Chereads / My playboy boyfriend / Chapter 28 - Drama

Chapter 28 - Drama

Lyn segera membuka pesan yang baru saja masuk ke ponselnya

"Apa maksud nya!" Hanya dengan membaca kalimat itu bisa terbayang oleh Lyn nada tinggi suara papa nya.

Dia mengetik balasan dengan jari cepat

"Aku harus menyelesaikan design undangan dengan Marco"

Ping!!

"Baiklah, kenakan pakaian hangat dan masker!" Lyn tersenyum getir, dia segera meraih long outer dan segera beranjak dari posisinya

Ping!!

Aku mengirim supir untuk mu!.. Lyn mengangguk, seakan dia sedang berhadapan langsung dengan Herman meski hanya membaca teks masuk dari ayahnya itu. Hanya interaksi kecil saja sudah cukup membahagiakan untuk Lyn.

Perasaan gadis itu seketika menjadi hangat dan penuh semangat. Dia menunggu mobil yang dikirim oleh Herman.

Dia harus segera menemui Marco, apa yang sedang pria itu lakukan? Sejak tadi dia tak membalas satupun pesan nya.

Belum lagi pesan Vivi yang berisik karena terlalu lama menunggu kedatangan Marco.

Lyn menggelengkan kepala, Marco tak pernah selalai ini, pria itu sudah menjadi kakak yang bisa di andalkan selama ini tapi sekarang, pria itu seakan menyimpan sesuatu.

_____

Kembali ke kost an

Pukul 7 malam

Chi menarik nafas dalam, hembusan hangat nafas Marco membuat aliran darah nya berdesir hebat. Dia bisa merasakan betapa berbahayanya sentuhan yang dimainkan oleh kekasih nya saat ini.

Chi mengangkat kedua tangan seakan pasrah, dia menikmati sentuhan jari Marco di permukaan kulitnya yang terbuka.

Kikuk, canggung, semua itu sudah tak di hiraukan lagi. Hanya hasrat yang menguasai diri saat ini. Sepasang muda mudi di suatu kamar tanpa ada yang mengganggu.

Beberapa kali nada dering ponsel Marco berbunyi, tapi pria itu malah menekan power off dan melanjutkan pekerjaanya.

Membuat pola cinta di permukaan kulit Chi. Kissmark, satu, dua dan sekian banyak lagi. Gumaman lirih Chi yang membuat Marco semakin bersemangat.

"Chi.." kali ini Marco yang menyebut lirih nama kekasihnya, tangannya menangkup kedua telapak tangan Chi yang terbuka lemas, dia menggenggam erat, menjalin jari. Remasan jari yang mengayunkan jantung, menurun naikkan hasrat, membuat libido kian melonjak tak tertahankan lagi.

Dari pangkal leher, dada dan permukaan pinggang langsing Chi. Marco lebih berani lagi, memainkan Indra pengecapnya. Memulai pencarian di tempat rahasia.

Rasanya Chi ingin berteriak, tapi semua tercekat di tenggorokan. Gadis itu hanya bisa menghentakkan kaki tak jelas. Tak sanggup menahan semua gejolak yang kekasihnya main kan. Berbahaya, begitu berbahaya.

Dia menggigit bibir bawahnya, kian kuat, alisnya bertaut kencang, ya ampun apalagi ini! Sentuhan basah di daerah terlarang.

Jangan kau lakukan itu! Chi seakan ingin bangkit dari pembaringan. Nyatanya dia hanya terus mengeluarkan suara tak jelas membuat Marco kian bersemangat bergerilya di bawah sana.

"Kakaaak.." panggil Chi dengan suara yang begitu lemah, tangannya menarik kasar kain penutup kasur. Tak tertahankan lagi. Dia akhirnya bangkit dan membuat Marco mengikuti gerakan tubuh Chi yang menggeliat panas.

