Chereads / Blue Aloe / Chapter 2 - Bab 1

Chapter 2 - Bab 1

Dua hari kemudian setelah posting trending itu…

25 Maret 2079

Di Apartemen Purple Orchid

Hari ini seharusnya menjadi pagi hari yang normal. Dimulai dengan sebuah pesan dari mama.

Dear my baby girl,

Maafkan mama karena tidak bisa mengangkat panggilanmu kemarin dan untuk beberapa hari ke depan. Aku sedang berada di suatu tempat di mana Tuhan yang tahu itu! Aku bisa memberikanmu pesan ini, tapi waktuku tidak banyak.

Pertama-tama, aku ingin kau tetap mengabariku tentang apapun yang terjadi denganmu. Tiap harinya, kau pasti merasakannya. Apalagi tentang masalah ini, Sayang.

Kau tahu, aku sangat mengerti betapa sedihnya kau membaca semua hal buruk itu. Itu tidaklah salah, Sayang. Orang-orang itu tidak salah, begitupun dirimu. Jadi berhentilah untuk menyalahkan dirimu sendiri atas segalanya. Dan kuharap kau juga tidak menyalahkan mereka. Ini sebuah opini bebas publik yang mereka berikan kepadamu. Dan segala opini tersebut, memang terkadang tidak bisa terlepas dengan apa yang kita rasakan, Sayang. Kita punya hak untuk merasakan semuanya, ingat? Kau boleh sedih dan marah. Namun, saranku adalah kau tidak membalas semuanya. Ya, kau pasti sudah berpikir seperti itu. Kau benar-benar putriku yang kusayang. Ini adalah hal yang wajar di mana orang-orang akan membenci dan sebaliknya. Orang-orang di sekitarmu adalah orang-orang yang sangat menyayangi dan peduli denganmu. Bukan berarti orang-orang yang tidak mengenalmu itu membencimu. Tidak, Sayang. Masalahnya adalah mereka tidak mengenal tentang dirimu. Di dalam situasimu sekarang ini, ini seperti sebuah ujian yang harus kau hadapi. Bagaimanapun keputusanmu, aku sebagai ibumu bisa menerima dan memahaminya. Tetapi, bukan berarti aku berdiam saja saat putriku membuat kesalahan. Dan di sinilah aku, Sayang. Aku selalu ada untukmu.

Seperti apa yang dikatakan oleh Kaleo, kau tidak perlu untuk memikirkan hal yang tidak penting. Tentang pribadi Kelly, hanya kau yang tahu. Dari semua sumber-sumber yang kau baca, tidak bisa kau percayai semuanya. Kau tahu itu! Apakah kau benar-benar ingin menjadi Kelly yang berbeda karena kata orang itu? Oh, Kelly-ku sayang. Kuharap kau mengerti apa maksud kata dewasa dengan pemahamanmu sendiri. Kau masih terlalu muda untuk memutuskan sesuatu yang paten. Hidupmu masih panjang dan kau akan menemukan apapun yang kau cari dengan caramu sendiri. Percayalah padaku! Kau perlu mendengar semua kisahku saat aku masih muda dulu, banyak hal yang telah kulakukan dan kebanyakan bukanlah hal yang benar. Dan kau… aku hanya bisa memberikan arahan, bahwa kau berfokus dengan tujuanmu sekarang. Bukan menjadi dewasa, bukan menjadi orang lain. Jadilah Kelly. Menjadi Kelly tidak salah. Kau bisa menganggap bahwa ini adalah opiniku yang bisa kau percayai atau tidak. Tapi aku adalah mamamu, Sayang. Kau yang lebih mengerti mengapa aku hadir untukmu.

Jikalau kau menceritakan ini kepada papamu, kuyakin dia mengatakan hal yang sedikit berbeda tapi intinya sama. Dan sepertinya kau tidak memberitahukannya. Maka, dia tidak akan tahu tentang ini sampai dia mengetahui ini dengan sendirinya. Kau tahu harus berbuat apa dengan itu, Kelly.

We love you so much!

Unlimited love,

Mama

***

Sebuah pesan yang cukup mengerikan pagi ini. Mama tidak bisa hadir di situasi yang cukup berat ini. Hanya sebuah pesan panjang yang mengingatkanku untuk terus membuat laporan tentang hidupku—dan nasihat dari mama tercinta yang sangat kuragukan. Apakah benar-benar mama tahu apa yang kurasakan? Ugh… pikiran ini sangat menggangguku sampai ke ubun-ubun. Aku tidak bisa berhenti memikirkannya sampai membuatku berspekulasi hal-hal yang tidak masuk akal—sampai aku tidak mempercayai mamaku sendiri.

Kak Leo juga memberitahuku sebelumnya, sama halnya yang dikatakan mama lewat pesannya. Semuanya tersampaikan namun tidak bisa masuk ke dalam hatiku. Mengapa? Tidak bisa aku memikirkannya karena aku sudah pusing dengan tidak bisa menghentikan kegelisahanku selama dua hari ini. Benar. Aku merasakan kegalauanku dalam bergaul sekarang.

