Setelah itu Bu Diana mengambil handuk dan memberikannya kepada kami, kemudian dia menyingkirkan beberapa barang-barang di lantai dan membuat sedikit ruang di tengah-tengah toko. Kemudian dia membakar sesuatu dan membuat api unggun kecil.
"Tolong kau geserkan rak suapaya tak banyak angin yang masuk."
"Ya... tunggu."
Meski apinya kecil, setidaknya kami tak terlalu kedinginan.
Bu Diana bertanya kepadaku, apa yang sebenarnya terjadi di belakang toko? Dan apa yang sebenarnya terjadi di Kota ini? Dia bertanya apakah ini akhir dunia? Atau hanya bencana alam biasa?? Aku tak tahu apa yang harus ku jawab padanya, aku hanya bisa diam.
"Exitium, semua hal yang terjadi adalah efek dari proyek tersebut. Immortal berkerja sama dengan orang-orang di bumi, dan sepertinya mereka telah berhasil membuat sebuah portal dimensi, meski belum seutuhnya. Kita suuaaa…hh-- sudah terlambat... uaaahh..."
Tiba-tiba Fay berkata seperti itu dengan mata yang terkantuk-kantuk, lalu dia berbaring dan tertidur.
Bu Diana terheran-heran dengan apa yang Fay ucapkan, dia melihat kearahku dan aku tahu itu, dia ingin aku menjelaskannya. Tapi... aku juga bahkan tak mengerti sedikitpun dengan apa yang dia ucapkan! Kata-katanya terlalu tinggi untuk orang normal seperti kami berdua. Pada akhirnya aku menceritakan bagaimana aku bertemu dengan Fay dan berakhir di sini.
Bu Diana mendengar semua ceritaku dan dia sedikit ketakutan, meski cerita Fay masih belum ada bukti kuat untuk membuktikan kebenarannya, sampai sekarang aku masih tak percaya. Namun semakin aku tak mempercayainya, semakin banyak pula petunjuk petunjuk atau pecahan pecahan informasi yang menuju kepada benang merah dari segala permasalahan, proyek Exitium.
Dan juga ini pertama kalinya aku mendengar Immortal, apa dan siapa mereka? Aku tak pernah mendengarnya, yang ku tahu hanyalah United. Dari kata-kata Fay sepertinya Immortal merupakan sebuah organisasi yang berasal dari dimensi lain dan mereka berkerja sama dengan United? Entahlah, aku pikir United sudah tidak ada, yang ada hanya antek-anteknya. Sialan, aku tak habis pikir kenapa aku menjadi sangat menyeriusi cerita tersebut. Sial, ini sangat menggelikan sekali. Aku terlalu menganggapnya terlalu serius, tapi di satu sisi aku juga sangat khawatir dengan semua ini.
"Aku mengingatnya! beberapa tahun yang lalu, seseorang meretas data-data yang sangat rahasia, data itu berisikan tentang proyek Exitium mereka meneliti sebuah portal dimensi bukan? United, kelompok peneliti rahasia yang berada di bawah naungan pemerintah dunia. Data-data mereka berhasil di bocorkan, tapi ada kecacatan data di dalamnya, seseorang seperti dengan sengaja menghapus data tersebut. Ada yang bilang jika data yang hilang tersebut adalah data keberhasilan United, dan akhir-akhir ini terdengar sebuah kabar burung jika seseorang sudah menemukan data yang hilang tersebut. Anak itu seolah menyimpan sejuta rahasia, bukan berarti dia sedang menyembunyikan... tapi dia tak bisa mengatakannya, entahlah. Dan itu membuatku yakin jika dia memang berasal dari dunia lain, aku tahu ini hanyalah pendapatku karena kami berdua seorang wanita."
"Exitium ya..."
"...?"
"Kau tahu tentang itu?"
"Ah... tidak, aku baru mendengarnya."
"Begitu."
"Namaku Tony, terimakasih telah menolongku."
Orang yang sebelumnya pingsan kini terbangun, dan tak sengaja mendengar obrolan kami. Dia... entah kenapa aku mencurigainya, tampaknya dia menyembunyikan sesuatu, jangan-jangan dia juga percaya dengan semua ini?!
Dan juga Bu Diana! Aku benar-benar tak menyangka dia sangat serius menanggapi semua ini, padahal aku sudah memperingatinya bahwa Fay mungkin saja hanya sedikit gila, dan semua bencana yang terjadi adalah bencana alam biasa, lupakan teori-teori itu.
Meskipun aku menolak mentah-mentah cerita Fay, namun jika aku di beri pilihan... aku lebih memilih jika dia(Fay) benar-benar berbohong, tapi apa yang terjadi di Kota ini bukanlah hal yang normal.
