Chereads / My playboy boyfriend / Chapter 21 - Sahabat.

Chapter 21 - Sahabat.

Mungkin menjadi orang kaya dan sukses adalah impian banyak orang, tapi bagi Suzuki Willadi. Ayahnya keturunan Jepang, ibunya berdarah campuran.

Gadis itu menghela nafas berat membuat Rose dan Chi saling melirik bingung, harus bagaimana menghadapi putri seorang ternama di negeri ini. Mereka jadi keki sendiri.

Begitu sadar siapa sebenarnya Suzuki yang berpenampilan biasa saja, hanya sedikit lebih wah dan berbeda dari teman lainnya. Tapi ternyata.. Suzuki salah seorang anak konglomerat nomer sekian, bahkan nama keluarganya masuk jajaran majalah bisnis ternama dunia.

"Kalian pasti terkejut melihat semua ini ya?" Tawa sinis Suzu seakan mengerti ekspresi wajah Chi dan Rose, sejak tadi kedua temannya itu tak banyak bicara.

"Suzu, siapapun dirimu, bagaimanpun keadaanmu, aku dan Rose adalah temanmu" ujar Chi mengambil kalimat bijak, membuat Suzu menoleh, untuk pertama kalinya setelah kejadian berat hari ini.

Untuk pertama kalinya dia bisa menatap wajah teduh Chi, kalimat barusan cukup membuat perasaannya sedikit lega.

"Aku tak memiliki teman yang tulus dengan status sosialku.. mereka kebanyakan hanya berpura pura baik dan dekat dengan ku.."

Ah mendengar kalimat Suzuki barusan mengingatkan bagaimana kisah Putri raja yang kesepian di dalam cerita komik atau dalam drama.

Sopir menekan remote kecil, pagar di depan sana terbuka lebar. Chu dan Rose tak tahu lagi harus membuat ekspresi apa, semua hal baru tentang Suzu sangat menakjubkan dan luar biasa untuk kehidupan seorang gadis remaja.

"apartemen, mobil mewah, ayah seorang pengusaha yang sukses, ibu yang ternyata public figure terkemuka, dan sekarang apalagi, bahkan pagar rumahnya pun bisa terbuka sendiri, sungguh luar biasa!" tanpa sadar Rose bergumam sendiri dengan wajah melongo, mulutnya pun ternganga sulit untuk tertutup. melihat reaksi berlebihan dari wajah lucu Rose, Suzuki tertawa kecil, untuk pertama kalinya juga hari ini setelah kejadian tadi dia bisa tertawa.

"Apa tadi itu..?" Rose spontan menutup mulutnya dengan telapak tangan, dia tidak mengucapkan semua kalimat itu di dalam hati, tanpa sadar dia mengucapkannya walaupun dengan nada pelan. Suzu dan Chi bisa mendengar jelas ucapan Rose barusan.

"Aku sudah mengatakannya?" Rose sendiri tak percaya dengan ucapannya, dia malu sendiri.

"Tentu saja, kalau sudah mengucapkan semuanya dengan jujur! " Ujar Suzu dengan alisnya yang menukik.

"iya, kau sudah mengatakan semuanya, semua isi hatimu " jadi Chi sekarang berdiri di sisi Suzu? oke baiklah, sekarang Rose sudah tidak bisa menyimpan semua isi hatinya. Dia benar-benar takjub dan tak percaya akan sosok baru Suzuki.

"biar ku katakan semuanya dengan jujur, aku sungguh kagum dengan kehidupanmu, kupikir semua ini hanya ada di dalam drama, dalam film-film yang ber budget besar. Kau tahu kan seperti film-film Hollywood dan Bollywood mungkin.." Chi mengangguk setuju dengan ucapan Rose.

"Apa kalian sedang mengejekku? " Chi dan Rose kompak menggeleng cepat, bagaimana mungkin.. Tentu saja tidak,

Bagaimana mungkin mereka meledek kehidupan super wah sahabatnya ini, sungguh ini di luar dugaan, mereka tak pernah menyangka salah seorang siswi SMK biasa memiliki kehidupan yang sungguh luar biasa!

"Nona nona cantik, kita sudah sampai " suara pak sopir mengejutkan ketiganya, mereka tersadar jika mobil sudah berhenti dan rumah yang berdiri di depan sana akan mengejutkan kedua rekannya untuk kesekian kali.

pintu mobil otomatis terbuka, pelataran parkir yang luas dengan susunan batu granit dan bangunan rumah di depan sana sungguh menakjubkan, itu bukan rumah apakah itu istana? Kastil? Apapun itu, Chi dan Rose hanya bisa melongo.

dua orang pelayan, wanita separuh baya menghampiri Suzu, wanita itu meyakinkan jika keadaan tuan putri rumah ini baik-baik saja.

Kurang lebih terlihat seperti itu, Chi dan Rose tak mengerti, wanita berpakaian pelayan itu begitu perhatian pada Suzu, yaiyalah itu pelayan dari sejak Suzu bayi.

"Apa Nona baik-baik saja? " Suzu mengangguk dan menghela nafas berat.

"Bi tolong sediakan dua kamar untuk kedua temanku ini!" tunjuk Suzu ke arah Chi dan Rose.

"Apa kami akan tidur terpisah?" Tanya Rose pada pelayan yang mengantar mereka.

"Bisakah kami bersama saja?" Lanjut Rise dengan wajah cemas, dia mengikuti langkah pelayan mulai mengitari lantai licin mengkilap ini. Mereka tak mau tersesat di rumah besar ini.