Siapa yang bergaul? Aku tidak memiliki teman selama aku menjalani sekolah regularku—maksudku, aku tidak memiliki banyak teman. Mungkin bisa dihitung jari siapa saja manusia-manusia yang bisa disebut dengan teman itu. Tidak ada alasan lain mengapa aku bisa menjadi sosok yang memiliki teman sedikit selain aku tidak bisa bergaul. Itu kenyataan pahit tentangku.

Sejak sebuah posting tentang diriku menyebar dan menjadi viral dalam hitungan jam, aku tidak pernah keluar dari kamar. Aku mengurung diriku, sedih, menangis, dan kesal. Apakah itu wajar? Pakar emosionalku mengatakan bahwa itu wajar. Untuk tindakan lanjut yang akan kulakukan adalah tergantung apa yang kuputuskan. Bisa saja aku langsung menghancurkan isu di artikel itu dengan sekejap dan mengancam Ms. JN itu agar tidak membuat posting tentang diriku lagi, tapi apakah itu hanya untuk alasan pribadiku bahwa aku tidak ingin memiliki banyak haters?

Ini hampir sama saja aku mempertaruhkan nama baikku. Dan seperti apa kata mama dan Kak Leo, itu semua adalah tanggapan mereka semua. Anggap saja, itu semua adalah kritik akan hidupmu, Kelly. Benar, kritikan hidup sengaja menjadi miskin.

Aku benci mereka menggolongkan kemanusiaan berdasarkan status sosial yang berlandaskan perekonomiannya. Jika orang yang menjadi ahli waris sebuah pertambangan minyak di Kalimantan disebut sebagai konglomerat sampai sangat dipuja seperti itu, bagiku orang seperti itu tidak apa-apanya! Aku tidak melihat berapa istana dan harta yang dimilikinya. Selama aku nyaman dengan perasaanku yang disebut sebagai cinta ini, aku tidak akan memandangnya dengan status sosial yang seperti itu. Toh, apa gunanya harta itu untukku? Menjadikanku seorang putri di Indonesia? Nyatanya, aku akan membuat semua perempuan itu menjadi cemburu padaku.

Lagi-lagi membuat diriku begitu kesal dengan pikiranku sendiri.

Aku tidak pernah berurusan dengan segitu banyak orangnya. Sampai aku bergelut dengan opini mereka, itu membuatku sedikit tertekan. Sepertinya begitu.

Hari ini adalah hari Senin. Aku memiliki jadwal yang lumayan padat hari ini, salah satunya aku harus pergi ke kampus pagi ini. Dosen TI-ku memintaku untuk datang ke kampus karena ada sebuah pertemuan yang penting. Lalu, aku juga harus mengecek perkembangan dari penelitianku di lab fisika bagian astronomi siang ini. Setelah itu, aku bisa sedikit bersantai. Kuharap, jadwal hari ini berjalan lancar, apalagi setelah posting tersebut.

Aku sudah membersihkan tubuhku namun aku masih memakai pakaian yang dipakai untuk di rumah. Aku belum mengenakan pakaian yang pantas kugunakan ke kampus karena aku ingin sarapan dahulu. Sudah dua hari aku tidak keluar, pastinya Billy menghawatirkanku selama ini. Aku memang merasa tidak enak jika harus berhadapan dengannya saat ini. Aku akan sedikit memalingkan wajahku jika dia menatapku, itulah yang akan kurencanakan. Tapi sepertinya langsung gagal. Nyatanya, aku langsung terkejut melihat Billy yang berada di dapur dengan pakaian yang sangat rapi ditambah dengan celemekku yang kelihatan sesak di tubuhnya. Pantaskah? Jangan tanya jika kau melihat langsung sosok pria yang selalu berpakaian rapi—seperti memakai gel rambut, kemeja putih dan celana panjang hitamnya—memakai celemek yang kekecilan. Dia memaksakan celemekku muat ditubuhnya sehingga membuat pakaiannya sedikit kusut, tapi tetap mode keren alanya.

Sayangnya, aku tidak terkecoh dengan ke-wow-an dari penampilannya. Aku ingin tertawa dengan sikap humor yang dimilikinya.

Sial, aku telah lengah.

"Breakfast time!" katanya dengan nada yang sedikit garang.

Sepertinya ini adalah show time.

Billy menyiapkan beberapa makanan yang dimasak otomatis oleh mesin pemasak di dapur. Yang dilakukan Billy sangatlah sederhana, dia hanya memilih menu sarapan dan menunggu sebentar mesin-mesin itu memasak makanan apa yang telah dipilihnya. Kemudian, dia hanya menata makanan yang sudah matang di meja makan. Ini memang terdengar konyol! Dia bahkan tidak perlu menggunakan celemekku untuk melakukannya. Sudah kubilang bahwa dia memiliki selera humor ala dirinya sendiri.

"Selamat pagi, Papa." Sapaku selamat pagi dengan nada ceria yang kubuat. Sayangnya itu terdengar sekali dibuat-buat.

