Chereads / My playboy boyfriend / Chapter 19 - Kejadian kilat

Chapter 19 - Kejadian kilat

"Gimana seru nggak?" Rose mengangguk dengan wajah yang takjub, sebuah ruangan yang menyambut mereka, ruang apartemen dengan tipe studio, dua kamar tidur ruang utama dan dapur yang minimalis karena cukup! Sangat cukup untuk 3 anak remaja yang tinggal bersama.

Rose berlari ke arah balkon, dari sini dia bisa melihat pemandangan ibukota dan sebuah kolam renang di bawah sana.

"Sumpah ini sih keren banget Su!"

"Ya kan! " Rose dan Suzu melonjak kegirangan menyaksikan pemandangan yang luar biasa dari balkon. Chi Menyusul langkah kedua temannya.

"Gimana Chi?" Suzu menyenggol pundak Chi, Gadis itu hanya tersenyum simpul dia mengangguk.

"Bagus!" Ujar Chi singkat sambil mengacungkan jempolnya.

"Siapa dulu, Suzu!!" Ujar Suzu bangga dengan wajah sumringah senang.

"Oh iya, selama di depan kakakku kita harus berbicara sopan, maklum aku kan terkenal sebagai anak gadis yang manis dan imut imut.."ujar Suzu dengan nada yang menjijikan, membuat Rose merinding dan meraut wajah heran.

"hahaha.. kau bercanda!" Balas Rose tertawa geli. Tapi melihat wajah serius Suzu tawa Rose terhenti seketika.

"Jadi selama di sini kita jangan pakai bahasa okem, kita harus contoh Chi! Soalnya aku nggak mau kakak tahu kalau aku ini, Ya seperti inilah!" Rose memukul pelan pundak Suzu. Dia jelas tak mengerti apa maksud dari kalimat teman nya ini, semua kalimat tadi terdengar aneh. Mereka kan anak gaul.

"Maksud lu gimana?" Tanya Rose bingung.

"Dengerin ya.. jadi keluarga gue itu cukup disiplin dan penuh tata Krama, Suzu yang mereka kenal adalah anak lugu yang polos, so.. selama kita tinggal disini, kita harus berlagak seperti gadis remaja polos dan tak mengerti apa apa, seperti halnya Chi!" Suzu mencolek dagu Chi dengan tatapan mata sesuatu. Rose menautkan alis.

"Jadi kita harus sok imut gitu?"

"Persis!!" Ujar Suzu cepat.

"Orang kaya gitu ya, di luar beda di dalam beda" sinis Rose membuat Suzu tertawa saja.

"Gue, eh maksudnya aku percaya dengan Chi, dia adalah gadis manis yang polos tapi kau! Awas jangan sampai kelepasan!" Ancam Suzu pada Rose.

"Iya-iya, asal gue, eh aku bisa tinggal di sini dengan aman, nyaman, dan tentram!" Balas Rose menurut saja.

"Memangnya kakak lu tuh kayak apa sih?" Rose sudah lupa dengan janjinya. suzu bertolak pinggang mengoreksi kalimat rose.

"Maksud aku tuh, sebetulnya kakak mu itu seperti apa sih orangnya?" Suzu mengangguk menyukai kalimat Rose barusan. Dia mengangkat jempol.

"Kakak tuh tampan, berprestasi, dan perhatian. Pokoknya kakak tuh punya citra yang baik sebagai pangeran kampus, eh bukan tapi raja kampus!" Ujar Suzu dengan wajah bangga.

"Oh ya?" Chi dan Rose tak percaya, tapi Suzu berusaha meyakinkan kedua sahabatnya ini.

"Kakak tuh juga sosok yang cool dan pendiam kalau di rumah, dia fokus sama pendidikan dan hobi. Kakak hobi otomotif. Dia biasa modif kendaraan, dan buka usaha bengkel bersama teman temannya. Pokoknya aku bangga banget sama kakak!" Wah kalau mendengar cerita Suzu, siapa sih yang tidak akan kagum dan penasaran dengan sosok si kakak yang begitu sempurna ini.

"Apa rasanya punya kakak sempurna kayak gitu?" Pertanyaan polos Rose dibalas senyuman oleh Suzu dan Chi,

"Chi?"

"Ko lu ikutan senyum sih, memangnya lu punya kakak?" Suzu membulatkan mata mendengar pertanyaan Rose, dia lupa dengan rules yang sudah mereka buat.

"Eh, sorry, maksudku. Bukankah Chi anak semata wayang ya?" Suzu mengangguk, setuju dengan kalimat Rose. Tapi gadis itu masih saja tersenyum membalas wajah bingung kedua temannya.

"Aku pernah punya seorang kakak laki laki. Dan dia orang yang hebat juga keren!" Ujar Chi dengan percaya diri.

"Seperti yang Suzu bilang tentang kakaknya, aku juga bangga dengan kakakku" Rose memanyunkan bibir, wajahnya terlihat iri.

