Mungkin, untuk saat ini perubahan adalah hal yang paling diharapkan Claudy, si gadis manis dengan seribu liku menginginkan keadaannya berubah menjadi lebih baik, berubah menjadi lebih hangat, berubah menjadi yang diharapkan. Namun kenyataanya, Keadaannya masih sama, gadis manis itu dipaksa dengan pendewasaan, dituntut dengan keadaan, berusaha berjalan di jalur terjal. Padahal Claudy tidak minta apa-apa, Claudy hanya ingin bahagia dan bebas. Bebas menikmati masa transisi remaja ke dewasa dengan kebahagian pada umumnya seperti yang dirasakan oleh remaja lain.
Ah, terkadang jalur kehidupan tidak dapat ditebak, semua sudah diatur yang maha kuasa. Manusia hanya menjalani saja. Tapi, terkadang setiap umat kecil ini merasa bahwa yang hadir adalah sebuah ketidakadilan. Namun, apa daya manusia yang layaknya kurcaci kecil, tidak ada yang bisa dilakukan untuk mengubahnya selain pasrah dan menerima. Yakinlah bahwa setiap jiwa manusia adalah pahlawan dari cerita kelam dan masalah mereka sendiri. Pelangi dan senja akan hadir ketika perjuanganmu untuk bertahan di kekelaman masa sudah berhasil. Sabar dan percayalah, Tuhan tidak pernah menguji manusia di luar batas kemampuannya.
"HUFTTTTT!"
Helaan nafas kasar itu dihembuskan oleh gadis manis yang sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja. Secarik kertas putih yang berisi pertanyaan untuk pernyataan apakah setuju atau tidak untuk mengikuti kegiatan camping yang rutin selalu diadakan oleh sekolah. Jauh di lubuk hati yang paling dalam, ia sangat ingin mengikutin kegiatan itu, terlebih ini adalah tahun terakhir di masa putih abu-abunya.
Di kamar yang hening, sunyi, senyap, dan bisu itu hanya ada suara detak jam dinding yang menyatu. Sedangkan gadis itu terus bergelut dengan pikirannya, berpikir keras menemukan jalan keluar. Mencari alternatif yang dapat dilakukan, meskipun hanya berakhir dengan menggelengkan kepala sendiri yang menandakan bahwa ia tidak yakin untuk melakukannya dan merasa alternative yang ditemukan adalah bukan solusi yang tepat.
Namun, tiba-tiba saja deru mobil milik Pak Dirga terdengar memasukim pekarangan rumah. Entah dari mana orang itu, sudah hamper tiga hari claudy tidak melihat batang hidungnya berkeliaran di rumah ini.
Demi untuk melaksanakan bakti seorang istri kepada sang suami, dengan rasa malas Claudy bangkit dan bergegas untuk membukakan pintu bercat putih itu. Meskipun hal ini tidak akan dianggap oleh Pak Dirga, Baginya semua perlakuan claudy adalah hal yang mengganggu kehidupannya. Padahal disini pihak yang paling dirugikan adalah Claudy. Ya, begitulah manusia. Sulit untuk berempati dan selalu merasa dirinya yang paling tersakiti.
"Bapak, apa kabar? Mari masuk!"
Dengan tersenyum canggung dan gugup, hanya kalimat itu yang terlontar dari bibir manis Claudy. Gadis itu merutuki dirinya, bisa-bisanya memberikan pertanyaan yang harusnya diberikan kepada kerabat yang sudah terpisah lama. Tapi, ada benarnya juga Claudy bertanya seperti itu. Toh, Pak Dirga juga datang ke rumah ini hanya untuk absen saja.
Dengan muka datar dan sorot mata tajam, Pak Dirga hanya mengangkat sebelah alisnya dan pergi menaiki tangga bergegas ke kamar. Melihat respon tersebut Claudy hanya menghela nafas kasar, sudah biasa baginya diperlakukan seperti ini. Claudy hanya harus memiliki kesabaran yang ekstra. Daripada membuang waktu hanya untuk memikirkan Pak Dirga yang tak kunjung berubah menjadi sosok yang suamiable, gadis itu kembali ke kamarnya untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolah dan memikirkan solusi untuk keputusan kegiatan camping yang sempat terganggu karena kedatangan Pak Dirga. Dan Kebetulan hari ini ia mendapat shift kerja sore hari yang pastinya akan pulang pada malam hari dan besoknya akan sekolah.
🍃🍃🍃🍃🍃🍃
Seorang gadis dengan cepolan rambut yang asal sibuk mengotak-atik benda pipihnya, siapa lagi jika bukan putri. Gadis itu merasa bosan dengan hari minggunya pada kali ini. Ia hanya berdiam diri dirumah bersama para asisten rumah tangganya, karena kedua orang tuanya sedang ada urusan bisnis di luar kota.
"HUFTTTTT GABUT BANGET SIH GUE!"
"Ngapain ya biar enggak gabut?!"
"Oh iya, guekan belum ngisi kertas surat persetujuan dari sekolah. Bego amat gue."
Begitulah teriakan dan celotehan monolog yang mengisi ruangan bernuansa angkasa itu. Ternyata bukan doi aja yang harus diperjuangakan, mengusir rasa gabut juga butuh perjuangan.