Pria itu tersenyum penuh arti dengan sisa basah di sekitar bibirnya. Dia mencium lagi bibir Chi, begitu panas.

Semakin gencar, semakin jadi, semakin memabukkan.

Chi menjambak pangkal rambut Marco, sementara pria itu sibuk membongkar ikat pinggangnya, melempar jatuh ke lantai, membuka kancing hingga celana hitamnya dan menyisakan celana dalam saja, sebuah kaos tipis dengan pinggang karet, sablon merk ternama.

Apa lagi ini. Pemandangan yang asing. Bukan hanya wajah penuh gairah Marco, sekarang apa yang menonjol di bawah sana. Pucuk Monas?

Chi menggeleng lemah, tak mempercayai penglihatannya. Dia bahkan belum tujuh belas tahun tapi semua ini membuat dia begitu penasaran dan mabuk. Mengandung candu dan enggan berhenti.

Marco mencoba membantu Chi, membongkar kancing celananya. Mereka menyunggingkan senyum tipis tanpa sepatah katapun. Hanya debaran jantung saja yang seakan jadi backsound kamar sunyi ini.

"Akak akan Pelan pelan ko.." ujar Marco meyakinkan wajah ragu Chi, gadis itu mengangguk pelan dengan tatapan mata sayu, fokusnya antara benda aneh itu atau wajah tampan yang kian bersinar di hadapannya ini. Yang sebentar lagi akan jatuh menimpa tubuhnya.

___

Lyn mempercepat langkah, turun dari mobil, supirnya lebih dulu mendorong pagar besi dan mempersilahkan nona muda itu untuk masuk. Gadis itu menyapu pemandangan sekitar. Tak ada yang berubah. Dia melangkah perlahan dan menatap dua kamar di ujung lorong. Di sana dulu dia dan Marco sering bertukar cerita dengan pembatas dinding kayu setinggi satu meter. Saling berbagi cemilan dengan memandangi ikan koi di dalam kolam. Sesekali mereka menyimak perdebatan Mariam dan Herman yang tak pernah kenal ujung.

"Aku kesini bukan untuk nostalgia" gerutu Lyn pada diri sendiri.

Dia mempercepat langkah, dan menatap dua pintu kamar yang tertutup.

Satu kamar Marco dan masih terus dia tempati sampai saat ini, dan di sebelah adalah kamar nya dulu.

Dia sudah lama meninggalkan tempat ini, sejak hak asuh terbagi dua. Bahkan mengingat dekorasi interior nya saja dia sudah tak mampu.

Setelah Herman kian sukses mereka meninggalkan usaha kuno ini. Apalagi setelah Herman membeli rumah mewah dikawasan elit. Demi apapun, Lyn hanya ingin ikut Herman. Meski papa nya itu membenci dirinya, menganggap dia anak haram, atau apapun.

Lyn tak mau hidup susah dan hanya itu saja, hidup enak dengan fasilitas Herman, bagi Lyn tinggal dengan Mariam maka hidupnya akan kesulitan nanti. Tapi.. sekarang dia malah membuat dirinya susah karena jerat cinta Abraham.

Tok tok tok!!

Lyn mengetuk pintu perlahan.

Marco menoleh dan mencoba memasang telinga. Seseorang mengetuk pintu kamarnya, siapa? Chi ikut menyimak. Pria itu tak mau peduli, dia mengecup bibir Chi sekali lagi sebelum membimbing senjatanya menembus tembok pertahanan yang sudah siap mempersilahkan dia untuk masuk.

Tok tok tok!!"

Sial!! Marco meraih celananya dengan cepat, semnatara Chi menarik selimut. Marco mengulas senyuman kecil dan menenangkan wajah panik Chi.

"Siapa.." bisik Chi dengan wajah cemas. Marco menyeka dahi nga dan mendaratkan ciuman kecil.