Munculnya anjing besar yang aneh juga merupakan hal yang tak wajar, makhluk apa itu sebenarnya? Dia terlihat seperti zombie, lebih tepatnya zombie anjing! Ya! Dia anjing yang terkontaminasi sebuah zat atau apapun itu. Tunggu... apa mungkin dia berasal dari dunia lain? Apa dia telah melewati portal?? Tidak-tidak... Arghh! Semua itu membuatku semakin gila!
Tak lama kemudian Tony mulai bercerita bagaimana dia bisa sampai ke tempat ini.
Setelah gempa besar terjadi, Tony adalah satu-satunya orang yang selamat di daerahnya, dia berjalan sendirian mencari bantuan, namun di tengah pencariannya itu dia berpapasan dengan sekelompok anjing besar yang aneh.
Dia pikir mereka hanyalah anjing normal yang terluka, tapi saat dia semakin dekat dengan anjing-anjing tersebut, anjing-anjing itu mencoba menyerangnya. Dia belari dan bersembunyi sepanjang waktu, hingga suatu ketika dia sampai di belakang toko Inamart.
Dia kehilangan arah dan tujuan, dia hampir saja putus asa, dia sempat berpikir untuk bunuh diri seperti orang-orang yang pernah kutemui. Tapi Tony berhasil melawan pikiran tersebut, tak lama setelah dia sampai di Inamart seekor anjing datang dan menyerangnya secara mendadak. Serangan itu hampir merobek seluruh tangannya jika saja aku dan Fay tidak datang tepat waktu.
Begitulah bagaimana dia bisa sampai di tempat ini, meski aku masih meragukannya. Entah kenapa aku sedikit tak bisa menerima apa yang dia ceritakan, sepertinya memang aku yang selalu berprasangka buruk kepada semua orang termasuk Fay, entahlah.
Satu minggu yang sangat melelahkan, hari-hariku dipenuhi dengan tragedi dan tragedi. Setelah berbincang cukup lama, kami beristirahat hingga pagi datang, dengan harapan... besok hujan berhenti, dan matahari kembali bersinar.
Namun saat pagi tiba, langit masih dipenuhi oleh awan gelap serta rintikan air hujan. Ya, seperti yang sudah kuduga.
Saat aku terbangun, aku melihat Tony sedang menyalakan kembali api unggun yang kami buat semalam, kini kondisinya terlihat lebih baik dari sebelumnya. Kali ini aku bisa melihat lebih jelas tubuh dan wajah Tony, dia... sial! Aku kalah total darinya. Haah… lupakan.
"Ada apa?"
"Tidak."
Wajahnya tak terlalu tua maupun muda, mungkin umurnya sedikit lebih tua dariku. Dari cara berpakainya terlihat seperti orang dewasa, kemeja Kotak-Kotak, celana levis dan rambut yang rapih, tampilannya sangat berlawanan denganku. Apa dia sudah berkeluarga? Entahlah.
Bu Diana kemudian datang dengan membawa secangkir kopi dan rokok yang menyala.
"Hey... namamu Tony? Bernarkan? Kau merokok? Ambil saja..."
"Ah yaa, terimakasih."
Fay, dengan mata yang sedikit merah... tidak, aku lupa dia memang memiliki mata yang merah, lebih tepatnya iris matanya yang merah. Dia bangun, mengambil air minum, mengambil cemilan yang tergeletak, kemudian dia duduk di dekat api unggun dan memakan cemilannya.
Entah kenapa mereka bisa sangat santai sekali setelah semua yang terjadi, atau aku yang terlalu memikirkan semua ini? Aku benar-benar tak mengerti, sepertinya aku harus sedikit lebih tenang. Meski aku masih mengkhawatirkan dengan segala kemungkinan yang akan terjadi, termasuk pada hal-hal yang tak masuk akal.
Apakah kami akan berakhir seperti ini?
Di tempat ini?
Apa tidak ada satupun orang yang mencari kami di sini?
Bantuan?
Pemerintah?
Aku tak bisa berharap semua itu akan datang, kita sudah terisolasi dari dunia luar. Dengan persediaan yang cukup banyak ini, mungkin kita akan bertahan hidup sekitar 1 minggu.
Tapi, jika dipikir-pikir lagi, gadis itu—
Tidak-tidak! 3 hari pun bahkan tidak akan bisa memenuhi segala kebutuhan kita jika Fay terus memakan persediaan makanan yang tersisa!
"Ada apa? Apa kau sedang memikirkan sesuatu?"