"Eh, si Claudy udah ngisi ini belum ya?" Ucap remaja itu seraya melihat tulisan di kertas putih yang dipegangnya, "Gue telpon aja kali ya, nanya langsung ke orangnya."
Tidak membutuhkan waktu lama bagi Putri untuk mendial nomor Claudy dan mendapat jawaban dari seberang sana.
"Ya hallo, put?!"
Dengan senyum sumringahPutri langsung menjawab, "Eh, lo udah ngisi surat camping?"
Terdengar helaan nafas berat di seberang sana dan kemudian senyap seketika. Yakinlah Claudy tidak tahu harus memberi jawaban apa. Bahkan hal ini termasuk bagian yang rumit untuknya.
"Weh, dy. Ngapa senyap masih nafaskan loo di sono?" Ujar Putri yang masih menunggu jawaban Claudy.
Enam puluh detik berlalu sudah, namun tidak kunjung juga jawaban Claudy. Putri mengerutkan keningnya. Gadis itu curiga pasti ada sesuatu dengan sahabatnya itu.
"WEH DYY, LO MASIH DISANAKAN, HALLO?"
"E-eh, Iya sorry put sorry" Jawab Claudy sedikit terkejut dengan teriakan putri. Tidak lupakan, kalau masalah teriak putri juaranya? Jadi jangan heran meskipun putri teriak melalui telpon seluler akan tetap mengagetkan lawan bicaranya.
"Lo satu menit ngapain aja hah diamin telepon gue? Ngebatu lo kek patung pancoran?" Tanya Putri dengan kesal.
"EH, Hehehe sorry ya." Jawab Claudy.
"Sorry-sorry. Jadi gimana lo udah isi surat pernyataan camping belum?"
"Belum" Jawab Claudy, "Kamu udah?"
"Boro-boro, liat kertasnya aja baru sekarang."
"Kebiasaan!" Dengus Claudy
"Hehe, santai kali mbak. Yaudah ye gue tutup, gue cuman mau nanya lo udah ngisi surat apa belum" Ucap Putri sambil cengengesan, "Byeee!"
🍃🍃🍃🍃🍃🍃
Gadis yang tengah asyik mengerjakan tugas-tugas sekolahnya itu terkejut melihat waktu yang begitu cepat berjalan. Dia baru menyadari sekarang adalah waktunya untuk bersiap pergi ke restaurant cempaka. Tanpa basa-basi langsung saja gadis itu menutup bukunya dan bergegas untuk bersiap diri. Hanya membutuhkan waktu 15 menit untuk berbenah agar terlihat rapi dan siap untuk melanjutkan perjalanan.
Namun, ketika Claudy ingin menutup pintu kamarnya, Tiba-tiba saja ada suara yang mengejutkan gadis itu.
"Cih, siapa yang telah menciptakan kebebasan untukmu?!" Ucap Pak Dirga dengan ekspresi arrogant yang mencekam.
Dengan wajah yang masih menggambarkan keterkejutan, Claudy hanya mendongak mencoba menatap Pak Dirga yang memilki tubuh tegap dan tinggi dengan balutan kaos hitam yang mengekspos tubuh kekarnya. Jujur saja, tinggi Claudy hanya sedada Pak Dirga. Ah, membahas tinggi badan membuat Claudy badmood saja.
"Berani kamu menatap saya seperti itu?!" Ucap Pak Dirga dengan wajah datar dan geram. "Apa kamu terpesona bocah ingusan?"
Mendengar pertanyaan seperti itu, Claudy langsung mengerjapkan matanya berkali-kali, "M-Maaaf pak, sa—y…."
"Saya tidak peduli !" Potong Pak Dirga, "Saya hanya ingin berkata, jika kamu akan pergi untuk bertemu dan melayani pria hidung belang di luar sana, kamu bisa berdandan agar sedikit menggoda."
JDEEEEEERRRRRR
Percayalah, ketika seorang perempuan baik-baik dihadapkan dengan kalimat yang seolah-olah menggambarkan dirinya adalah perempuan buruk, di saat itu juga, hatinya, jiwanya, dan mentalnya serasa jatuh terkulai.
Dengan suara menahan tangis gadis itu menjawab, "Seburuk itukah saya di mata anda? Apakah saya yang paling buruk? Dan apakah ada kalimat yang lebih rendah dari itu? Apakah ada?" Air mata yang tidak bisa dibendung mengalir begitu saja membasahi pipi yang sudah memerah.
"Apakah ada?" gadis itu mengulang pertanyaan terakhirnya dengan nada lemah dan senyuman yang diiringi air mata.
Melihat hal itu Pak Dirga bukannya malah tersentuh, malah menaikkan sebelah alisnya seraya melipat kedua tangannya di dada dan berkata, "Mungkin ada."
Mendengar pengakuan Pak Dirga, Claudy hanya mengangguk dan tersenyum. Baginya mengalah lebih baik daripada dilanjutkan berdebat, hanya dapat memperburuk keadaan hati. "Saya berangkat, Assalamualaikum."
Pak Dirga hanya menatap remeh dan tersenyum smirk melihat punggung claudy yang sedang berjalan menuju pintu ke luar. Batinnya berteriak,
"KITA LIHAT SAJA, SAMPAI MANA SEORANG BOCAH AKAN BERTAHAN!!!"
🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃
Hallo guys!
I am come back with the new chapter
Happy Reading & Have a nice day
See you….