Chereads / i can do anything i want in another world / Chapter 26 - Hari Dimana Aku Menjadi Tolol

Chapter 26 - Hari Dimana Aku Menjadi Tolol

"HAAAAAAAAAAAAAAH" teriak aku di kursi tengah.

"Riala kau kenapa?" Tanya Reliave.

"Itu...."

-----

Setelah selesai mengangkat umbi dari pemukus aku langsung keluar sekolah dan ke satu satu toko makanan, restoran, maupun toko bahan makanan.

Namun tidak satupun toko atau restoran yang menjual jamur tanah.

-----

"Ooo... Memang nya jamur tanah bisa dimakan?, Kukira hanya untuk bahan baku ramuan dan untuk suku cadang alat sihir"

'haaah!?? Suku cadang?'

"Kalau kamu mau beli ada di toko peralatan sihir" ucap Zein.

"Haah!?"

Aku langsung berlari lagi ke toko peralatan sihir.

Beberapa menit kemudian aku kembali lagi.

"Hiks mengapa harus ada lisensi nya.... Hiks"

Reliave dan Zein melihat ku dengan muka kebingungan.

Aku berjalan ke kamarku.

"Huaaaaaaaaaaaaaaaah"

Tangisan pertama ku di dunia ini.....

Setelah agak baikan, aku keluar dari kamarku.

"Segitu ingin kah kau memakan jamur tanah?" Ucap Reliave

"....."

"Nih" ucap Zein sambil melempar benda putih ke arah ku.

Aku menangkap benda itu dan mencium aroma khas.

"Ini..."

""Hooh""

"Aaaaaah!!!"

Aku memeluk mereka berdua.

Lalu aku langsung ke dapur mengambil panci kecil, menaruhnya ke atas kompor, lalu memasukan air lalu menyalakan kompor.

Aku mencuci jamur tanah putih itu lalu ku mengiris sedikit sekali lalu ku masukan ke panci kecil.

Sisanya aku masukan ke inventory.

Setelah agak lama aku mematikan kompor.

Aku mengambil sumpit dan mengambil potongan jamur tanah itu.

Aku meniup agar agak dingin dan aku masukan ke mulut ku.

Aku mengunyah potongan kecil itu dan aku terdiam.

"Ng..ngg...."

"Bagaimana rasanya?" Tanya Reliave.

"..."

Aku ke panci dan mengeluarkan sendok lalu meminum air di panci nya.

"Ini kah rasanya white truffle legendaris itu, huaaaaaah bahkan air rebusan nya enak, aahahahahahaha ahahahahahahahaha"

Mereka berdua penasaran dan juga mencicipi air rebusan itum

"Cuk kok enak banget" ucap Reliave.

"..... Info yang bagus Rita" ucap Zein.

"Omong omong mereka blom bangun?" Tanya ku.

"Ntah"

Aku meninggal dapur dan membuka kamar Myeila.

Aku melihat mereka ber empat masih tidur.

"Ooh... Pasti lelah ya"

Aku keluar dan menutup pintu.

"Mereka masih tidur"

"Ooh.. pasti mereka lelah karena selama ini jadi budak kecuali si Myeila" ucap Reliave sambil memakai sepatu

"Kau mau kemana?"

"Membeli jamur tanah"

"Kamu punya lisensi?"

"Lisensi apaan? Yang di perlukan hanya surat kewarganegaraan"

"Ooh.."

'aing bukan orang sini mah'

"Satu berapa?"

"Cuma 100 ribu dricash"

Aku langsung mengambil 1 bunga strienem.

"Kamu boleh ambil 1"

"Weeh... Ok"

'eh, sekarang siang atau sore?'

Aku melihat ke arah jendela, masih sore.

'Hmm.. aku keliling kota hanya cuma 2 jam? Atau aku yang tidur cuma sebentar?'

Nge blank....

Aku mendengar suara pintu terbuka, rupanya Zein memasukan koper nya ke kamar nya.

"Lah tadi kok kamu masak duluan? Bukanya urus barang barang mu?"

"Si reliave yang ngajak masak, jadi aku ikutan aja"

"Oooh..."

Tak lama kemudian Myeila keluar dari kamarnya.