Tanya Tony kepadaku sambil menghisap sebatang rokok.
"Tidak ada... tapi... sepertinya ada... ya ada, aku pikir... kita tak bisa terus berdiam di sini."
"Lalu kau ingin pergi?"
"Entahlah, aku tak tahu."
"Balai kota, jika kau ingin mencari tempat aman... balai kota."
Ucap Tony kepadaku dengan ekspresi yang serius.
"Kenapa? Ada apa di sana?"
"Sebenarnya, aku sedang menuju ke balai kota tapi aku benar-benar tak tahu arah jalan, aku tak tahu harus kemana aku pergi? Bukan karena aku tak tahu jalan, tapi struktur tanah telah banyak berubah, beberapa jalan raya hancur, dengan keadaan Kota sekacau ini membuatku semakin kehilangan arah. Dan kemudian anjing-anjing itu muncul, lalu mengejarku... membuatku semakin menjauh dari tujuan awalku."
"Bagaimana dengan balai kota? Ada apa di sana?"
"Oh iya... maafkan aku, aku tak bisa membuktikanya tapi... percayalah, di sana ada tempat pengungsian yang besar, lebih tepatnya ada tempat khusus penanggulangan bencana. Setelah kita sampai di sana kau akan mengerti."
"Jarak dari sini lumayan jauh, di tambah jalan yang sudah tak jelas lagi bentuknya membuat kita semakin sulit untuk melewatinya, dan juga kita tak tahu seberapa banyak anjing besar gila itu di luar sana, tenaga mereka lebih kuat dari anjing biasa. Dan apakah benar di sana ada tempat seperti itu, jika ada... apakah tempat tersebut masih ada? Bisa saja sdah hancur seperti bangunan lainnya, terlalu beresiko."
"Kita harus mengambil resiko tersebut, kau juga menyadarinya bukan? Makanan, dan air minum yang bersih. Tinggal menunggu waktu sampai makanan kalian habis dan kalian akan kelaparan, pada akhirnya kalian akan pergi mencari pertolongan dan seperti yang kau bilang, kita tak tahu berapa banyak anjing-anjing itu, mereka bisa menyerang begitu saja kapan pun. Bisa saja detik ini mereka telah mengerubuni tempat ini, kapan pun dan di mana pun anjing itu bisa saja datang dan menyerang."
"Tinggal ku kalahkan saja."
"… a-apa? Ah—ya... ya."
Fay dengan wajah yang seperti biasanya memotong semua ketegangan yang sedang terjadi.
"Kau mungkin tak tahu tapi dia yang menyelamatkanmu, dia mengalahkan anjing itu dengan mudah, dia mungkin 100x lebih kuat dari kita bertiga... meskipun dia terlihat sedikit aneh."
"Ahh... begitu, terimakasih sebelumnya."
Wajah Tony seperti kebingunan dan tak bisa berkata apa-apa lagi, dan Fay dia tampak terlihat senang saat aku mengatakan hal yang menurutnya bagus.
Aku benar-benar tahu Fay bisa mengalahkan anjing itu dengan mudah, tapi dengan membawa beban sebanyak ini, aku pikir Fay akan kesulitan. Aku benar-benar tak berguna, harga diriku terinjak-injak dengan mengenaskan. Meskipun begitu, kami tetap harus pergi ke balai kota dan mengambil resiko tersebut apapun yang terjadi.
Pilihan yang kami ambil merupakan sebuah perjudian besar.
Kami bahkan tak tahu kebenaran mengenai tempat pengungsian di balai kota itu, walaupun memang ada kami juga tak tahu seberapa besar dan aman tempat itu. Meskipun pada akhirnya kami tetap pergi.
Sebelum berangkat kami menyiapkan perbekalan dan membawa beberapa peralatan tajam yang ada di toko seperti pisau dapur, golok dan lainnya. Dan tentunya aku menggunakan tongkat baseball yang berhasil kutemukan di gudang penyimpanan dengan susah payah.
Hanya Fay yang tak membawa senjata apapun, dia hanya mengantongi hampir seluruh makanan yang tersedia, dia benar-benar serakah. Meski Bu Diana menyuruh kami untuk tak segan mengambil sebanyak mungkin persediaan, aku dan Tony hanya membawa seperlunya saja.
Setelah semua barang-barang selesai disiapkan, kami memakai jas hujan.
Dengan perasaan yang masih campur aduk, pikiran yang masih terbelit-belit, kami berangkat dengan keberanian dan keraguan di dalam hati, di saat kami meninggalkan toko inamart... aku merasa aku telah salah mengambil jalan dan aku tak akan pernah bisa kembali.
Haah...