"Aku akan melihat, kau tunggu sebentar" ujar Marco menarik selimut menutupi tubuh polos Chi, gadis itu jelas ketakutan. Tapi Marco terlihat sangat tenang.

CKLEK!

Pupil mata Marco membesar melihat Lyn dengan wajah cemberut dan melipat tangan di dada. Gadis itu melongok, memasukkan kepala di antara celah pintu yang di tahan tangan Marco.

"Kau sedang apa, gelap gelapan?" Tanya Lyn heran. Gadis itu mendorong daun pintu dan menyalakan lampu kamar.

Tap!!

Cahaya terang menyinari seluruh ruangan, menampak jelas pakaian yang berhambur di lantai. Marco menutupi dahinya dengan telapak tangan.

Chi menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya.

Lyn terperangah tak percaya.

"Kau sedang apa!" Gusar Lyn marah dengan suara yang tertahan.

"Lyn.. dengarkan aku" Marco menarik lengan Lyn sedikit kasar. Dia sedang melakukan apa yang dia inginkan. Bukan yang orang lain paksakan. Apa itu salah?

"Kau!!" Tuding Lyn dengan telunjuk mengacung pada wajah Marco.

"Siapapun kau!!" Suara ketus Lyn melirik seseorang yang bersembunyi di bawah selimut sana.

"Siapapun kau, asal kau tahu, aku dan Marco akan menikah!!" Teriaknya dengan nada tinggi.

"Lyn!! Apa yang kau katakan!!" Teriak Marco tak suka, dia memaksa Lyn menghentikan ucapannya. Dia menghempaskan tangan Lyn kasar.

"Aku mengatakan hal yang sebenarnya, kenapa!!" tantang Lyn dengan mata menyala marah. Dia membalas tantangan Lyn. Dia tak suka drama ini.

"Kau.."

SREET!!

Lyn menarik paksa selimut Chi, hingga wajah dan dada gadis itu terekspos, Marco segera meraih tubuh Chi dan menutupi dengan selimut.

gadis itu duduk dengan Marco memeluk pundaknya, menjaga diri chi yang tertunduk diam dipermalukan oleh Lyn.

"Lyn, apa yang kau lakukan! Kau keterlaluan!" Gusar Marco marah. Lyn mana peduli.

"Oh jadi kau menghabiskan waktu dengan bocah ini, sementara aku sibuk mengurus pernikahan kita!!" Tuding Lyn meninggikan suara.

Chi jelas tak percaya dengan pendengarannya. Benarkah itu?

"Apa katamu!!" Marco tak percaya Lyn mengatakan semua ini di hadapan kekasihnya. Gadis itu meraih tas Marco dan mencari draft contoh undangan pernikahan mereka.

"Ini apa!! Lalu ini apa Marco!!" Ya, Chi bisa melihat jelas benda yang di acungkan Lyn dengan kasar.

Gadis itu melemparkan ke wajah Chi. Dengan gemetar dia menunduk dan membaca nama yang tertera disana.

Lyn dan Marco! Sangat jelas. Membuat mata Chi berkaca kaca.

"Tidak, ini semua salah paham. Ini tidak seperti itu!!" Marco berusaha menjelaskan tapi Chi hanya menatap wajah Marco dengan linangan air mata dan wajah penuh kekecewaan.

"Chi kau tunggu disini. Lyn ayo kita bicara di luar!!" Pria itu menarik lengan Lyn kasar. Tapi adiknya itu menghempaskan lengannya, memberontak.

"Hati hati, kau menyakiti anakku!!" Ketus Lyn menarik lepas tangannya dari genggaman Marco.

Chi semakin tak sanggup lagi. Bibirnya gemetar, dadanya berguncang. Dia menangis dan meraih pakaiannya. Gadis itu masuk ke kamar mandi dengan segera. Menyimak perdebatan samar di depan sana.

***

Bagus banget Lyn, jiwa drama yang di turunkan Herman tepat sasaran.