Sekali lagi aku memastikan barang tidak ada yang tertinggal satupun. Ibu berulang kali memintaku agar berhati-hati dan bersenang-senang. Ibu meminta jika ada sesuatu yang tidak mengenakan terjadi segera hubungi ibu atau ayah.
"Tenang saja Bu ... aku akan baik-baik saja kok," ucapku.
"Iya, Ibu percaya sama kamu, tapi ..." ibu menggantungkan ucapannya diakhir.
"Tapi apa Bu?" tanyaku penasaran.
"Bukan apa-apa, kurasa Ibu hanya berlebihan saja," balas ibu menepis prasangka buruknya pada Nadine.
"Ibu ini terlalu khawatir, udah ya Bu aku berangkat dulu. Dah Ibu ..." pamitku pada ibu.
Ibu membalasnya dengan tersenyum.
Aku pergi ke rumah Mia menaiki ojek online. Sebenarnya aku ingin mencoba naik angkot, namun aku masih trauma. Entah sudah berapa kali aku penasaran penyebab traumaku menaiki mobil apa.
Tidak butuh waktu lama aku telah sampai di kediaman Mia. Begitu aku melewati pagar yang tidak terkunci, aku menemukan Mia dan Nadine tengah asik berbincang-bincang di teras dengan beberapa cemilan serta minuman di depannya.
"Hai Mia ... hai Nadine ..." sapaku begitu tiba di teras.
"Oh Hai Kei, sini simpen barang-barang kamu dulu," balas Mia mengantarkanku ke kamarnya.
"Aku tunggu sini ya," teriak Nadine dari teras.
"Ibu kamu mana Mia?" tanyaku bermaksud untuk memberi salam.
"Barusan aja mama keluar," jawab Mia.
"Kalau ayah kamu?"
"Papa aku kerja belum pulang. Kamu mau beri salam ya?"
Aku mengangguk.
"Nanti aja, paling malem pulangnya. Kita menghabiskan waktu aja dulu!"
"Ok!"
Mulai saat ini aku akan merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan.
***
Seperti yang sudah Mia katakan, kami bertiga menghabiskan waktu dengan bermain ABCD 5 Dasar, permainan semasa SD. Mereka bernostalgia dengan memainkan ini, sedangkan aku baru mengetahuinya. Setelah itu, kami menonton film spesial liburan yang selalu ditayangkan pada saat liburan akhir tahun ditemani berbagai macam cemilan beserta minuman.
Tidak terasa kami sudah menonton 2 film. Meski filmnya merupakan tayangan ulang, tidak ada satupun dari kami yang merasa bosan.
"Duh udah jam 8 nih, siap-siap yuk!" ajak Mia.
"Ayo!" balasku dan Nadine berbarengan.
"Aku siapin tempatnya dulu ya, Kei sama Nadine keluarin dulu aja makanannya," pinta Mia yang langsung kami laksanakan.
Mia merapikan meja panjang dipinggir untuk memanggang daging serta teman makan lainnya. Lalu di sebelahnya terdapat meja taman terbuat dari semen dengan kursi yang mengelilingi meja. Meja tersebut berisi minuman serta cemilan.
Setelah Mia menyiapkan tempat, ia mengambil kembang api. Tidak banyak hanya ada 1 bungkus saja.
Disamping itu aku dan Nadine sudah menyiapkan makanan. Nadine mengajukan diri untuk mencuci makanan, seperti daging sapi, daging ayam, selada. Lalu aku memilih untuk menyiapkan wadah yang akan kami gunakan.
30 menit sudah terlewati. Kami sempat mengobrol terlebih dahulu.
"Oh ya Kei, nanti kamu ya yang manggang dagingnya. Aku takut gosong," pinta Nadine.
"Iya aku juga ngga bisa, pernah waktu itu manggang daging eh gosong hahaha ..." bohong Mia.
"Tapi ... aku belum pernah," ucapku ragu-ragu.
"Ngga masalah kok, nanti aku yang nyalakan panggangannya. Aku yakin kamu bisa Kei!" balas Mia yang disambung anggukan Nadine.
"Ohh ya udah kalau gitu," ucapku masih ragu-ragu.
Entah kenapa aku memiliki firasat buruk yang seharusnya tak menyetujui untuk memanggang daging. Namun, disatu sisi aku tidak bisa menolak.
Saat aku hendak memanggang daging, kedua orang tua Mia sudah pulang. Tanpa basa-basi aku langsung memberi salam dengan sopan.
