Chereads / 8.760 hours in the wound / Chapter 10 - Putri Knows

Chapter 10 - Putri Knows

Sudah hampir tiga bulan usia pernikahan Claudy dan Pak Dirga. Namun, tidak Ada kemajuan sama sekali. Bahkan Pak Dirga makin sering berbuat dan berkata kasar sesuka hati. Pak Dirga semakin jarang pulang kerumah. Claudy tidak tahu dimana tempat Pak Dirga menghabiskan waktunya. Claudy juga tidak tahu bersama siapa Pak Dirga menghabis detik demi detiknya. Ah, iya Claudy lupa. Pasti Pak Dirga menghabiskan waktunya bersama perempuan kesayangannya.

Arlinda Maheswari

Ya, bersama wanita menor itu. Jika tidak bersamanya, bersama siapa lagi? Hanya wanita itu yang menjadi kebanggaan dalam hidupnya.

Ngomong- ngomong, mengingat nama mereka berdua membuat mood Claudy hancur. Hancur sehancurnya. Mereka hanya dua orang manusia dewasa yang egois, tidak pernah menoleh sama sekali bagaimana perasaan orang lain. Pak Dirga seorang lelaki dewasa yang memiliki segalanya, tapi sikapnya tidak mencermin segalanya. Arlinda Maheswari, Seorang perempuan yang pantas disebut tante girang dengan bedak dempulnya, tidak menggambarkan kedewasaanya sama sekali.

Ternyata benar, tingkat kedewasaan seseorang tidak diukur dari umur, melainkan dari attitude dan action seseorang tersebut.

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

"Dy, gue denger-denger dari anak sebelah, semua kelas 12 mau camping ke puncak loh." Kata Putri sambil membuka-buka buku Shoppe yang dibawa dari rumahnya.

Claudy yang sedang membaca buku biography menoleh mengerutkan keningnya. "Kapan?"

"Enggak tau gue" Jawab Putri sambil menggelengkan kepalanya, "Belum jelas kapan nya."

Claudy hanya mengangkat bahunya acuh dan kembali membaca buku yang sempat terjeda itu.

Putri yang melihat respon Claudy seperti itu mendengus kesal, "Dasar, buku aja terus. Orang lagi jamkos juga!"

Claudy masih acuh dan membiarkan Putri kesal. Claudy sangat suka melihat sahabatnya kesal.

"Dy?!!"

"Claudy?!!!!"

"Dy?!!!"

"Claudy Sabella?!!!"

"Ish, Dyyyyy?!"

Claudy menghembuskan nafas dan menutup bukunya. Dilihatnya gadis yang sedang kesal itu cemberut.

"Kenapa, put?" Tanya Claudy santai.

"Kenapa put, kenapa put, kenapa put?!" kesal putri meniru gaya bicara Claudy, "Udah dipanggil lima Kali baru noleh. Solimi."

Claudy terkekeh, "Iya-iya, maafin donk."

Putri mendengus yang kesekian kalinya, "Mana bisa gue marah sama lo."

"Iya, aku tau kok kamu setia, Put."

"Bukan!"

"Terus?"

"Nanti lo kagak kasih gue jawaban. Hehehhee," Jawab putri dengan tampang watadosnya

"Dasar" Dengus Claudy.

"peace, Dy." Kata Putri sambil nyengir menampakan gigi putihnya.

Kringgg Kringgg Kringgg

"Yeay, lonceng surga!" girang Putri, "Yok gais ke kantin!!"

"Ngapain ke kantin?" Ucap Sudin tiba-tiba.

"Ngapelin abang cilok, Din." Jawab putri geram.

"Dari pada sama abang cilok mending sama gue, put!" kata Sudin sambil menyisir rambutnya dengan jari tangan.

"Ewhhh, ogah. mending sama abang cilok bisa makan cilok tiap hari. Lah sama lo?!"

"Kalau sama gue makan semur jengkol tiap hari. tenang aja, gue punya kebon jengkol satu hektare." Sombong Sudin.

"Gigi lo mirip jengkol. Sono nyemur jengkol tiap hari. Ogah gua kagak mau, entar anak-anak gua kurang gizi makanin jengkol tiap hari gegara bapaknya!"

"Aduh, udah ngomongin anak-anak. Mau anak berapa emang? Tanya udin, " Tiga belas mau? Biar pas main bola ada cadangan dua."

Claudy yang sedari tadi duduk sambil menopang dagu menonton perdebatan mereka hanya tertawa. Sungguh bagaikan Tom and Jerry.

"Tiga belas bapak lo peyang. Saraf!" Geram putri dengan wajah memerah. "Ayok, Dy!"