"Sudah sore ya? Gak terasa ya"

"Jelaslah karena kamu tidur" jawab ku.

Myeila masuk ke wc, aku ke kamar ku.

"Ini kamar biarkan kosong aja ya?"

[Yee.. pemalas mentang mentang punya skill inventoy]

"Bukan aku hanya tidak tahu harus simpan apa"

[Kenapa gak pamer kepala giant orc aja]

"Cringe cuk, apa ku taroh gada raksa..."

Aku kemudian memikirkan ide yang cemerlang.

Aku ke ruang tengah lalu mengeluarkan gada orc itu dan bruaaaak*

Gada orc itu menghancurkan lantai yang menahannya sampai ke dasar gedung.

Zein, Myeila langsung keluar.

"Ooeei situ goblok apa!??" Teriak Myeila.

"Kau.... Sudahlah"

Mereka berdua keluar dari ruangan.

Tak lama kemudian Reliave masuk lalu keluar lagi.

[Kau goblok ya? Beda 1 ton kau jatuhkan kek gitu]

'haaah!?'

Tak lama kemudian aku mendengar suara langkah kaki berat.

Lalu aku mendengar 3 orang di luar mengucapkan selamat sore.

[Mampus kau, kalau mau lakukan sesuatu lain kali mikir dulu]

Pintu terbuka dan terlihat seorang kakek tua, matanya sipit, kepalanya hampir botak, dan memegang tongkat hijau untuk menopang tubuh nya.

"Kau kah yang menaruh earth crusher tadi"

'hiiih apa apaan ini!?, Aura nya sangat kuat, aku seperti bertatap muka dengan guru bk galak yang bisa membaca pikiran'

"Aah... Iya, maaf kan aku, aku akan mengganti biaya perbaikan nya berapapun harga nya"

Dia kemudian berjalan satu langkah ke depan.

'cuuk!! makin mengerikan'

Dia mengarahkan ujung tongkat nya ke bahu kiri ku.

"Dari mana kau dapat gada itu, dimana kau menyimpan nya?"

'tidaaak aku di interogasi, dan bahu ku terus memberi sinyal bahaya'

Tidak ada pilihan lain.

"Aku... ah..tanya wanita berambut merah disana"

Ucap ku menunjuk ke arah Reliave.

Reliave otomatis terkejut.

Kakek itu menyuruh Reliave berdiri di samping ku juga.

Aku melihat muka reliave seperti mau membunuh ku.

"Jadi bisakah kau menjawab pertanyaan ku tadi?"

Beban ku terasa terangkat dan pindah ke Reliave.

"Dia membunuh giant orc dengan sekali tebas" ucap Reliave dengan mudah.

'aduh tolol nya aku, seharusnya aku susun sendiri sandiwara ku ini'

Kakek itu melihat ke arah ku aura mengerikan nya semakin terasa.

Ntah mengapa ku jadi mundur 1 langkah.

Dan kaki belakang ku malah tidak menginjak sesuatu dan aku jatuh ke bawah dan mendarat di atas gada raksasa ku.

"Ad-du-duh"

Aku memegang punggung ku, aku melihat ke depan dan ada beberapa orang terlihat seperti guru.

'mama... Seperti nya aku kena kasus di sekolah, bukan.. tapi bahkan sebelum mulai sekolah'

-----

"Ada apa kak?"

"Tidak aku mau berdoa"

"Hah!? Tumben??"

"Aku berdoa agar keberuntungan kakak Rita meningkat, sepertinya dia dalam masalah"

"Huuh?"

-----

'aaaah Cyaelia tolong aku'

Aku memikirkan kata kata itu secara asal asalan.

Tiba tiba kepala giant orc itu keluar dari inventory ku dan jatuh ke paha ku.

"Punya mu?" Tanya salah satu orang berpakaian seperti guru.

"Aah iya..."

"Baiklah.. kami akan membiarkanmu jika kamu mau memberikan earth crusher itu, tapi dengan satu syarat"

"Huh?"

Setelah mendengar ucapan nya aku menciut.

Setelah itu kami pindah ruangan.

"Kamu di hukum apa?" Tanya Reliave.

""Master di hukum?""

"Aku harus jadi perwakilan seluruh siswa di upacara penyambutan besok"

"Mpos kau"