Aku mencium tangan mama Mia terlebih dahulu. "Malam Tante ... nama saya Keisha, Tante bisa panggil saya Kei teman sekelasnya.
"Jadi kamu yang namanya Kei, Mia udah kasih tau Tante. Bersenang-senanglah," ucap mama Mia.
Aku tersenyum. "Terima kasih tante ...."
Seusai memberi salam, aku melanjutkan kembali aktivitas yang sempat tertunda.
Selagi aku memanggang, Nadine dan Mia menyiapkan cemilan dan kembang api. Hanya tinggal 60 menit lagi sampai tahun 2014 berakhir.
"Waahh kamu memanggangnya dengan sangat baik," puji Nadine setelah memakan daging.
Mia juga memakannya, lalu menyetujui pujian Nadine. "Emang ngga salah minta kamu buat manggang daging."
"Syukurlah ..." ucapku bernapas lega. Aku tidak bohong saat mengatakan ini kali pertamaku memanggang daging. Setiap kali daging aku balik, aku benar-benar memeriksa apakah daging sudah matang atau tidak.
Setelah memanggang cukup banyak sampai kedua orang tua Mia kebagian. Aku beristirahat sejenak. Sedangkan Mia dan Nadine asik bermain kembang api.
"Ayo Kei sini! Tinggal 10 menit lagi lho tahun baru," ajak Mia semangat.
"Iya Kei, ini aku udah siapin buat kamu," sambung Nadine.
"Nanti aja aku mau duduk dulu sebentar," ucapku yang untungnya saja mereka mengerti.
Aku meneguk segelas soda, aku berharap besok perutku baik-baik saja. Sambil melihat Nadine dan Mia bersenang-senang, aku menikmati daging dan sesekali memakan cemilan. Dirasa sudah cukup istirahat, aku menghampiri Mia dan Nadine.
Mereka sangat senang ketika aku bergabung. Aku juga senang bisa menghabiskan waktu dengan mereka. Ini kali pertamaku menghabiskan malam tahun baru bersama teman. Ya setidaknya ini kenangan sebelum aku hilang ingatan.
Melihat kembang api yang mereka pegang lalu menggerakannya dengan tangan membuat ingatan masa laluku muncul. Ingatan yang tak kalah asiknya. Namun sangat disayangkan ingatanku yang muncul hanya sebagian kecil saja.
"Memang tidak mudah memulihkan ingatanku kembali," batinku.
Aku mulai memutar kembang api, tidak seperti Mia yang memutarnya dengan cepat, aku hanya memutarnya pelan. Sesekali menggerakan kembang apiku berbentuk bintang. Nadine melihat itu, pikirnya kembang api terbentuk bintang cantik, jadi ia mengikutinya disusul Mia.
"Wahh ... cantik banget ya, baru deh aku melewati tahun baru sesenang ini," ucap Nadine.
"Aku juga! Makasih ya udah mau dateng ke rumahku," sahut Mia.
"Aku juga senang, makasih juga sudah mengajakku," balasku kemudian.
"Eh tinggal 20 detik lagi nih," kata Mia sambil melihat jam tangan.
"Ayo pas udah 10 detik kita hitung sama-sama," ajak Nadine.
Aku dan Mia langsung menangguk. Mia semakin semangat menggerakan kembang apinya. Kami berdiri berdampingan. Aku berada ditengah-tengah mereka. Kami bertiga siap untuk menyambut tahun baru.
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
Duaarr!
"Akkhhh sakit!"
Berbarengan dengan suara petasan yang menggelegar jeritan Mia tidak kalah menggelegar.
***
"Mia!" Nadine langsung memasukan kembang api ke dalam ember berisi air yang telah disiapkan. Dengan penuh kekhawatiran ia menghampiri Mia.
Tidak hanya sampai disitu kedua orang tua Mia menghampiri anak semata wayangnya.
Mia terus meringis kesakitan akibat luka bakar di tangan kanannya.
Semua menatapku penuh amarah. Aku tak tahu harus berkata atau berperilaku apa.
Mama Mia mengambil kembang api untuk disimpan di ember, setelahnya menampar pipiku sangat keras.
Plak!
"Apa yang kamu lakukan pada anak saya?" bentak mama Mia.
Tubuhku gemetaran setengah mati. Sesungguhnya aku tidak tahu apa yang membuatku ditampar bahkan aku tidak tahu bagaimana kembang api yang aku pegang mengenai tangan Mia.
Malam tahun baru telah terlewati dengan kenangan yang menyakitkan.
***