Chereads / Aegis The Twins Bloodless - Exitium / Chapter 7 - Tembok Besar

Chapter 7 - Tembok Besar

Tak lama kemudian Fay datang kepadaku dengan membawa 2 gelas energan (minuman hangat dengan sereal di dalamnya). Entah kenapa Fay hanya melihat gelasnya dan tak segera meminumnya, apa dia merasa minuman ini tidak selevel dengannya?? Hmm... dia tidak seperti itu, dia bukan tipe orang yang memilih makanan, apa dia… ingin lebih? YA!

Dia gadis yang serakah... aku tahu itu! Dia merasa kurang dengan apa yang dia miliki saat ini. Dia benar-benar tak tahu malu? Apa dia tak bisa bersyukur sedikitpun? Haaah.

Dengan sedikit terpaksa aku memberikan setengah minumanku kepadanya, karena aku juga tak begitu lapar, aku hanya butuh air putih. Kulihat Fay benar-benar memakan semuanya, tak habis pikir... apa lambungnya terbuat dari karet? Dia benar-benar rakus untuk seukuran gadis sepertinya.

Saat Fay mencoba menyeruput tetes terakhir kemulutnya, tiba-tiba tanah kembali bergetar!

Gempa terjadi lagi untuk kesekian kalinya! Kali ini guncangannya besar sekali! Bahkan 2 kali lebih besar dari biasanya!

Lalu tiba-tiba terdengar sebuah ledakan yang sangat besar!

DUAAARRRRRRR

BURRRRRRGHHH

DAAAAAAAAAAARRGGHHRSHH

Ternyata memang benar! Ada ledakan! Tiba-tiba aku mendengar sebuah ledakan! Suaranya terdengar dari atas sana! Cukup dekat, tapi aku tak melihat apapun, ada apa ini??? Ledakan itu tak berhenti-henti!

Semua orang terkejut dan panik, tiba-tiba muncul gempa bumi yang disertai suara ledakan, Semua orang berlari tak beraturan kesana kemari! Begitupun aku, karena sudah terlalu panik aku berlari begitu saja tanpa tujuan! Gempa semakin lama semakin membesar!

Dan suara ledakan yang misterius dari langit terus bermunculan!

BURRRRRRGHHH DAAAAAAAAAAARRGGHHRSHH

Semua orang berlari sambil mengucapkan doa, ada pula yang berteriak tidak jelas di setiap langkahnya. Dari kejauhan gedung-gedung besar yang masih berdiri mulai roboh satu persatu, rumah-rumah ambruk dan pohon besar kembali tumbang menimpa bangunan dan jalanan!

Satu persatu korban berjatuhan! Tergeletak begitu saja.

Orang yang berlari di sampingku mati.

Orang yang berlari di depanku... mati.

Mati.

Mati dan mati.

Mereka semua mati.

Lagi-lagi, aku melihat pemandangan yang sangat mengerikan, sialan! Aku hanya bisa berlari dan terus berlari!

Sampai suatu saat tanah yang kupijak mengangkat keatas dan membuat tubuhku terjatuh! Aku tak bisa berdiri lagi… kepalaku sangat terasa pusing sekali! Aku sudah tak kuat lagi! Aku pasrah dan menerima segelanya.

Tak jauh di sampingku aku kembali melihat seseorang meninggal begitu saja untuk kesekian kalinya... darah bercipratan dimana-mana! Ini gila! Ini akhir dunia!

Telingaku berdengun.

Seseorang membantuku berdiri, sadar tak sadar aku kembali berlari!

Sampai pada akhirnya gempa besar inipun berhenti.

Aku benar-benar tak tahu harus bagaimana lagi.

Tubuh dan pikiranku sangat lelah menahan semua rasa sakit yang ada. Fisik dan mentalku benar-benar sedang diuji, aku benar-benar syok. Guncangan kali ini lebih besar dari sebelumnya dan membuat seluruh bangunan ambruk dan hancur, mungkin jika di lihat dari atas Kota ini terlihat seperti hamparan tanah saja.

Sekilas aku teringat sesuatu... Fay… Ya... Fay!

Aku meninggalkannya, di mana dia?? Fay...!

Jantungku seketika berdetup semakin kencang saat aku sadar aku telah meninggalkannya. Sialan... di mana dia? Napasku mulai sulit kuatur... entah kenapa aku tak ingin kehilangannya! Sial, ada apa denganku!? Kenapa aku sepanik ini?! Aneh... kenapa aku merasa sedih, Fay... apa karenanya?? Apakah aku kesepian?

"Fay....! Fay-."

"Ada apa?"

Jawab Fay dengan wajah yang seperti biasanya.

Fay????! Dia berada di belakangku?? Apa mungkin selama ini dia ada di belakangku??? Dan tunggu! Tanpa kusadari tanganku memegang erat tangan Fay, dan bahkan selama ini aku berlari bersamanya. Saat gempa terjadi aku sempat terjatuh dan dialah yang selalu membantuku untuk berdiri, ya... aku yakin Fay lah orangnya.

Tanpa pikir panjang tubuhku langsung memeluk Fay begitu saja, entah kenapa aku sangat bahagia saat aku menemukannya padahal kami berdua tak terlalu saling mengenal dan baru bertemu beberapa hari yang lalu. Lagi-lagi aku merasakan seseuatu yang sangat aku hindari, aku benci dengan apa yang kurasakan saat ini.