Sepanjang perjalanan menuju kantin, tidak henti-hentinya Putri menggerutu menyumpah serapahi Sudin.

"Sumpah tu anak, gue gantung di tiang bendera baru tau rasa." gerutu putri

"Sudah, put. Jangan menggerutu terus, cepat tua lo."

"Bodo amat."

Claudy menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kecil. Putri sedang benar-benar kesal. lihat saja mukanya, Kusut banget.

"Kusut banget muka kamu, put?!" Ucap Claudy sambil membuka botol minum yang selalu ia bawak.

"Au ah, mau makan gue laper. lo kagak makan?" Tanya Putri sambil beranjak menuju stand makanan.

Claudy hanya menjawab dengan gelengan.

Inilah Putri, seberapa kesalpun dia, tidak akan bisa menahan lapar.

Putri datang dengan nampan berisi makanan porsi besar. Claudy hanya mampu menggelengkan kepala. Dan menonton Putri menyantap makananya. Bukan Claudy tidak ngiler, hanya saja sekarang Claudy harus pandai menyimpan uang demi melanjutkan sekolah.

Lonceng masuk berbunyi, semua siswa kembali ke kelas masing-masing. Namun, entah apa yang merasuki hari ini. Jam pertama di kelas Claudy jamkos dan jam kedua guru rapat. Alhasil, inilah merdeka yang sesungguhnya bagi para siswa dengan segudang kemagerannya.

Beberapa saat kemudian, tiba-tiba gerombolan anak osis yang sebentar lagi akan expired masuk ke kelas Claudy. Lebih tepatnya ketua dan wakil ketua osis nya yang masuk.

"Assalamualaikum, teman-teman semuanya. Saya di sini akan menyampaikan informasi bahwa sekolah Kita akan mengadakan camping khusus untuk kelas 12. Dan kita akan camping di puncak hari senin depan selama tiga hari." Jelas lelaki jangkung yang notabenya sebagai ketua, "Setuju atau tidaknya, Kalian bisa mengisi surat ini dan jangan lupa tanda tangan orang tua!"

Seketika kelas langsung ricuh, "Puncak, Puncak, Puncak, Puncak " Seru anak laki-laki yang duduk di barisan belakang.

Sedangkan dua orang lelaki yang memberikan informasi sibuk membagikan surat persetujuan satu persatu.

Lelaki jangkung dengan name tage Aldo Panduwira yang notabenya sebagai ketua osis, kini sampai di meja Claudy. Lelaki itu tampak seperti meneliti wajah Claudy. Diliriknya name tage gadis itu.

Claudy mengerutkan dahinya. Apa ada yang salah dengan dirinya.

Putri yang melihat itu, langsung menyenggol tangan Claudy, "Lo punya masalah sama dia?" Bisik Claudy.

Claudy menggelengkan kepala dengan mata mengerjap.

"Imut" Batin Aldo

Aldo tersenyum kecil dikala melihat ekspresi Claudy yang sepertinya bimbang.

"Ehem, Sory sebelumnya," Ucap Aldo. "Lo yang kerja di restaurant bunda gue kan?"

Claudy membelalakan mata cantiknya, bingung, terkejut dan gugup menjadi satu. bagaimana tidak bingung, yang dimaksud bunda, bunda yang mana? terkejut dan gugup karena ada Putri yang selama ini ia rahasiakan darinya.

"Lo enggak kenal bunda gue?" ulang Aldo.

Claudy menoleh ke kanan dan kiri. untung saja mereka tidak sadar. Tapi, ketika melihat wajah Putri, gadis itu ikut terkejut.

"Mmmm, Emang nama bunda kamu siapa?" Tanya Claudy polos.

Aldo terkekeh, " Bunda Monika Rahayu"

Claudy melotot tidak percaya. "Ka-kamu anaknya Bu Monika pemilik restaurant Cempaka?"

Aldo mengangguk kecil, "Jadi bener, lo kan yang kerja di tempat bunda gue?"

Aduh gawat, bagaimana ini. Claudy melirik Putri yang sedang menatapnya dengan penuh tanda tanya.

Dengan memberanikan diri Claudy mengangguk lemah.

Lagi dan lagi Aldo tersenyum seraya mengulurkan tangan, "Salam kenal ya."

Claudy mengulurkan tanganya ragu yang langsung disambut oleh Aldo. Maklum saja mereka harus kenalan lagi, walaupun Claudy sudah 3 tahun sekolah di sini, tapi Claudy tidak terlalu banyak mengenal orang.

"Aaaaaa gue baper Ya Allah" Teriak Putri yang mengundang mata lain menatap Claudy dan Aldo. Merasa sedang diperhatikan, Claudy menarik tangannya dan tersenyum kikuk.

