapan matanya dia berkata bahwa dia sangat serius, sebenarnya aku tak terlalu terkejut dengan pernyataan Tony. Karena aku juga melihat dan terlibat langsung dalam kekacauan tersebut, hanya saja aku tak mengira akan sebanyak ini yang meninggal. Tak lama kemudian anggota TNI yang lainnya datang menjengukku, dan sepertinya dia adalah pemimpin mereka.

"Kau sudah sedikit terlihat baik rupanya, bagaimana kondisimu sekarang?"

"Ya, lumayan."

"Begini, aku dan rekan-rekanku benar-benar berterimakasih atas apa yang kau lakukan semalam. Kami sebagai anggota TNI benar-benar malu dengan apa yang terjadi, kami tak bisa melakukan apa-apa dan banyak kehilangan nyawa, kami bersyukur masih ada satu keluarga yang selamat berkat dirimu nak."

Aku hanya diam dan tak bisa menjawabnya, jika boleh jujur waktu itu aku tak tau apa yang aku lakukan, aku hanya bertindak bodoh dan aku tidaklah hebat, aku hanya mengalahkan satu dan menyelamatkan satu. Pada akhirnya aku juga tak bisa berbuat lebih dan menyelamatkan lebih, pada dasarnya aku hanya mencoba menyelamatkan diri sendiri.

"Jangan pernah bertindak bodoh lagi, kau itu lemah. Panggil aku jika butuh bantuan, jangan mati sebelum menunjukan One Piece kepadaku."

Dengan mulut yang masih dipenuhi dengan makanan, Fay berkata seperti itu kepadaku dengan wajah polosnya. Apa dia tak sadar jika dia bahkan tak melakukan apapun semalam? Dan juga kenapa kau memakan makanan yang disediakan untukku? Tapi jika dipikir-pikir lagi kalau dia bangun, mungkin hasilnya akan berbeda.

Saat aku sadar aku selalu beruntung dan selalu selamat dari segala kejadian yang hampir membunuhku membuatku berpikir ulang tentang apa yang pernah Fay ceritakan, mungkin benar jika aku memiliki sebuah takdir yang mengharuskan aku untuk menyelamatkan dunia. Buktinya aku masih bisa bertahan hidup, lagi dan lagi, meskipun semua ceritanya terdengar sangat bodoh. Sebenarnya aku ingin membicarakan ini dengan Fay, tapi lebih baik aku pendam saja, aku tak ingin terlihat bodoh sepertinya.

Dari dulu aku banyak mengeluh dan mengeluh dalam situasi apapun. Sepertinya aku harus banyak bersyukur selagi aku masih hidup, mungkin aku beruntung bisa mengenal dia dan Tony? Entahlah.

Belakangan ini aku merasa sifatku mulai berubah, sebenarnya aku adalah orang yang tak peduli dengan apapun, aku hanya mempedulikan diri sendiri, entahlah... tapi itu yang kurasakan. Aku termasuk orang yang sangat pemalas, namun bukan seperti aku benar-benar seorang pemalas, hanya saja aku tak ingin melakukan sesuatu yang tak seharusnya kulakukan, aku hanya ingin berdiri bebas tanpa beban dan terhindar jauh dari kondisi yang sangat merepotkan.

Tapi kadang tubuhku selalu bertindak dengan sendirinya, aku benar-benar tak mengerti. Dan kini setelah semua yang terjadi di Kota ini, benar-benar berkebalikan dari sifatku yang asli, aku tak tahu apakah ini kemajuan? Atau bukan? Entahlah.

Malam ini adalah malam terkahir kami tinggal di tenda pengungsian ini, semua orang telah berencana akan pergi ke balai kota dipagi esok hari. Setelah sekian lama aku masih tak percaya dengan keadaan Kota ini, padahal beberapa hari lalu aku masih melayani pelanggan di meja kasir dan sekarang aku harus terbaring di atas kasur tipis dengan berbalut perban di sekujur tubuhku, menatap kegelapan abadi, ditemani redup cahaya yang tertelan hitam.

Tak jauh dari tempat tidurku, aku melihat Fay tertidur lelap di tempat tidur miliknya. Akhir-akhir ini dia sering sekali tertidur, bahkan sebelumnya dia sudah tertidur cukup lama dan sekarang dia sudah tertidur lagi, seolah seperti seseuatu akan terjadi. Apakah dia bisa merasakan bahwa besok akan terjadi sesuatu? Entahlah, semoga ini hanya firasat bodohku. Semoga besok, menjadi hari yang paling damai yang pernah ada.