"Maaf."

Aku segera melepaskan pelukanku... aku terlalu bersemangat, sial! Apa dia akan marah karena aku memeluknya begitu saja?

Dia hanya diam, sepertinya dia memang marah.

Sial, aku benar-benar khilaf! Wajahnya yang datar dan tak berekspresi seperti biasanya tiba-tiba menjadi aneh.

Ada apa dengannya? Entah kenapa aku merasa dia sedang mengejekku.

Yang benar saja... padahal baru saja aku bersedih karenanya.

Wajahnya semakin aneh sekali, terlihat wajahnya mengerut. Tapi sepertinya... dia sedang mencoba untuk tersenyum??!!! Benarkah?? Entahlah. Dia benar-benar sulit untuk di tebak, dia benar-benar gadis yang aneh.

Orang-orang yang selamat dari gempa saat ini berkumpul di sebuah lapangan, semua orang syok, bersedih, menangis, berteriak, dan berdoa untuk mereka yang tak selamat. Semua orang telah kehilangan segalanya, rumah, anak, istri, orang tua, keluarga, harta, pekerjaan, jabatan, mental. Kondisi semua orang saat ini sangat mengkhawatirkan, semua orang terpuruk meratapi apa yang sedang terjadi di Kota ini.

Tiba-tiba seseorang berjalan kedepan dengan raut wajahnya yang seperti kebingungan, dan satu persatu orang-orang mulai mengikuti prilaku anehnya, mereka terlihat sangat kebingungan... mereka seperti sedang melihat sesuatu telah terjadi. Pandangan mereka tertuju kearah yang sama—

—Langit.

Ada apa dengan langit??

Ada apa ini?

Saat aku melihat ke atas, pandangnku sedikit terganggu oleh bayangan hitam... aku tak melihat sesuatu yang aneh, langit masih seperti biasanya... hitam dan dipenuhi awan gelap—

Tidak!!!

Bukan itu yang mereka lihat!

Bukan langit yang mereka lihat!

Apa itu??? Bukan... itu bukanlah bayangan atau halusinasi!

Itu nyata!

Benar-benar hitam, besar dan menjulang tinggi!

Tembok?

Tembok raksasa?!!

Dari mana datangnya tembok itu?!!!!

"Apa itu?"

"Mama apa itu?"

Aku dan semua orang di sini terheran-heran dengan datangnya tembok besar yang misterius tersebut. Dari mana tembok itu berasal? Bagaimana tembok itu bisa muncul? Ada apa ini? Seberapa tinggi dan panjang tembok tersebut? Apakah tembok itu mengelilingi seluruh Kota? Benar-benar tak masuk akal, aku tak tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Awan gelap mendadak menghilang, sedikit demi sedikit cahaya matahari yang 3 hari ini belum pernah muncul, kini kembali hadir dan menjadi satu-satunya pembeda. Tembok besar yang menjulang tinggi terlihat jelas saat cahaya mulai masuk, orang-orang tampak terkejut terheran-heran sekaligus takut dengan apa yang saat ini mereka lihat.

"Itu bukan tembok, itu tanah." Ucap Fay.

Tanah?? Seketika aku teringat dengan hujan, hujan yang tak pernah berhenti selama beberapa hari yang disertai gempa, apakah bencana 3 hari 3 malam itu membuat struktur tanah di seluruh Kota berubah? Apakah air hujan membuat seluruh tanah menjadi lembab? Retakan yang di akibatkan oleh gempa membuat air hujan mudah diserap oleh tanah, sial... aku takut jika apa yang kupikirkan ini benar!

Seperti yang Fay katakan... itu bukanlah tembok melainkan tanah! Saat ini kami dan seluruh orang di Kota ini sedang berada di bawah tanah! Bisa di katakan, seluruh Kota ambruk keadalam tanah. Jika benar, maka Kota ini benar-benar terisolasi, tak ada jalan keluar... satu-satunya harapan adalah pertolongan dari luar sana.

"Dari bumi kembali ke bumi."

Tak ada angin tak ada hujan, tiba-tiba Fay berkata seperti itu, kata-kata itu sangat dalam sekali dan menempel di telingaku. Manusia tercipta dari tanah dan kembali ketanah, apa semua ini hanya bencana alam biasa? Tentu tidak, belum pernah aku mendengar atau kubaca sebelumnya tentang satu Kota ambruk kedalam tanah seperti ini, atlantis? Ini bukan Kota megah seperti Kota-Kota di luar negeri sana.

Apa tanah di sana tak akan longsor? Kenapa aku selalu memikirkan hal yang buruk akan terjadi, dan jika itu benar-benar terjadi, maka tamatlah sudah. Orang-orang mulai kehilangan rasa percaya diri untuk hidup, mereka semua terlihat putus asa dan bersedih, begitupun aku.

Kota ini benar-benar hancur, mungkinkah ini akhir dari segalanya?

Apa aku akan terus terjebak seperti ini dan mati begitu saja?

Apakah benar ini Kota yang ku kenal?

Apakah benar ini Kota yang ku tinggali?

Apakah benar ini Kota Bandung?

Kota yang diciptakan ketika Tuhan sedang tersenyum? Mungkin ini sebuah peringatan, karena kita tak pernah membalas senyuman-Nya.