"Suzu, papi mu sudah berpesan untuk kami menjaga dirimu, Bagaimana kalau malam ini kita tidur bersama?" kalimat Chi mendapatkan anggukan cepat dari Rose, Bukankah itu ide yang bagus daripada dia harus tinggal masing-masing di dalam kamar yang asing, Bukankah itu akan cangguh?

"Chi benar Su.. aku mau tidur dengan Chi saja!"

"kalian benar, aku tidak akan bisa tidur malam ini, kalian sudah melihat semuanya kan ." dari wajah Suzu tergambar jelas banyak kecemasan di sana.

Apakah orang kaya selalu melewati hari-hari dengan cemas seperti ini. Entahlah!

Mereka bertiga masuk ke dalam rumah berwarna putih dengan cahaya lampu berwarna biru seperti ocean, ya ketika melangkah masuk Chi dan Rose tak percaya dengan pemandangan di dalam rumah.

Ruangan luas dengan dekorasi modern, sebuah kolam renang di dalam rumah dengan batu alam sebagai pajangan multi fungsi. Ya ampun! Mereka tak percaya ada bangunan semegah ini di ibukota. Dimana mereka sekarang berada? Chi dan Rose bahkan tak tahu nama kawasan elit ini.

Pelayan menuntun pundak Suzu, gadis itu merebahkan diri pada sofa dan mengangkat kaki, dua orang pelayan dengan telaten membersihkan kaki Suzu dan merendamnya dengan pot keramik berwarna putih. Ya ampun Suzu seperti Puteri raja saja.

"Sudah kubilang sebelumnya, Suzu yang kalian kenal akan sangat berbeda. Inilah aku yang sebenarnya" Chu dan Rose merebahkan diri di samping Suzu.

"Kau seperti tuan putri" ujar Rose tak percaya.

"Tidak seperti itu, semua ini adalah warisan turun temurun yang harus aku lanjutkan suatu saat nanti. "Bi, biar aku keringkan sendiri" ujar Suzu pada pelayan di ujung kakinya.

"Tapi non,"

"Tidak apa, kau siapkan makan malam saja"

"Baik non"

Rose menggelengkan kepala melihat betapa sopan Suzu pada pelayannya, dia cenderung bebas dan lugas ketika di sekolah. Hey, Suzu mendapatkan pelajaran tata Krama sejak kecil.

Chi menyapu pemandangan sekeliling. Benar benar rumah mewah, definisi dari kemewahan yang sesungguhnya.

"Apa itu kakakmu?" Tanya Chi pada potret keluarga di dinding, Suzu mengangguk pelan. Dia menghela nafas berat memikirkan keadaan Abraham.

"Kami melaporkan langsung dari lokasi kejadian, dimana tabrakan oleh pelaku tunggal terjadi, kabarnya dia seorang putra dari artis kawakan terkenal…"

Suzu bangkit dari posisinya. Siapa yang sudah memakai ruang nonton? Suara volume nya jelas terdengar. Dia melangkah memasuki ruang antara ruang utama dan ruangan keluarga. Chi dan Rose mengikuti langkah nya yang melangkah perlahan dan penuh hati hati.

"Suzu!!" Panggil Rose mendapati wajah cemas Suzuki.

Entah ruangan waw yang menakjubkan yang membuat Chi dan Rose kompak membesarkan pupil mata, atau layar lebar di tembok sana. Suzu berdiri mematung menatap layar yang menampilkan profile keluarganya, narasi sumbang membuat pupil Suzu gemetar.

"Hal yang paling aku takutkan adalah media.." lirih Suzu dengan nada tercekat, membuat Chu segera meraih pundak temannya itu, mereka kompak merangkul Suzu.

Ada sebuah remote di sisi kursi, tapi baik Chi ataupun Rose tak berani meraihnya, tombol apa yang harus mereka tekan.

"Kecelakaan yang menewaskan pejalan kaki, di duga tersangka dalam keadaan mabuk. Saat ini tersangka A mengalami luka berat di rumah sakit XX dengan penjagaan ekstra, kami melaporkan langsung dari olah kejadian perkara"

"Huhuhu.." Suzu terisak dalam pelukan Chi dan Rose. Beban mental, beban sosial. Ini yang Suzu takutkan. menjaga nama baik keluarga tidaklah muda. Dia merasa begitu berat menghadapi lingkungan elit yang menyebalkan ini

"Kakak.. tidak mungkin kakak melakukan semua itu.." lirih Suzu, Abraham yang sempurna di matanya seketika berubah, dia tak mengenal Abra yang dinarasikan sumbang di layar kaca.

"Tenanglah Su, semua akan baik baik saja.." Chi mencoba menenangkan temannya.

Hidup ini seperti perjalanan yang berliku, berkerikil, naik turun, Chi menarik nafas dalam seakan bisa merasakan kesedihan dan kecemasan Suzuki. Dia berusaha menenangkan temannya meski di dalamnya hatinya sendiri ada banyak ketakutan dan kecemasan.

"Aku dan Rose ada disini, kita bisa melewati semua ini bersama sama.." Suzu menoleh dan mendapati wajah murung Chi. gadis itu tak mengerti apa Chi mencemaskan dia atau yang lainnya.

Yang jelas kedua teman nya ini sedang membutuhkan dukungan darinya. Rose memeluk Chi dan Suzu.

"Aku ada bersama kalian.." lirihnya