Chereads / 8.760 hours in the wound / Chapter 4 - Arlinda Maheswari

Chapter 4 - Arlinda Maheswari

"Mari masss-,," ucapan Claudy terhenti.

Seorang wanita yang tampak lebih dewasa darinya. Cantik. sangat cantik. Surai panjang yang dibuat bergelombang dibagian ujungnya. make up yang semakin mendukung pahatan wajahnya, jangan lupa baju ketat yang memamerkan lekuk tubuh indahnya itu.

Claudy terdiam memandangnya sejenak. Wanita itu membalas pandangan Claudy dengan sinis.

Siapa dia?

Itulah yang muncul di benakku.

Apakah ini wanita kesayangan Pak Dirga?

Plak

"Siapa kamu?" teriak wanita itu disertai tamparan di pipiku, "Mengapa kau ada di rumah kekasihku?"

Aku terkejut. Jari lentik dengan kutek berwarna merah itu menampar pipiku. Dugaanku benar, dia kekasih Pak Dirga, suamiku. Sepertinya, dia cemburu dan tidak ingin seorangpun mengambil Pak Dirga darinya. Sebaiknya, aku mengakui saja jika aku adalah istri sahnya. Tidak peduli perkataan pedas apa yang akan keluar dari mulut Pak Dirga nantinya.

"Saya is-,,"

Drett Drett Drett

Ucapanku terpotong dering ponsel miliknya. Kulihat wanita itu menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan.

"Hallo, sweatie. Kamu dimana? Aku sedang di rumahmu"

Astaga. Ingin sekali aku memuntahkan isi perutku. Suaranya sungguh dibuat berbeda. Jika tadi dia berkata kepadaku dengan garang dan sekarang mengubahnya menjadi selembut dan semanja mungkin.

"Aku tidak peduli kau sedang meeting atau tidak. Aku ingin kau menjemputku di rumahmu dan jelaskan kepadaku siapa wanita di rumahmu ini!" rengeknya melalu telpon

Oke, aku akan menjadi pendengar rengekan tamu yang kekanak-kanakan ini. Cih, umur saja lebih tua dariku, tapi sikapnya seperti anak berumur 5 tahun saja.

"Oke, bye. Muach"

Cih, dia wanita manja.

"Awas kamu, jangan berdiri dekat pintu. Saya ingin masuk!" ucapnya sambil mendorong tubuhku hingga terantuk daun pintu.

Hey, aku ini istri pemilik rumah asal kau tahu!

Tidak ingin mengambil pusing. Claudy langsung saja kembali ke kamarnya. gadis ini tidak ingin menghidangkan seteguk air ataupun sebutir biskuit. Bodo amat! Toh, tamunya datang dengan cara yang tidak elit. Mana ada tamu datang langsung memberi tamparan.

Claudy. Si gadis mungil itu memilih membaca novel di kamarnya. Tidak peduli apa yang dilakukan tamu bar-bar yang mengaku sebagai kekasih Pak Dirga.

"Baby, Miss you. Baby, tadi aku datang kemari disambut oleh seorang wanita. Siapa dia?"

Oh My God. Suara ghaib itu terdengar hingga ke kamarku. Dan tunggu, dia berbicara dengan siapa memanggil lawan bicaranya baby. Jangan-Jangan Pak Dirga datang untuknya. Ingatkan ya, hanya untuknya.

"Kemana dia, Apa dia tidak menemanimu untuk menungguku?"

"Tidak, baby. Dia jahat, aku dibiarkan menunggumu sendirian."

"Hallo, Mbak. Sungguh aku ingin tertawa mendengar perkataanmu," batinku sambil menahan tawa di balik dinding kamar.

"Tunggulah disini, aku akan memanggilnya kemari" kata Pak Dirga yang diakhiri suara kecupan, entahlah kecupan dimana. Di bibir atau dahi, Claudy tidak tahu.