"Enak ya punya kakak laki laki yang keren, sayangnya aku anak sulung" lirihnya. Chi dan Suzu memeluk Rose, menyemangati.

"Punya kakak laki laki memang membanggakan, walau terkadang mereka juga menyebalkan!" Gerutu Suzu.

"Kak Abra juga sering meledek ku karena kami tidak memiliki wajah yang mirip!" Kesal Suzu.

"Kakak lebih mirip mami, sedangkan aku mirip papi!" Dia sepertinya tak menyukai DNA yang mengalir dalam dirinya.

"Apa kakakmu sangat tampan?" Tanya Rose penasaran, Suzu mengangguk cepat.

"Kalau kakak mu bagaimana?" Rose menoleh pada Chu, membuat gadis itu tersipu malu, wajahnya merona merah membuat Rose dan Suzu curiga.

"Jangan bilang yang kau maksud, kakak ketemu gede ya!!" Tuding Suzu dan Rose kompak sambil mencubit gemas pipi Chi. Gadis itu melarikan diri dari serangan kedua temannya. Ketiganya tertawa bersama. Dasar remaja remaja ya.

----

Marco kembali memacu kuda besinya di jalanan, kali ini tangannya menggenggam gas lebih keras, seakan ingin cepat menempuh ujung jalan. Wajah Abra terus terbayang di pelupuk mata Marco, benci, marah, semua seakan menumpuk menjadi satu dan siap meledak. Memecahkan emosi.

dia tahu di mana pemuda itu tinggal, selayaknya anak dari seorang pengusaha terkenal pria yang memiliki begitu banyak impian diantara gadis-gadis termasuk Lyn, sebelumnya dia begitu membanggakan Abraham.

Kudengar Abraham lahir dari golongan old money, sayang sekali sikapnya tidak seperti orang golongan atas, bagiku Abra hanyalah salah satu pria brengsek yang beruntung saja, yang bisa menaklukan banyak gadis dengan semua kepemilikannya. Bodoh sekali ternyata Lyn salah satu yang terkena jerat cintanya, pria itu tidak pernah bermain hati dengan gadis manapun, dia hanya senang menghabiskan waktu dan meluapkan hawa nafsu.

Greengg!! Greengg!!

Marco memasuki kawasan basement sebuah gedung apartemen mewah di pusat kota, di sinilah Abraham tinggal.

Marco masuk ke lobby dan menunggu lift yang masih di lantai atas. Dia menekan tombol naik dan menunggu pintu lift terbuka.

Tepat saat pintu lift di sebelah kiri terbuka, Marco melangkah masuk bertepatan pintu lift sebelah kanan terbuka, Chi, Rose, dan Suzu berhambur keluar. Ketiganya baru saja mendapat telepon darurat.

"Ka, apa benar yang kau katakan?? Dimana kakak di bawa!!" Suzu menangis dengan wajah panik menghampiri meja resepsionis. Chi dan Rose berusaha menenangkan Suzu, tapi gadis itu jelas mencemaskan kakaknya.

Ting!! Marco memutar badan, matanya sedikit menyipit mendapati tiga gadis remaja yang menghadap meja resepsionis, ketiganya membelakangi Marco. Pria itu mengerutkan dahi.

"Chi?" Ujarnya ragu, lift sudah naik.

Chi menoleh, dan melihat sekilas ke dalam lift yang pintunya hampir tertutup sempurna, gadis itu melangkah mendekati pintu lift dengan spontan berlari kembali ke arah lift, dia segera menekan tombol ke atas, dia seperti melihat sosok yang amat dia kenal tadi.

"Kak Marco!! Kakak!!" Ujar Chi seakan percaya jika barusan dia melihat Marco di dalam sana, Chi berkali kali menekan tombol tapi lift sudah naik dengan cepat.

"Chi, ayo!!" Teriak Rose ke arah Chi yang termangu di depan pintu lift. Gadis itu sedikit linglung. Dia menoleh pada lift yang masih terus naik, tapi dia juga cemas dengan keadaan temannya Suzu. Dia berdecak kesal sendiri, dia berlari menyusul langkah Rose dan Suzu.

Ketiganya masuk ke dalam mobil hitam milik rekan kakaknya, Abraham.

"Kak, cepat sedikit dong kak!!" Suzu terus menggenggam erat tangannya, dia jelas ketakutan dan terus menangis.

"Tenanglah Su, ayo tenang. sebaiknya kita berdoa semoga kakak mu baik baik saja.." Rose merangkul pundak Suzu.

"Iyaa.." Chi menyahuti seadanya sambil mengelus punggung Suzu, dia menoleh balik ke arah tempat tinggal mereka. Dia memikirkan Marco di belakang sana.

Tadi Marco kan? Kak Marco? Ah, ck!

Batin Chi berdebat, kesal sendiri. Raganya disini tapi pikirannya ketinggalan di belakang sana.