Hahhh…

Hhaaahhh…

….

….

Sial!

Aku tak bisa tidur dengan tenang!

Aku tak bisa berhenti berpikir tentang apa yang akan terjadi di esok hari!

Aku takut jika firasat ku benar, dan besok akan menjadi hari yang sangat panjang!

Arghhh!!!

Aku tak bisa tidur!

Udaranya sangat dingin sekali!

Dan juga... gelap sekali!

Seketika aku menemukan sebatang roko di atas meja, tak perlu berpikir panjang lagi aku langsung mengambilnya dan pergi keluar untuk merokok, berharap akan berefek langsung dan menaikan suhu tubuhku walau hanya sedikit. Dan saat aku keluar tenda, ternyata udara di luar lebih dingin lagi, sialan!

"Bukannya kamu tak pernah merokok?"

Uhh-uh Uhh-uh!!!!

Woooahh! Aku terkejut! Sangat terkejut! Aku terkejut sambil batuk berulang kali, tiba-tiba seseorang menyapaku begitu saja dan dia adalah wanita cantik yang sebelumnya aku selamatkan. Alice... wanita tercantik dan yang paling terkenal di sekolah.

"Hai, apa kabar?"

"Ohh ha-hai hai, ba-baik-baik saja, aku baik-baik saja... k-kamu?"

"Aku baik-baik saja, aku kira kamu bukan perokok?"

"Ya... yaa... aku bukan perokok, ini bukan seperti yang kau lihat. Bukan begitu... aku hanya... mencobanya, dan ternyata memang menyesakkan tak seperti kata orang."

Sebenarnya aku bukan perokok, aku hanya mencobanya dalam keadaan darurat seperti ini saja. Mau bagaimana lagi, suhu Kota bandung saat ini sudah melebihi batas normal. Aku langsung mematikan rokokku dan membuangnya.

Benar-benar satu hal yang tak terduga, dari dulu aku tak pernah sedekat ini bahkan hanya untuk sekedar berbincang hal yang tak berguna seperti ini. Entah kenapa aku bahagia walaupun kita tak bicara banyak, sial! Berada di dekatnnya membuatku benar-benar terdiam membeku, aku gugup sekali.

"Aku masih memikirkan kejadian kemarin, jika tidak ada kamu dan petugas lainnya... mungkin aku dan keluargaku sudah meninggal. Mudah-mudahan besok akan baik-baik saja, jaga dirimu baik-baik... dan juga... berhentilah merokok. Selamat malam...."

Dia tersenyum lalu pergi.

Mimpi apa aku semalam? Tubuhku seakan melayang-layang, tak sia-sia aku keluar... tubuhku bahkan lebih hangat dari sebelumnya, ya... ha... hahaha.... sialan, aku selalu lemah jika sudah berhadapan dengan seorang wanita sepertinya.

Alicepun masuk kembali kedalam tenda, dari kejauhan aku melihat dia berpapasan dengan Tony, dan mereka seperti membicarakan sesuatu. Aku penasaran apa yang sedang mereka bicarakan? Entahlah, yang penting aku sudah mendapatkan apa yang aku inginkan.

Setelah kejadian itu aku langsung pergi ke dalam dan beristirahat.

"Bangun hoiii, banguun."

Dengan nada yang pelan dan wajah datarnya Fay membangunkan ku sambil menggoyang-goyangkan tubuhku.

Hmmm???!!

Entah kenapa aku merasa jika aku tidak benar-benar tertidur! Waktu terasa cepat sekali, aneh... apa aku benar-benar tertidur semalam? Cepat sekali, aku benar-beanr tak merasa telah tertidur, aku masih lelah sialan.

Sebelum berangkat kami berkumpul dan berunding sejenak, memastikan tidak ada sesuatu yang tertinggal. Saat aku tertidur, para anggota TNI yang masih berjaga semalam mencari dan merakit beberapa senjata dengan peralatan seadanya, mulai dari pipa yang diberi pisau, pentungan yang di beri kawat berduri, perisai dari kayu dan lain sebagainya.

Perjalananpun dimulai.