Oke, Claudy harus menyiapkan diri dan hati untuk menerima perkataan pedas sepedas seblak dari Pak Dirga. Bahkan lebih pedas perkataan Pak Dirga dibanding pedasnya seblak yang sungguh lezat disantap ketika musim hujan.

Brakkkk

Pintu kamar Claudy dibuka dengan kasar.

"Hey, bocah. Apa yang telah kamu katakan kepada kekasih saya dan mengapa kamu tidak menemaninya untuk menunggu saya?" tekan Pak Dirga sambil mencengkram daguku.

Aku melepaskan tanganya, "Aku ingin mengatakanya kepadanya bahwa aku adalah istri sah bapak, Namun terpotong karena bapak menelponnnya. Dan aku tidak ingin menemani kupikir itu tidak perlu, dia bukan anak kecil lagi, dia sudah dewasa seperti bapak." jawabku diakhiri senyuman.

plakkkk

Oh, apakah pipiku ini terlihat menggemaskan sehingga mudah sekali mendapat tamparan. Bahkan bekas tamparan wanita tadi belum memudar. Sekarang sudah ditambah lagi.

"Jangan pernah berkata kepadanya jika kau istri sahku, sialan!"

"Aku tidak mau. Aku ingin mempertahankan pernikahan kita!"

Pak Dirga tersenyum smirk, " Mempertahankan?"

"Iya, benar." jawabku antusias

"Ternyata pesonaku tidak pernah luntur sehingga membuatmu jatuh cinta dalam waktu sekejap." sombong Pak Dirga sambil bersedekap tangan.

"Jatuh cinta, aku jatuh cinta dengan bapak?"

"Ya, lalu apa lagi selain kamu jatuh cinta dengan saya?"

Dengan tersenyum Claudy menjawab, "Percaya diri anda terlalu tinggi tuan Dirgantara. Saya tidak jatuh cinta dengan anda. Ralat, belum. Karena cinta akan tumbuh seiringnya waktu. Tapi, saya akan berusaha untuk mencintai anda. Karena anda suami saya dan mencintai suami tugas saya sebagai istri."

"Cih, Kamu hanya gadis SMA. Sudah belajar saja yang rajin agar nilaimu tidak terlalu buruk. Saya yakin otak kamu hanya seperti otak udang. Jadi, jangan sok berusaha mencintai saya, tahu apa kamu tentang cinta?" tanyanya dengan nada meremehkan, "Sebaiknya kamu keluar, saya akan mengenalkanmu kepada kekasih saya. Ingat berbuatlah layaknya PEMBANTU!"

Tahan. Ucapan tajam adalah makanan sehari-harimu, Claudy. Tanggapi saja dengan senyuman!

Tanganku dicekal oleh Pak Dirga Dan diseret layaknya kambing qurban.

"Sweetheart, Dia adalah pembantuku. Sengaja aku memintanya kerja di sini untuk mengurus rumah ini." ucap Pak Dirga kepada wanita tadi, yang Claudy belum tahu siapa namanya.

Wanita itu memanyunkan bibir berlipstik moist yang senada dengan warna cabe.

"Benarkah?" tanya wanita itu

Claudy hanya berdiri tanpa mengeluarkan suara. Menonton saja sudah cukup baginya.

"Really, sweetie" diakhiri kecupan di bibir wanita itu.

Claudy membelalakkan mata cantiknya. Astaga, tidak ada sedikit pun rasa menghargai sebagai istri untuk Claudy. Dia memang sekarang masih anak SMA, tapi tidak ada yang tahu ke depannya. Dia akan menjadi kupu-kupu yang tercantik.

"Ternyata kau hanya pembantu calon suamiku" kata wanita itu seraya mendudukkan diri di pangkuan Pak Dirga. Dan Pak Dirga tidak menolak. Ia malah melingkarkan tangan kekarnya memeluk pinggang wanita berbaju ketat itu.