"Oke, gue lanjut dulu ya?!" pamit Aldo sambil berlalu.

Claudy mencubit lengan Putri pelan, "put, kamu ini kenapa teriak-teriak sih. malu tau."

"Heheheh habis baperrr tau" kata Putri

"Baper dari mananya?"

"Dy, gue mau nanya serius!" kata Putri yang sudah mengganti mimik wajahnya menjadi serius. "Lo beneran kerja? Kenapa lo kerja?"

Claudy sudah menebaknya, ini pasti terjadi. Claudy menghembuskan nafasnya. "Aku akan cerita tapi engga di sini."

"Dimana?"

"Di danau, tidak jauh kok dari sini."

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Dua gadis dengan seragam SMA yang duduk saling diam di tepi danau, tiba-tiba canggung begitu saja. Putri yang tidak tahan dengan suasana seperti ini, langsung saja membuka bicara.

"Jadi, kenapa lo kerja?" Tanya Putri memulai pembicaraan, "Sementara lo udah kelas 12, biasanya lo sibuk belajar."

Claudy menghembuskan nafas, mungkin sudah saatnya untuk berbagi cerita dengan Putri.

"Aku kerja supaya bisa membayar uang sekolah, put." Jawab Claudy.

Putri terdiam sejenak, "Loh, emang bokap lo kemana?"

Claudy memejamkan mata sebentar, mungkin ini meyesekan untuk diceritakan. "Aku akan cerita tapi jangan dipotong!"

"Oke."

Claudy menceritakan semuanya, tidak ada yang ditambahkan atau dikurangkan. Putri mendengarkan dengan seksama, sesekali air mata Putri ikut jatuh melihat Claudy menceritakan kisah pahitnya dengan air mata. Tangan Putri juga tak lupa mengusap punggung Claudy.

"Aku enggak tahu lagi, put. Aku dijodohkan dengan lelaki seperti itu dan aku tidak dianggap anak lagi oleh ayah kandungku sendiri. Aku udah engga punya siapa-siapa lagi, put." Ucap Claudy luruh di pelukan Putri.

"Lo enggak sendirian, Dy. Lo masih punya gue," Ujar Putri, "Lo gausah kerja juga ga papa, Dy. Gue yang akan bantu bayarin sekolah lo."

Claudy menggelengkan kepalanya, "Engga put, Aku engga mau merepotkan orang lain termasuk kamu."

"kok lo gitu, engga papa Kali!"

"Engga, Put. Dengan hadirnya kamu jadi sahabatku aja aku udah berterima kasih banget. Setidaknya aku masih ada rumah untuk bercerita."

Putri melepas pelukanya, dan memegang pundak sahabatnya yang sedang rapuh itu. "Setelah ini, lo jangan mendem apa-apa sendiri lagi. Ada gue yang siap dengerin dan bantu lo. kalau perlu kita basmi si Arlinda Maheswari itu."

Claudy tersenyum manis dan menganggukan kepalanya. "Maaf, aku baru bisa cerita sama kamu."

"Engga masalah, gue ngerti kok. Setiap orang pasti butuh jeda untuk sendiri dulu sebelum berkeluh kesah sama orang lain."

"Terimakasih, put."

"Gue engga perlu ucapan Terimakasih lo, Gue perlu semangat dan senyuman lo, terus lo hidup bahagia. Itu yang gue butuh dari lo. Karena sebagai sahabat yang baik, gue akan turut bahagia melihat lo bahagia."

Claudy terharu dengan sahabatnya. Putri yang notabenya bar-bar, kalau ngomong asal jeplak, Bisa setulus dan sepengertian itu.

"Yaudah Kita pulang ya, gue anter lo!" Ajak putri sambil menarik tangan Claudy.

Claudy hanya mengangguk

"Jadi rumah yang super duper mewah itu rumah suami lo, Pak Dirga?" Ucap Claudy sambil menyetir Mobil.

"Iya"

Putri mangut-mangut paham. dan lebih memilih fokus menyetir dan membiarkan Claudy tenang.

"Thanks ya, put."

"Iya, Udah sana masuk. jangan mewek lagi lo. udah jelek makin jelek nanti."

"Dasar!" dengus Claudy.

Dengan tatapan sayunya, Claudy Berjalan untuk segera sampai di kamarnya membersihkan diri dan rebahan. Mungkin hari ini dia akan Izin bekerja saja, dan menggantinya dengan hari lain.

Baru saja Claudy memegang gagang pintu, Ada suara aneh yang samar-samar terdengar.

"Ahhhhh Dirgahh emhhhhh"