Setelah aku pergi keluar luar rumah selama 2 hari berturut-turut dan sudah 5 hari aku hanya berdiam diri di rumah. Aku hanya menghabiskan waktu dengan menonton film, tak lupa membersihkan rumah seperti, menyapu, mengepel lantai, mencuci baju dan lainnya. Selain itu, ibu dan ayah pulang lebih lama dari yang direncanakan. Tersisa beberapa hari lagi sebelum pembagian raport.
Ting!
Sebuah pesan masuk dari Arwan. Semenjak pertemuan kami, ia tidak pernah absen mengirimiku pesan. Selalu saja ada topik yang membuat kami semakin lama dalam mengirim pesan. Ada satu kalimat yang membuatku penasaran, yaitu saat ajaran baru nanti kamu jangan terkejut ya. Aku sangat penasaran maksud dari kalimat tersebut.
Ceklek!
"Keisha ... Ibu pulang," ucap ibu yang baru pulang.
Aku langsung bangun dari tempat tidur, lalu berlari ke ruang tamu.
"Ibu!" seruku memeluk ibu.
Ibu membalas pelukanku, "maaf ya Ibu baru pulang."
"Ngga apa-apa Bu ... yang penting Ibu pulang dengan selamat," balasku.
"Ibu aja nih yang dipeluk? Ayah ngga?" goda ayah di belakang ibu.
Aku tersenyum menanggapi ucapan ayah. Lalu, memeluk ayah.
"Kamu udah makan, nak?" tanya ayah.
"Udah kok Yah. Ayah udah makan belum?" tanyaku balik.
"Ayah udah makan juga ... sekarang kamu bantu Ibu dulu sana," ucap ayah lembut.
"Siap Ayah!"
***
Tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul 5 sore, saatnya ibu membuatkan makan malam. Tentu saja aku membantu ibu.
"Keisha ... sini nak," panggil ibu dari arah ruang tamu ketika aku baru keluar kamar.
"Iya Bu," balasku menghampiri ibu.
Begitu aku tiba di ruang tamu, Rika langsung berlari memelukku.
"Ka Kei!" seru Rika yang tak lama melepaskan pelukannya.
"Rika? Tumben banget kamu kesini," ucapku mencubit pipinya karena gemas.
"Ih ka Kei ngga pake nyubit kali," Rika memanyunkan bibirnya lucu membuat kesan lucu bagiku. Rika sendiri sudah aku anggap sebagai adik.
"Hahaha ... habis kakak gemes sama kamu," balasku sedikit menggoda.
"Kalau gitu Kei disini aja bersama Rika dan Farel. Ibu mau kembali ke Dapur," pinta ibu yang langsung dijawab oleh anggukan kepalaku.
Baru saja aku mau mengajak Rika duduk, ibu sudah kembali berbicara sambil membalikan tubuhnya, "oh iya, Rika sama Farel makan malam disini aja."
"Ok Tante!" sahut Rika semangat.
"Semangat banget sih yang mau nginep," celetuk Farel.
"Lho kamu mau nginep?" tanyaku sembari duduk disusul Rika.
"Iya! Aku mau nemenin ka Kei, lagian bete di rumah ngga ada yang bisa diajak ngobrol," jawab Rika.
"Abang ngga diliat nih De?" sambung Farel.
"Ih Abang ngga ngerti deh maksud aku girls talk gitu. Kakak, kan cowok," ujar Rika.
"Terserah kamu ajalah De," ucap Farel seraya mengambil ponselnya.
"Hahaha ... seru ya kalau punya saudara bisa cekcok kaya gitu hahaha ..." komentarku.
"Ka Kei ngga tahu aja betapa nyebelinnya Abang," kata Rika sebal. Farel hanya bisa mengabaikannya.
Setelahnya aku mengajak Rika ke kamar untuk bercerita dengan bebas. Aku kaget sekali ketika Rika menyukai seseorang, sangat tidak menyangka gadis yang bahkan tidak mengenal make up ini menyukai seseorang. Bukan berarti aku mengenal make up, hanya beberapa make up saja yang aku ketahui.
Obrolan kami berlanjut sampai Farel mengetuk kamarku meminta kami untuk segera makan malam.
.
.
.
Makan malam sudah berlalu begitu saja, Farel juga sudah pulang. Kini aku dan Rika sedang menonton film ditemani cemilan beserta minuman. Sebelumnya tidak pernah terbayangkan olehku dapat menghabiskan malam dengan menonton film serta berbincang-bincang seperti ini.
"Keputusan yang tepat untukku menginap disini. Coba aja dari kemaren-kemaren aku nginepnya hehehe ..." ucap Rika sebelum memejamkan.