Tolong carikan Claudy korek kuping agar tidak salah mendengar apa yang dikatakanya! Dia berkata Pak Dirga calon suaminya? Oh, tidak bisa!

"Perkenalkan, saya Arlinda Maheswari. Tidak perlu berjabat tangan karena tangan saya terlalu suci untuk menyentuh tangan pembantu sepertimu, siapa namamu?"

Claudy tersenyum kecil, " Claudy Sabella"

Wanita dengan nama Arlinda Maheswari itu terdiam sesaat. Oh, apakah namaku terlalu buruk atau terlalu indah untuk didengar?

Ayolah, katakan saja apa yang ingin dikatakan. Kakiku sudah pegal berdiri sejak tadi menonton kalian.

"Linda sayang, Apakah perutmu ini lapar?" tanya Pak Dirga seraya mengelus perut rata milik Arlinda.

Heh manusia, kalian tidak sah! Ingin sekali kuberkata seperti itu. Langsung saja kumeninggalkan pasangan yang membuat hatiku panas. Bukan cemburu. Hanya saja aku juga ingin dihargai layaknya istri meskipun tidak saling mencintai. Apa susahnya untuk saling menghargai?

"Aku sangat lapar, aku tidak sarapan"

"kamu harus menjaga kesehatan, sayang!"

"Aku ingin makan bersamamu di restaurant jepang"

"Baiklah."

Begitulah percakapan yang Claudy dengar sebelum mereka pergi meninggalkan rumah ini. Baguslah wanita manja itu pergi, pergi saja sejauh mungkin agar rumah tangganya bersama Pak Dirga dapat membaik.

"Arlinda Maheswari" monolog Claudy, "Meski kau lebih dewasa dariku, tapi sikapmu tidak mencerminkan umurmu. Kita akan bersaing untuk satu pria. Andai saja aku tidak terikat secara sah, aku tidak ingin bersaing denganmu untuk mempertahankan Pak Dirga, aku lebih memilih fokus untuk sekolahku dan cita-citaku."

Langit biru menjadi teman sepi siang ini. Gadis itu bingung harus melakukan apa. Ingin keluar sekedar jalan-jalan, sayangnya tidak memiliki teman. Suaminya tidak usah ditanyakan lagi, padahal ini hari pertama setelah pernikahan. Sudahlah, mimpi untuk menikmati liburan semester buang saja jauh-jauh. Akhirnya, Claudy memilih melanjutkan membaca novel yang sempat terlewatkan karena Pak Dirga ingin mengenalkannya dengan wanita itu.

Drett Drett Drett

Disaat Claudy benar-benar tenggelam dalam cerita yang berjudul My young marriage. Benda pipih disampingnya bergetar.

Putri

Itulah nama yang tertera. Ia satu-satunya sahabat terbaik yang dimiliki Claudy. Tanpa menunggu lama, langsung saja gadis itu menutup novelnya dan mengangkat handphone yang sedang berbunyi.

"Hallo!" sapa dari sebrang sana.

"Ada apa, put?" jawab Claudy tanpa membalas sapaan dari sana.

"gimana kabar lo? Kangen gue."

"Aku baik, kamu sendiri gimana?"

"Hati gue lagi gak baik."

"Kenapa?"

"Doi mutusin gue"

"Tidak perlu bersedih, kamukan gadis cantik masin banyak lelaki di sekolah kita yang ingin menjadi pacarmu!"

"Tenang aja, gue udah gak sedih. Karena bokap gue ngajakin gue jalan-jalan ke Australia" ucap putri terdengar girang

"Serius?"

"Iya donk, ini gue udah mau berangkat. mumpung libur"

"Syukurlah, hati-hati di jalan!"

"Siip, nanti gue bawain oleh-oleh special buat lo"

"thanks" ucap Claudy dan menutup saluran telponnya.

"Hidup kamu beruntung banget ya, put." bisik Claudy dalam kesendiriannya.