Aku langsung duduk di kursiku sebelum aku mendapatkan tatapan tajam darinya. Sepiring omelet yang masih panas disajikan untukku.

Billy melepaskan celemekku dan langsung melemparkannya ke arah robot maid mini. Dia membenarkan kemejanya yang sedikit berantakan tersebut dengan gayanya yang bagiya keren itu. Bagiku, itu sangat menyebalkan apalagi tujuannya yang ingin membuatku terkagum dengannya.

Jujur saja, pacarku masih bisa membuatku terkagum dengan gayanya daripada dirinya.

Billy memang belum terlihat terlalu tua. Dia hanya terlihat seperti seorang pria yang masih berumur tiga puluhan tapi dia sudah berumur 43 tahun. Dia masih memiliki perawakan yang gagah karena cara berdirinya yang tegap dan otot-otot besarnya. Setelah selama sepuluh tahun dia bekerja di militer Indonesia sebagai intel khusus, dia mengundurkan dirinya sendiri. Aku masih tidak begitu mengerti mengapa dia memilih untuk mengundurkan dirinya sendiri.

"Selamat pagi, Kelly." Balas Billy. Suaranya masih sedikit garang. "Apa yang akan kau lakukan setelah ini?"

"Aku harus ke kampus setelah ini sampai nanti sore." Jawabku. Aku langsung melahap sarapanku untuk menghindari komunikasi. Billy tahu bahwa aku tidak akan berbicara saat aku makan.

Kami makan bersama dalam diam. Aku memang fokus dengan makananku agar tidak teralihkan ke pemikiran dalamku. Sedangkan Billy, kurasa dia memikirkanku. Dia memang khawatir terhadapku tapi dia sudah tahu apa keputusanku. Dia tidak akan berbuat hal-hal yang tidak kuinginkan. Selama dia menjalankan tugasnya dengan baik, aku akan selalu merasa baik-baik saja.

Tepat jam tujuh pagi, aku sudah siap untuk berangkat ke kampus. Hari ini aku mengenakan gaun flower print sederhana yang panjangnya sampai menutupi kedua lututku. Gaun ini tidak memiliki rok yang lebar dan tidak juga yang sempit. Lubang roknya sangat ringan dan pas ditubuhku sehingga membuatku seperti seorang gadis riang di pedesaan. Aku juga menggulung rambutku di atas dan menyisakan beberapa anak rambut yang tidak terikat. Kurapikan semuanya sampai aku merasa percaya diri di depan cermin. Untuk make up, aku tidak melakukan hal banyak. Aku hanya memakai beberapa untuk memberikan warna pada wajahku. Bibirku memang alami memiliki warna pink yang menyatu dengan warna kulitku. Tapi, kali ini bibirku sedikit pucat karena aku mengurung diriku selama dua hari ini. Kupoleskan liptint berwarna pink matte dan nude di bibirku. Lalu aku juga mewarnai sedikit kedua pipiku agar terlihat cerah. Untuk bagian mata, aku hanya memberikan eyeliner untuk memberikan kesan garis mataku. Untungnya, aku tidak memiliki kantong mata yang tidak perlu aku tutupi.

Sekali lagi aku melihat diriku di depan cermin. Aku melihat penampilanku dari atas sampai bawah. Kedua mata hitamku tampak begitu bercahaya karena pantulan sinar matahari. Setelah itu, aku mengambil ponselku. Bentuk ponselku di sini seperti kertas transparan berbahan kaca ringan. Benda ini bisa dilipat kecil dan dapat disimpan di bandul kecil di gelangku. Dengan ini, aku bisa membawa ponselku tanpa membawa tas dan dapat langsung diakses langsung dengan layar hologram pribadi milikku.

Setelah semuanya benar-benar siap, aku keluar dari kamar. Billy sudah menungguku di ruang tamu dengan berbagai macam parcel bunga. Seperti biasa aku meminta Billy untuk membakar semua parcel tersebut dan mengecek segala tingkah laku dari pengirim bunga-bunga tersebut sebelum menjadi lebih buruk. Untuk mengantisipasi dari tindakan-tindakan tersebut, biasanya Jack akan membantu langsung dari rumah. Orang itu selalu bisa melakukan apa saja lewat komputernya.

Pintu ruang apartemenku terbuka dengan sendirinya saat Billy dan aku berjalan mendekatinya. Kami keluar dari ruang apartemen dan langsung disambut oleh lima orang pengawal berjas hitam. Mereka semua adalah bawahannya Billy. Setiap hari Senin, mereka seperti melakukan apel pagi di depan apartemenku seperti ini. Dan saat aku menempatkan posisiku di antara mereka berlima dan Billy, mereka memberikan salam sambil membungkukan badannya.

Seperti biasa aku menyalami mereka dengan sangat riang lalu pergi ke tempat parkir sambil diikuti oleh Billy di belakangku. Hari ini akan menjadi hari yang cukup berat untukku.

Bab 1

The one who must fall