"Kakak juga seneng," balasku tersenyum.
Kami pun tertidur sampai matahari kembali menampakan dirinya.
***
Berkat Rika yang menemani liburanku, aku merasa hari berjalan lebih cepat. Tiba-tiba saja hari ini adalah hari pengambilan raport. Maka dari itu, Rika pulang ke rumahnya dijemput Farel.
"Ka, makasih ya ... nanti aku mau nginep lagi sama kakak!" ucap Rika semangat.
"Hahaha ... dengan senang hati," balasku.
"Kei makasih ya, maaf ngerepotin. Salam buat tante sama om ya, sampai bertemu di Sekolah Keisha," pamit Farel menjalankan motornya yang dibalas anggukan oleh kepalaku.
Aku masuk ke dalam, bersiap-siap pergi ke Sekolah bersama Ibu.
Drrtt ... drrttt ... ddrrtt ...
Ponselku terus bergetar menandakan panggilan masuk. Aku melihat layar benda pipih itu, terpampang nama Arwan disana. Aku mengangkatnya dengan mode loudspeaker.
"Hai Kei," sapa Arwan ketika panggilannya diangkat.
"Oh hai Arwan, ada apa nih?" balasku seraya merapikan seragam.
"Ngga apa-apa cuma mau bilang, apapun hasilnya nanti kamu jangan kecewa ya. Aku yakin kamu sudah melakukan yang terbaik!"
"Ah ternyata kamu ingat kalau hari ini aku pembagian raport. Makasih ya, berkat ucapanmu aku sedikit tenang. Setelah aku pikir-pikir, aku harusnya tak terkejut jika mendapatkan hasil yang tak memuaskan. Toh aku sudah terbiasa akan hal itu."
"Pesimis sekali ... Keisha yang aku tau itu selalu optimis tidak pernah berpikiran seperti itu bahkan dapat membuat orang disekitar merasakan rasa optimismu itu."
"Omonganmu kaya yang udah kenal lama aku aja ya hahaha ... jika aku memang seperti itu, sudah dipastikan aku akan terkejut dengan sikapku sendiri," Aku mengambil ponsel dan mematikan mode loudspeaker.
"Padahal memang begitulah kamu," batin Arwan sebelum membalas ucapanku.
"Ya anggap saja begitu hahaha ..." balas Arwan.
Tok ... tok ... tok!
"Keisha, kamu udah siap belum, nak? Ayo berangkat!" ucap ibu dibalik pintu.
"Udah kok Bu ... sebantar lagi Kei keluar," jawabku.
"Arwan udah dulu ya, aku mau ke berangkat," ujarku.
"Ok, hati-hati ya Kei."
"Siap!"
Pip!
Aku sangat berharap kali ini nilaku cukup memuaskan.
***
Saat diperjalanan pulang Farel dan Rika.
Farel sangat penasaran apa yang aku dan adiknya lakukan saat menginap.
"De ..." panggil Farel.
"Kalau mau nanya selama nginep ngapain aja aku ngga mau jawab, males," tolak Rika tepat sasaran.
"Gitu banget sih jadi Ade," gerutu Farel.
"Lagian mau tau amat sih urusan cewek!" omel Rika.
"Ya sebagai Abang yang baik, Abang mau kamu ceritain dem—" Rika langsung memotong ucapan Farel.
"Abang yang baik apaan, alasan aja!" Sekali lagi Farel telah diomeli oleh adiknya.
Omelan Rika menjadi penutup percakapan sampai mereka tiba di rumah.
"Bang ... Abang tuh suka ngga sih sama ka Kei?" tanya Rika penasaran.
"Kalau suka secara khusus sih ngga," Farel langsung menjawabnya.
"Oh gitu, terus Abang ada rasa sama pacar Abang?" tanya Rika lagi.
Farel terkejut dengan pertanyaan Rika barusan, "pacar? Sejak kapan kamu tahu?"
"Aku pernah liat Abang jalan sama cewek lain. Cewek itu begitu menempel sama Abang terus Abang diem aja, ya aku mengambil kesimpulan kalau dia pacar Abang. Melihat reaksi Abang saat ini sepertinya kesimpulanku benar. Jadi aku cuma mau ngasih tau, kalau Abang ngga suka segeralah putus, jangan menyakiti hatinya Ngga baik," jelas Rika meninggalkan Farel.
"Menyakiti? Dianya aja mau manfaatin aku buat Kei? Bila dia sakit hati, ya itu karena dirinya sendiri," pikir Farel.
Farel tidak tahu aja, sakit hatinya Mia menimbulkan masalah baru.
***